Sabtu, 23 Maret 2013
Interview SID dengan Rolling Stone Indonesia
1. Kalian menjadi band Asia pertama yang tampil di Vans Warped Tour. Apa komentar kalian, dan atraksi apa saja yang kalian siapkan untuk itu?
Sebenarnya kita bukan band Asia pertama yang tampil di Warped Tour. SID adalah band Asia kedua, tapi kita adalah band Asia pertama yang walaupun tidak merilis album di Amerika tapi tampil di Warped Tour. Sebelumnya [tahun 2003] ada band punkrock dari Beijing yang sempat tampil di Warped namun album mereka sebelumya dirilis oleh label Amerika dan mereka dibawa ke Warped oleh labelnya. Perasaan kita sejauh ini sangat excited dan ada sedikit perasaan tegang juga, this a big chapter for us and one of our biggest dream. Karena waktu kita tampil per show di Warped hanya 20 menit, kita akan menyiapkan repertoar tanpa ampun. Hajar sejak awal, tanpa jeda, dan pergi pada saat yang tepat. Dengan waktu yang singkat kita akan coba meninggalkan kesan yang tajam menusuk. Atraksi khusus sejauh ini belum ada yang kita siapkan,-selain memasang bendera Merah Putih di stage- mungkin kita akan memakai pakaian adat Bali sambil bawa keris? Haha...we'll see how it goes....
2. Di sana kalian akan menjalani tur. Hal apa yang paling menyenangkan dan menyebalkan dari sebuah tur?
Berkaca dari tour kita di Australia, yang paling menyenangkan adalah ketika kita berada diatas panggung dan melihat ekspresi para penonton yang sebelumnya seperti underestimate terhadap SID namun perlahan mulai menangkap energi yang kita lemparkan. Dan pada akhirnya semua ikut berpesta dengan SID ditemani stage dive dan mosh yang mereka ciptakan. That feeling is priceless. Selain itu mencicipi rasa bir yang berbeda-beda disetiap state and making new friends selalu menjadi hal yang menyenangkan. Biasanya banyal hal-hal adventurous dan unpredictable terjadi with our new friends. Haha. Yang paling menyebalkan mungkin pada saat kita lelah atau sakit disertai massive hangover. But mostly it's fun coz we're doing what we love...
3. Energi apa yang ingin ditonjolkan dari album Angels and the Outsiders?
Positivity, kerja keras dan semangat unity in diversity a.k.a Bhinneka Tunggal Ika.
4. Apa saja hal favorit kalian di album ini?
Selain cover nya yang kita anggap the best abum cover since The Clash's London Calling, kita menyukai the fact that SID tidak harus selalu bermain up-tempo untuk tetap menyalakan api pemberontakan. Dengan bermain mid-tempo pesan kita tetap tersampaikan dengan utuh. Album ini bisa disebut sebagai a mind opener untuk generasi yang menganggap punkrock harus selalu bermain cepat dan penuh distorsi. Ibaratnya, kita tidak harus memelihara anjing pitbull untuk merasa menjadi seorang lelaki. There's so many other dangerous things than a pitbull. This album is a statement that punkrock is already in our blood so we don't need to be pretentious and showing it with too much speed and distortion. We know what we're made of.
5. Kalau ada orang yang baru pertama kali mendengar SID, apa wejangan kalian terhadapnya, dan sebaiknya dia memulai dengan mendengarkan album yang mana?
Start it with Black Market Love, karena di album ini SID mulai menemukan bentuk pemikiran yang nantinya menjadi fondasi musik dan attitude kita sampai sejauh ini. Perpaduan esensi amarah punkrock, kebrandalan rockabilly, outlaw love songs dan being the real minority in Indonesia. That's SID dan Black Market Love merangkumnya dengan seimbang. Our suggestion to our first listener will be "Go grab a beer and kiss the mainstream world goodbye!"
6. Kalian tidak takut bereksperimen dan memasukkan hal-hal baru. Bagi kalian, seberapa penting menjaga keterbukaan dalam bermusik?
Honestly, musically nothing is new in this world. Everything has been done. That's why hal-hal baru yang kita masukkan juga selalu kita jaga agar tidak menjadi dominan dan benang merah SID tetap terlihat. Kami selalu berexperimen tapi tidak sampai ke level 'too much'. We're not The Mars Volta, we're a punkrock band so esensi yang kita pegang teguh adalah etika 'in your face'. Straightforward, tidak banyak basa basi atau bermain-main dengan dimensi. Sometime less is more.
7. Berdiri selama lebih dari 10 tahun dengan personal yang sama sudah merupakan suatu prestasi membanggakan untuk sebuah band. Apakah ini berlaku juga untuk kalian? Apa tantangan yang paling besar dalam mempertahankan SID selama ini?
Kita merasa it's just the beginning of SID. Kita baru saja terlahir kembali dengan album Angels and The Outsiders dan jalan kita masih sangat panjang. 14 tahun mungkin bukan waktu yang singkat namun kami masih terus belajar. Belajar bagaimana menundukkan industri musik Indonesia, belajar bagaimana menerjemahkan isi kepala dan hati kita dengan lebih utuh tanpa bias agar pendengar juga bisa menerjemahkannya dengan benar. Dalam tubuh SID sendiri saat ini kita tidak menemukan masalah yang signifikan untuk menjaga keutuhan band. Tantangan terbesar justru datangnya dari industri musik Indonesia dimana kita kadang dihadapkan dengan sebuah tembok besar bernama diskriminasi. Hal-hal seperti itu yang kadang membat kita drop, namun kadang juga memberi motivasi untuk lebih keras lagi menampar wajah industri musik Indonesia, dengan prestasi dan hal-hal positif tentunya.
8. Musik Indonesia saat ini dihuni band-band yang seragam. Apakah kalian melihat itu sebagai tantangan, sesuatu yang harus hilang, atau itu justru tidak masuk dalam perhatian kalian?
Bagi SID itu sebuah tantangan besar yang harus ditaklukkan. Kita ini bagaikan semut yang melawan gajah, namun semutnya percaya diri karena punya karma dan strategi yang bagus. Situasi industri musik Indonesia inilah yang membuat kita tertantang untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa musisi Indonesia sebenarnya tidak seragam. Dan sebenarnya terlihat seragam karena band-band yang muncul di TV/media adalah band-band yang itu itu saja. Hasil survei statistik amatir versi SID: di Indonesia jumlah band yang memainkan musik-musik cutting edge lebih banyak daripada band-band komersial. Lalu kenapa band komersial yang selalu dominan di media-media? Itulah yang sedang kita pelajari formula nya, kita mencoba dalami trik-trik bisnis nya tanpa mengorbankan idealisme dan sikap hidup. Kita percaya -apalagi dengan fanbase Outsiders yang bertambah kuat setiap detik- jika serius kita pasti bisa menaklukkan sang gajah industri.
9. Kalian berbicara tentang hal-hal yang 'rumit' melalui musik, seperti menentang perang, kesetaraan, sampai Bhinneka Tunggal Ika. Apakah pernah merasakan kesulitan dalam melakukannya? Jika ya, apa saja dan bagaimana mengatasinya?
Hal-hal yang kita suarakan sebenarnya bukanlah hal-hal yang rumit. It's all real. Itu semua terjadi setiap saat disekitar kita, secara langsung maupun tidak. Cuma masalahnya sekarang apakah kita mau membicarakannya? Kita percaya sebuah issue akan bisa menjadi sedikit teratasi dan mulai menemukan solusi disaat kita mulai terbiasa membicarakannya. Contohnya issue HIV dan Global Warming, masyarakat kita sekarang sudah jauh lebih terbuka dan educated tentang issue-issue tersebut. Mungkin suatu saat, hal yang sama akan terjadi dalam issue kesetaraan, SARA yang -mudah-mudahan- nantinya bisa memberi impact positif dalam kehidupan kita di Indonesia yang multi-kultural. Kami sadar, kami ini hanya sebuah band dan pesan-pesan kita tidak akan bisa merubah dunia seperti yang kita bayangkan. Kami tahu banyak musisi lain melihat apa yang kita lakukan ini tidak efektif. Buat apa musisi bicara tentang kesetaraan, perdamaian? Useless! Sudah sana cari duit saja, main aman, nyanyi cinta, kalian tidak akan bisa merubah Indonesia. And you know what? We don't give a flying fuck about what you think of us. We're rebels and we like to take some risk. Kita tidak mengklaim diri kita lebih baik daripada orang lain, tapi SID mencintai Indonesia dan ingin melakukan sesuatu yang positif untuk pemikiran generasi muda bangsa ini. Bagi SID, rasa ketidak pedulian tidak akan membawa kita kemana-mana. Menjadi peduli adalah tindakan yang bernyali. Karena kita punya musik, maka musik lah yang kita pakai sebagai senjata. Kita tidak pernah menemukan kesulitan besar karena kami nyaman dengan apa yang kami lakukan. Kami nyaman berada di posisi ini: sebuah band minoritas dengan fanbase kuat yang tidak takut menjadi dirinya dan selalu berpesta keras untuk Bhinneka Tunggal Ika. Does that sounds familiar di Indonesia? No. Hell no.
10. Apakah kalian merasa harus selalu memasukkan pesan dalam musik kalian?
Tidak juga. Ada beberapa lagu SID yang bercerita tentang hal-hal ringan selain hal 'rumit' diatas. Namun bagi kita semua lagu pasti ada pesannya. Entah itu krusial atau tidak, tergantung dari perspektif dan background pendengarnya.
11. Apa hal yang paling ingin kalian lakukan, tapi belum kesampaian?
Membuat video klip 'Memories of Rose' yang di sutradarai oleh Garin Nugroho dan memakai Christine Hakim sebagai model-nya.
12. Band/musisi apa yang sedang gemar didengar?
Bobby Kool: The Living End, NOFX, AFI, AC/DC, Dave Matthews Band, No Use For A Name.
Eka Rock: The Living End, AC/DC, AFI, Helltrain, Paul Anka, No Use For A Name.
Jrx: The Gaslight Anthem, Bruce Springsteen, Everlast, Social Distortion, Tiger Army.
13. Setelah berdiri selama ini, pencapaian apa yang paling membuat kalian bangga?
Melewati 14 tahun dengan punkrock dan personel yang sama membuat kami merasa kuat. Namun melihat peta kekuatan Outsiders di Indonesia yang berkembang pesat dan makin kuat membuat kami bangga dan percaya diri. Mereka adalah refleksi SID terhadap sikap masyarakat mainstream. Walaupun kami minoritas, kami makin kuat dan tidak pernah sendiri...
14. SID adalah ikon musik Bali. Setujukah Anda dengan pernyataan itu?
Mungkin lebih tepatnya sebagai 'salah satu' ikon musik Bali. Dan lebih tepat lagi kalau SID adalah Ikon Berandalan Bali. Hahaha.
15. Kalian ingin dikenang sebagai apa?
Band yang membuat orang tua dan pacar anda resah.
Label:
Interview,
Superman Is Dead
SID vs Dunia
Oleh: Superman Is Dead
Well, sebuah berita gembira baru saja menghampiri Indonesia. Pengakuan tak terbantahkan datang dari Billboard, sebuah media musik maha kredibel dari Amerika Serikat, negara yang -suka atau tidak- masih relevan disebut sebagai 'penentu arah' dunia hiburan global.
SID masuk dalam daftar 50 Artis Billboard Uncharted. Menurut data yang didapat Billboard melalui program research dan seleksi nya, SID terbukti memiliki fanbase dengan tingkat interaksi, intensitas dan loyalitas tinggi.
Perlu dicatat bahwa di Billboard Uncharted, SID bersaing dengan band/musisi dari seluruh dunia. Inilah persaingan global yang sebenarnya.
Masuknya SID ke dalam daftar ini otomatis menjadi sebuah pengakuan solid bahwa Indonesia memiliki potensi seni modern. Bahwa Indonesia layak diperhitungkan. Pengakuan bahwa Indonesia bisa.
Dan kami, SID, sangat bangga bisa menjadi alasan kenapa pengakuan itu hinggap disini, di negara ketiga ini.
Tentu saja ini semua tidak akan terjadi tanpa kerjasama, baik secara langsung ataupun tidak. Analogi nya, SID meletupkan api, para pemberontak menyalakan obor dan berlarian membawa bara dari Sabang sampai Merauke, sampai ke negara seberang dan tersiar hingga pelosok dunia.
Karena itu, rasa terima kasih terdalam kami untuk kesetiaan tiada henti para loyalis SID (Outsiders/LadyRose). Kami sangat percaya, kalian adalah api-api kecil yang suatu saat akan membakar kemunduran di negeri ini. Dan selama kalian ada, api ini tidak akan pernah padam.
Juga rasa terima kasih yang tulus kami untuk para simpatisan, oposan dan (sedikit) media/jurnalis yang bisa mengapresiasi, membaca dan membahasakan SID dengan adil.
Semua ini tidak akan terjadi tanpa eksistensi cinta, rasa benci dan rindu kalian.
Kami berharap pengakuan besar ini bisa memberi sinar di wajah muram Indonesia dan memotivasi para anak bangsa untuk bangkit, merobohkan semua tembok penjara dan menjadi legenda di wilayah kerja nya masing-masing.
Kemenangan ini adalah hasil kerja keras kita semua, anak-anak muda Indonesia, yang tanpa pernah lelah meneriakkan rasa cinta dan cita-cita nya untuk perubahan yang lebih baik di negeri ini.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/sid-vs-dunia/10150125608900589
Well, sebuah berita gembira baru saja menghampiri Indonesia. Pengakuan tak terbantahkan datang dari Billboard, sebuah media musik maha kredibel dari Amerika Serikat, negara yang -suka atau tidak- masih relevan disebut sebagai 'penentu arah' dunia hiburan global.
SID masuk dalam daftar 50 Artis Billboard Uncharted. Menurut data yang didapat Billboard melalui program research dan seleksi nya, SID terbukti memiliki fanbase dengan tingkat interaksi, intensitas dan loyalitas tinggi.
Perlu dicatat bahwa di Billboard Uncharted, SID bersaing dengan band/musisi dari seluruh dunia. Inilah persaingan global yang sebenarnya.
Masuknya SID ke dalam daftar ini otomatis menjadi sebuah pengakuan solid bahwa Indonesia memiliki potensi seni modern. Bahwa Indonesia layak diperhitungkan. Pengakuan bahwa Indonesia bisa.
Dan kami, SID, sangat bangga bisa menjadi alasan kenapa pengakuan itu hinggap disini, di negara ketiga ini.
Tentu saja ini semua tidak akan terjadi tanpa kerjasama, baik secara langsung ataupun tidak. Analogi nya, SID meletupkan api, para pemberontak menyalakan obor dan berlarian membawa bara dari Sabang sampai Merauke, sampai ke negara seberang dan tersiar hingga pelosok dunia.
Karena itu, rasa terima kasih terdalam kami untuk kesetiaan tiada henti para loyalis SID (Outsiders/LadyRose). Kami sangat percaya, kalian adalah api-api kecil yang suatu saat akan membakar kemunduran di negeri ini. Dan selama kalian ada, api ini tidak akan pernah padam.
Juga rasa terima kasih yang tulus kami untuk para simpatisan, oposan dan (sedikit) media/jurnalis yang bisa mengapresiasi, membaca dan membahasakan SID dengan adil.
Semua ini tidak akan terjadi tanpa eksistensi cinta, rasa benci dan rindu kalian.
Kami berharap pengakuan besar ini bisa memberi sinar di wajah muram Indonesia dan memotivasi para anak bangsa untuk bangkit, merobohkan semua tembok penjara dan menjadi legenda di wilayah kerja nya masing-masing.
Kemenangan ini adalah hasil kerja keras kita semua, anak-anak muda Indonesia, yang tanpa pernah lelah meneriakkan rasa cinta dan cita-cita nya untuk perubahan yang lebih baik di negeri ini.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/sid-vs-dunia/10150125608900589
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
SID American Tour Diary 3
Oleh: Superman Is Dead
5 Juli 2009, Dallas, TX.
Naskleng telat nok! Gara-gara ada masalah dengan GPS [alat bantu penentu arah yang terhubung dengan satelit] di van sewaan, kami sempat tersesat dan telat tiba di venue. Kami seharusnya naik jam 11.15 siang namun tiba di venue jam 11.25. Dari parkiran kita berlari [sambil menenteng gitar, drum dll] ke stage dan langsung set alat. Tak diduga jumlah penonton lumayan rame, kami pun bermain dengan semangat walaupun Bobby belum sempat melumuri rambutnya dengan hairwax. Karena telat kami hanya membawakan 3 lagu namun sambutan crowd amat bagus dan penjualan CD pun lancar.
Salah satu pembeli adalah seorang tattoo artis lokal yang hanya memiliki satu buah tattoo, hehe. Kelar di panggung, kami antri makan siang seperti biasa, keliling-keliling sebentar lalu mewawancarai band Born To Lose [Texas] sebelum akhirnya cabut menuju Memphis, Tennessee [7 jam]. Kita akan menginap di Memphis karena the next Warped Tour tanggal 7 Juli diadakan di Indianapolis [15 jam dari Dallas].
Yeah, perjalanan yang panjang dan melelahkan namun kita berusaha untuk stay positive. Rasa jenuh kita bunuh dengan joke-joke amatir [yang sebenarnya tidak lucu], menyimak album baru No Use For A Name dan memuaskan naluri kulinari dengan series of the worst American junk foods! 3-4 jam sekali kita berhenti di pompa bensin dan biasanya kembali ke mobil dengan tangan [dan kantong] penuh hot dog, beef jerky, pork crackers, ice cream, chilli dog dan lain-lain. Haha, pulang pulang bentuk badan bisa berubah nih. Hope not!
7 Juli 2009, Indianapolis, IN.
Sempat singgah di kampung Elvis Presley di Graceland [Memphis, Tennessee] dan bergaya bak tourist dari neraka, kami sempat membuat video dan sedikit berbelanja. Here in Graceland you can get about anything that has to do with Elvis. Dari wig, topeng sampai sambal merk Elvis, hebat! 8 jam perjalanan dengan Mbak Lia sebagai DJ ipod [yang menuai banyak protes, hehe] kita tiba di Indianapolis jam 1 malam dan disambut elevator hotel yang sudah layak ganti. Beruntung hotel-hotel di Amerika memiliki lantai yang berkarpet tebal, tak masalah bagi kami untuk sebagian tidur di lantai.
Bangun jam 8 pagi cuaca cukup bersahabat, cuma 28 derajat celcius, hampir mirip di Indonesia. Kelar sarapan cereal dan toast kami menuju venue dengan energi yang cukup bagus. Kami menarik banyak perhatian saat berkelling dengan pakaian adat Bali, bahkan kali ini kami berkeliling dengan volume maksimal ipod speaker yang memutar lagu SID. Main tepat pukul 12.25 siang setelah band pop punk semi-terkenal The Blackout [Wales, UK], kami mendapat crowd yang sedikit diluar dugaan! Ramai dan sangat responsif. Kami pun seperti mendapat energi tambahan dan sukses menghajar stage. Lagi lagi penjualan CD/merch melampaui rekor sebelumnya.
Permintaan foto dan tandatangan pun mulai berdatangan. Tak lama kami diculik sekelompok pemuda Bali yang menetap di Indiana untuk dibawa menuju ke restoran Jepang tempat mereka bekerja. Next, atraksi drum tradisional Jepang ala SID yang ditemani sirkus memasak ditampilkan. Tawa keras, beer, sake bomb, sushi segar dan wasabi yang maksimal membut kami ingin stay lebih lama tapi itu tak mungkin. Jam 6 kami tancap gas menuju Pittsburgh [6 jam] dan beruntung sosok baik hati yang kami kenal di Myspace menawarkan tempat menginap [dan seisi kulkas penuh bir] di Pittsburgh. Yeah, the long road continues.....Pittsburgh you better be ready!
8 Juli 2009, Pittsburgh, PA.
Tiba di lokasi menginap jam 3 pagi, kita disambut bir dingin, film Reservoir Dogs dan cuaca yang tak kalah dinginnya. Yeah, Pittsburgh yang dijuluki Iron City [karena banyak pabrik baja] lumayan dingin malam ini. Kita semua tidur di karpet dan saking dinginnya, jam 6 pagi Jrx sempat pindah ke mobil dan menghangatkan diri dengan heater. Karena tidak ingin terlambat lagi seperti di Dallas, kita bangun jam 8 pagi dan sampai di venue jam 9 hanya untuk mengetahui bahwa SID main jam 4.30 sore, damn! Ya sudahlah, sambil menunggu kita keliling-keliling venue yang berbukit-bukit.
Sempat terjebak pesta beer, hot dog dan ‘lain-lain’ di parkiran bersama beberapa kawan baru, kami terbawa suasana [mabuk, hehe] dan terkapar di jok belakang mobil seorang Jewish yang sangat menghargai ‘moment’ tersebut. Hari ini nasib kami kurang beruntung, jam main kami berbarengan dengan Anti Flag yang bermain di main stage [jaraknya cuma 20 meter dari stage kami]. Dan parahnya lagi, Anti Flag berasal dari Pittsburgh! Bisa ditebak, they totally won the crowd but SID tetap semangat beraksi, Eka melompat kesana kemari bagaikan kucing diatas aspal panas dan kita bertiga melompat tinggi meraih langit diakhir Kuta Rock City. Yep! Walaupun sepi, kami tetap berhasil menjual banyak CD dan menerima permintaan foto dan tandatangan. Salah seorang warga AS pembeli CD malah berkomentar “You guys got more skills than Green Day!” Haha, walaupun kami tahu itu pujian yang berlebihan, namun hal tersebut cukup menghibur.
Oya, hari ini kami kedatangan dua rekan wartawan dari Indonesia yang khusus datang untuk meliput kegiatan SID selama beberapa hari di Warped Tour dan From Bali With Rock Tour. Setelah interview session dengan mereka, kami meluncur ke Cleveland [3 jam] dengan rasa lelah campur gembira karena besok adalah hari terakhir kita main di Warped Tour. Senang karena terus terang menjalani Warped Tour sangat mengurus tenaga dan pikiran. Tiap hari kita bangun pagi, menuju venue, konser, masuk ke mobil yang penuh sesak barang dan penumpang, menuju kota lain, konser, masuk mobil, begitu diulang terus menerus. Walaupun seru tapi setelah hari ke 14 kami merasa perlu break.
9 Juli 2009, Cleveland, OH.
Karena tiba di Cleveland lumayan awal dan mendapat hotel yang nyaman [akhirnya!], kami istirahat dengan maksimal dan siap tempur untuk hari terakhir kita di Warped Tour. Venue kali ini cukup berkarakter, ditengah kota namun seperti dikurung oleh komplek pabrik besi yang sudah pensiun. Kami main jam 1.50 siang dan walaupun bersaing dengan Bad Religion yang bermain bersamaan, kami cukup berhasil memancing penonton. Bahkan setelah lagu terakhir, crowd sempat meneriakkan “more! more! more!” walaupun sayang sekali kami tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Penjualan CD dan t.shirt sama sekali tidak mengecewakan. Kami juga bertemu dengan beberapa warga AS yang mengaku cukup mengikuti SID dari internet.
Setelah membuat beberapa footage untuk kepentingan DVD kami, kami segera meluncur ke Washington [6 jam] dan akan menginap di rumah Dubes RI disana. Wah harus jaga sikap nih, hehe. Oya, jika ada satu hal yang cukup berarti bagi SID selama Warped Tour ini -berdasarkan evaluasi lapangan- rata-rata warga AS yang menyukai SID adalah mereka yang masuk dalam kategori outcast [tidak diterima pergaulan dan sering diremehkan]. Ini terlihat dari bentuk fisik, cara berbicara dan berpakaian mereka. Kalau di Indonesia istilahnya mereka anak-anak yang ‘tidak mengikuti jaman’ atau ‘tidak gaul’. Dan kami bangga kami bisa membuat mereka tersenyum. Kami bangga musik kami bisa berarti di hati mereka karena SID memang tercipta untuk orang-orang tersisih dimanapun mereka berada.
Goodbye Warped Tour, we had a good fight!
Jrx
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/sid-american-tour-diary-3/127833145588
5 Juli 2009, Dallas, TX.
Naskleng telat nok! Gara-gara ada masalah dengan GPS [alat bantu penentu arah yang terhubung dengan satelit] di van sewaan, kami sempat tersesat dan telat tiba di venue. Kami seharusnya naik jam 11.15 siang namun tiba di venue jam 11.25. Dari parkiran kita berlari [sambil menenteng gitar, drum dll] ke stage dan langsung set alat. Tak diduga jumlah penonton lumayan rame, kami pun bermain dengan semangat walaupun Bobby belum sempat melumuri rambutnya dengan hairwax. Karena telat kami hanya membawakan 3 lagu namun sambutan crowd amat bagus dan penjualan CD pun lancar.
Salah satu pembeli adalah seorang tattoo artis lokal yang hanya memiliki satu buah tattoo, hehe. Kelar di panggung, kami antri makan siang seperti biasa, keliling-keliling sebentar lalu mewawancarai band Born To Lose [Texas] sebelum akhirnya cabut menuju Memphis, Tennessee [7 jam]. Kita akan menginap di Memphis karena the next Warped Tour tanggal 7 Juli diadakan di Indianapolis [15 jam dari Dallas].
Yeah, perjalanan yang panjang dan melelahkan namun kita berusaha untuk stay positive. Rasa jenuh kita bunuh dengan joke-joke amatir [yang sebenarnya tidak lucu], menyimak album baru No Use For A Name dan memuaskan naluri kulinari dengan series of the worst American junk foods! 3-4 jam sekali kita berhenti di pompa bensin dan biasanya kembali ke mobil dengan tangan [dan kantong] penuh hot dog, beef jerky, pork crackers, ice cream, chilli dog dan lain-lain. Haha, pulang pulang bentuk badan bisa berubah nih. Hope not!
7 Juli 2009, Indianapolis, IN.
Sempat singgah di kampung Elvis Presley di Graceland [Memphis, Tennessee] dan bergaya bak tourist dari neraka, kami sempat membuat video dan sedikit berbelanja. Here in Graceland you can get about anything that has to do with Elvis. Dari wig, topeng sampai sambal merk Elvis, hebat! 8 jam perjalanan dengan Mbak Lia sebagai DJ ipod [yang menuai banyak protes, hehe] kita tiba di Indianapolis jam 1 malam dan disambut elevator hotel yang sudah layak ganti. Beruntung hotel-hotel di Amerika memiliki lantai yang berkarpet tebal, tak masalah bagi kami untuk sebagian tidur di lantai.
Bangun jam 8 pagi cuaca cukup bersahabat, cuma 28 derajat celcius, hampir mirip di Indonesia. Kelar sarapan cereal dan toast kami menuju venue dengan energi yang cukup bagus. Kami menarik banyak perhatian saat berkelling dengan pakaian adat Bali, bahkan kali ini kami berkeliling dengan volume maksimal ipod speaker yang memutar lagu SID. Main tepat pukul 12.25 siang setelah band pop punk semi-terkenal The Blackout [Wales, UK], kami mendapat crowd yang sedikit diluar dugaan! Ramai dan sangat responsif. Kami pun seperti mendapat energi tambahan dan sukses menghajar stage. Lagi lagi penjualan CD/merch melampaui rekor sebelumnya.
Permintaan foto dan tandatangan pun mulai berdatangan. Tak lama kami diculik sekelompok pemuda Bali yang menetap di Indiana untuk dibawa menuju ke restoran Jepang tempat mereka bekerja. Next, atraksi drum tradisional Jepang ala SID yang ditemani sirkus memasak ditampilkan. Tawa keras, beer, sake bomb, sushi segar dan wasabi yang maksimal membut kami ingin stay lebih lama tapi itu tak mungkin. Jam 6 kami tancap gas menuju Pittsburgh [6 jam] dan beruntung sosok baik hati yang kami kenal di Myspace menawarkan tempat menginap [dan seisi kulkas penuh bir] di Pittsburgh. Yeah, the long road continues.....Pittsburgh you better be ready!
8 Juli 2009, Pittsburgh, PA.
Tiba di lokasi menginap jam 3 pagi, kita disambut bir dingin, film Reservoir Dogs dan cuaca yang tak kalah dinginnya. Yeah, Pittsburgh yang dijuluki Iron City [karena banyak pabrik baja] lumayan dingin malam ini. Kita semua tidur di karpet dan saking dinginnya, jam 6 pagi Jrx sempat pindah ke mobil dan menghangatkan diri dengan heater. Karena tidak ingin terlambat lagi seperti di Dallas, kita bangun jam 8 pagi dan sampai di venue jam 9 hanya untuk mengetahui bahwa SID main jam 4.30 sore, damn! Ya sudahlah, sambil menunggu kita keliling-keliling venue yang berbukit-bukit.
Sempat terjebak pesta beer, hot dog dan ‘lain-lain’ di parkiran bersama beberapa kawan baru, kami terbawa suasana [mabuk, hehe] dan terkapar di jok belakang mobil seorang Jewish yang sangat menghargai ‘moment’ tersebut. Hari ini nasib kami kurang beruntung, jam main kami berbarengan dengan Anti Flag yang bermain di main stage [jaraknya cuma 20 meter dari stage kami]. Dan parahnya lagi, Anti Flag berasal dari Pittsburgh! Bisa ditebak, they totally won the crowd but SID tetap semangat beraksi, Eka melompat kesana kemari bagaikan kucing diatas aspal panas dan kita bertiga melompat tinggi meraih langit diakhir Kuta Rock City. Yep! Walaupun sepi, kami tetap berhasil menjual banyak CD dan menerima permintaan foto dan tandatangan. Salah seorang warga AS pembeli CD malah berkomentar “You guys got more skills than Green Day!” Haha, walaupun kami tahu itu pujian yang berlebihan, namun hal tersebut cukup menghibur.
Oya, hari ini kami kedatangan dua rekan wartawan dari Indonesia yang khusus datang untuk meliput kegiatan SID selama beberapa hari di Warped Tour dan From Bali With Rock Tour. Setelah interview session dengan mereka, kami meluncur ke Cleveland [3 jam] dengan rasa lelah campur gembira karena besok adalah hari terakhir kita main di Warped Tour. Senang karena terus terang menjalani Warped Tour sangat mengurus tenaga dan pikiran. Tiap hari kita bangun pagi, menuju venue, konser, masuk ke mobil yang penuh sesak barang dan penumpang, menuju kota lain, konser, masuk mobil, begitu diulang terus menerus. Walaupun seru tapi setelah hari ke 14 kami merasa perlu break.
9 Juli 2009, Cleveland, OH.
Karena tiba di Cleveland lumayan awal dan mendapat hotel yang nyaman [akhirnya!], kami istirahat dengan maksimal dan siap tempur untuk hari terakhir kita di Warped Tour. Venue kali ini cukup berkarakter, ditengah kota namun seperti dikurung oleh komplek pabrik besi yang sudah pensiun. Kami main jam 1.50 siang dan walaupun bersaing dengan Bad Religion yang bermain bersamaan, kami cukup berhasil memancing penonton. Bahkan setelah lagu terakhir, crowd sempat meneriakkan “more! more! more!” walaupun sayang sekali kami tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Penjualan CD dan t.shirt sama sekali tidak mengecewakan. Kami juga bertemu dengan beberapa warga AS yang mengaku cukup mengikuti SID dari internet.
Setelah membuat beberapa footage untuk kepentingan DVD kami, kami segera meluncur ke Washington [6 jam] dan akan menginap di rumah Dubes RI disana. Wah harus jaga sikap nih, hehe. Oya, jika ada satu hal yang cukup berarti bagi SID selama Warped Tour ini -berdasarkan evaluasi lapangan- rata-rata warga AS yang menyukai SID adalah mereka yang masuk dalam kategori outcast [tidak diterima pergaulan dan sering diremehkan]. Ini terlihat dari bentuk fisik, cara berbicara dan berpakaian mereka. Kalau di Indonesia istilahnya mereka anak-anak yang ‘tidak mengikuti jaman’ atau ‘tidak gaul’. Dan kami bangga kami bisa membuat mereka tersenyum. Kami bangga musik kami bisa berarti di hati mereka karena SID memang tercipta untuk orang-orang tersisih dimanapun mereka berada.
Goodbye Warped Tour, we had a good fight!
Jrx
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/sid-american-tour-diary-3/127833145588
Label:
Catatan,
Jrx,
Superman Is Dead
SID American Tour Diary 2
Oleh: Superman Is Dead
30 Juni 2009, Phoenix, AZ.
6 hours from Santa Clarita to Phoenix, kita sampai di hotel jam 1 malam. Hotel yang cukup menyenangkan: $70/malam, 3 bed dan saluran TV yang dipenuhi berita religius. Haha. Woke up at 7 kita disambut suhu 46 derajat Celcius! Dan kita pikir Bali cukup panas. Perjalanan ke venue dan pencarian parkir berjalan aman. Mendapat jadwal bermain jam 2.35 sore kita memilih mengambil jatah makan siang dahulu, dan lagi-lagi antrian panjang menanti dibawah terik matahari Phoenix. Sehabis lunch, Bobby dan Eka sibuk meracik Tequila di belakang panggung. Tequila dan 46 derajat celcius bukanlah kombinasi yang menyenangkan. Panas-nya cuaca benar-benar menguras tenaga, terbukti kami cuma mampu membawa 5 dari 6 lagu. The heat was worst than playing in Twice Bar.
Sukses menjual beberapa CD dan T-shirt, kami mewawancarai Civet, sebuah femme fatale punkrock band from LA yang albumnya rilis under Hellcat Records milik Tim Armstrong. Kami juga sempat mewawancarai rekan sepanggung kami goth-rocker dari Holywood, Dommin untuk kepentingan dokumentasi tour SID. Setelah mengambil honor manggung yang tidak dipotong pajak seperti di 3 gig sebelumnya di California, kami menuju Las Cruces [New Mexico] yang berjarak 7 jam dari Phoenix.
Hmmm, New Mexico.....Tequila anyone?
1 Juli 2009, Las Cruces, NM.
Melewati hujan badai, perjalanan 7 jam menuju Las Cruces sedikit menegangkan karena kita harus menyalip truk truk gandeng besar sepanjang freeway. Hasilnya, kaca van sewaan kita retak terkena serpihan kerikil yang terpental dari ban truk. Well, itulah kegunaan asuransi right? Tiba di hotel jam 1 tengah malam, kita sempat kucing-kucingan dengan pemilik hotel. Berhubung budget terbatas, kami hanya menyewa satu kamar untuk 7 orang tanpa ketahuan pihak hotel, hehe. Woke up at 7 kita langsung menuju venue dengan strategi baru: pakaian adat Bali! Sebelum konser kita berjalan keliling venue mengenakan pakaian adat sambil membawa papan pengumuman yang berisi informasi di stage mana dan jam berapa SID bermain. Nasib kita bagus, strategi kita cukup berhasil dan tepat jam 12.35 saat kita menghajar panggung, jumlah penonton lumayan banyak, moshing pun pecah, kita bahkan diberi tambahan waktu oleh stage manager. Kita membawakan 7 lagu, menjual banyak CD/merchandise dan mendapat respek maksimal dari fans baru yang sebagian besar warga keturunan Mexico. Band-band lain dan panitia Warped Tour juga sempat memberi pujian. We did good today. Jam 3 sore kita langsung menuju San Antonio, Texas. Another 10 hours drive to the land of the cowboys, yiiiiha!
2 Juli 2009, San Antonio, TX.
Kami tiba di San Antonio jam 3.30 pagi, langsung masuk hotel dan KO. Arise at 9 kami bergegas menuju venue. Cuaca cukup panas, 37 derajat celcius dan antrian penonton amat sangat panjang. Tampaknya San Antonio is a high populated city. Segera kami kenakan pakaian adat Bali dan berkeliling venue dengan papan pengumuman sambil membagikan stiker. Hari ini kita main jam 3.35. Lelah berkeliling kami istirahat makan siang dan bersiap untuk membakar panggung. Inilah susahnya bermain di festival semacam Warped Tour. SID yang jelas masih bukan siapa-siapa di USA harus bersaing dengan band-band besar yang bermain di main stage dalam hal mencari penonton.
SID [dan band-band Kevin Says Stage lainnya] seringkali harus mati-matian merebut perhatian penonton yang lebih terkonsentrasi di main stage untuk menyaksikan Bad Religion, NOFX dll. It’s not an easy job at all but we won’t give up and we’ll never will.
Terbukti, walaupun hanya ditonton puluhan orang, grafik penjualan CD dan T-shirt kami yang kami jual disebelah panggung sama sekali tidak mengecewakan. Band-band lain juga ikut memberi kami support dari depan panggung. Dalam Vodkabilly, kami sempat memeperagakan aksi solo masing-masing personel. Hasilnya, seorang stage crew memberi kami hadiah spesial, stimulan herbal asli Amerika yang mengaktifkan syaraf tawa dan menenangkan pikiran, bagus dikonsumsi sebelum tidur, hehehe. Merdeka!
3 Juli 2009, Houston, TX.
Tiba di hotel jam 8.30 malam, kami disambut seorang junkie yang ingin meminjam HP diparkiran hotel. Absurd karena dia berbicara sepeti zombie. White trash zombie. Kelelahan, kami langsung tertidur setelah sebelumnya menyantap pizza delivery pesanan. Tiba di venue -seperti biasa- kami keliling deangan papan pengumuman. Sempat bertemu seorang bule tua yang jatuh cinta dengan Bali, kami sukses menarik perhatian calon penonton. Ternyata publik Amerika sangat minim pengetahuannya tentang Bali/Indonesia. Terbukti walaupun di papan pengumuman kami tertulis jelas ‘SID from Bali - Indonesia’ banyak dari mereka yang malah bertanya dimanakah Bali - Indonesia itu. Jadwal manggung kami hari ini jam 12.50 siang. Oya, khusus untuk Kevin Says stage tempat kami manggung, sumber listrik nya memakai tenaga matahari yang sangat ramah lingkungan. Solar system for punkrock noise! Kami sempat menyaksikan band-band punkrock keren seperti Civet [LA] dan Born To Lose [Texas] sebelum set kami tiba. Panasnya cuaca Houston yang sedikit lembab membuat kami benar-benar berkeringat untuk pertama kalinya di Amerika. Jumlah penonton makin bertambah dan Jrx pun sukses membuat basah udeng [penutup kepala tradisional Bali] yang dikenakannya. Penjualan CD/merchandise memecahkan rekor penjualan kami selama tour ini, indikasi yang cukup positif. Kami sempat lunch keliling sebentar sebelum akhirnya balik ke hotel. Besok libur nasional, hari kemerdekaan Amerika Serikat dan discount ada dimana-mana. Saat yang tepat untuk belanja. Sikat!
30 Juni 2009, Phoenix, AZ.
6 hours from Santa Clarita to Phoenix, kita sampai di hotel jam 1 malam. Hotel yang cukup menyenangkan: $70/malam, 3 bed dan saluran TV yang dipenuhi berita religius. Haha. Woke up at 7 kita disambut suhu 46 derajat Celcius! Dan kita pikir Bali cukup panas. Perjalanan ke venue dan pencarian parkir berjalan aman. Mendapat jadwal bermain jam 2.35 sore kita memilih mengambil jatah makan siang dahulu, dan lagi-lagi antrian panjang menanti dibawah terik matahari Phoenix. Sehabis lunch, Bobby dan Eka sibuk meracik Tequila di belakang panggung. Tequila dan 46 derajat celcius bukanlah kombinasi yang menyenangkan. Panas-nya cuaca benar-benar menguras tenaga, terbukti kami cuma mampu membawa 5 dari 6 lagu. The heat was worst than playing in Twice Bar.
Sukses menjual beberapa CD dan T-shirt, kami mewawancarai Civet, sebuah femme fatale punkrock band from LA yang albumnya rilis under Hellcat Records milik Tim Armstrong. Kami juga sempat mewawancarai rekan sepanggung kami goth-rocker dari Holywood, Dommin untuk kepentingan dokumentasi tour SID. Setelah mengambil honor manggung yang tidak dipotong pajak seperti di 3 gig sebelumnya di California, kami menuju Las Cruces [New Mexico] yang berjarak 7 jam dari Phoenix.
Hmmm, New Mexico.....Tequila anyone?
1 Juli 2009, Las Cruces, NM.
Melewati hujan badai, perjalanan 7 jam menuju Las Cruces sedikit menegangkan karena kita harus menyalip truk truk gandeng besar sepanjang freeway. Hasilnya, kaca van sewaan kita retak terkena serpihan kerikil yang terpental dari ban truk. Well, itulah kegunaan asuransi right? Tiba di hotel jam 1 tengah malam, kita sempat kucing-kucingan dengan pemilik hotel. Berhubung budget terbatas, kami hanya menyewa satu kamar untuk 7 orang tanpa ketahuan pihak hotel, hehe. Woke up at 7 kita langsung menuju venue dengan strategi baru: pakaian adat Bali! Sebelum konser kita berjalan keliling venue mengenakan pakaian adat sambil membawa papan pengumuman yang berisi informasi di stage mana dan jam berapa SID bermain. Nasib kita bagus, strategi kita cukup berhasil dan tepat jam 12.35 saat kita menghajar panggung, jumlah penonton lumayan banyak, moshing pun pecah, kita bahkan diberi tambahan waktu oleh stage manager. Kita membawakan 7 lagu, menjual banyak CD/merchandise dan mendapat respek maksimal dari fans baru yang sebagian besar warga keturunan Mexico. Band-band lain dan panitia Warped Tour juga sempat memberi pujian. We did good today. Jam 3 sore kita langsung menuju San Antonio, Texas. Another 10 hours drive to the land of the cowboys, yiiiiha!
2 Juli 2009, San Antonio, TX.
Kami tiba di San Antonio jam 3.30 pagi, langsung masuk hotel dan KO. Arise at 9 kami bergegas menuju venue. Cuaca cukup panas, 37 derajat celcius dan antrian penonton amat sangat panjang. Tampaknya San Antonio is a high populated city. Segera kami kenakan pakaian adat Bali dan berkeliling venue dengan papan pengumuman sambil membagikan stiker. Hari ini kita main jam 3.35. Lelah berkeliling kami istirahat makan siang dan bersiap untuk membakar panggung. Inilah susahnya bermain di festival semacam Warped Tour. SID yang jelas masih bukan siapa-siapa di USA harus bersaing dengan band-band besar yang bermain di main stage dalam hal mencari penonton.
SID [dan band-band Kevin Says Stage lainnya] seringkali harus mati-matian merebut perhatian penonton yang lebih terkonsentrasi di main stage untuk menyaksikan Bad Religion, NOFX dll. It’s not an easy job at all but we won’t give up and we’ll never will.
Terbukti, walaupun hanya ditonton puluhan orang, grafik penjualan CD dan T-shirt kami yang kami jual disebelah panggung sama sekali tidak mengecewakan. Band-band lain juga ikut memberi kami support dari depan panggung. Dalam Vodkabilly, kami sempat memeperagakan aksi solo masing-masing personel. Hasilnya, seorang stage crew memberi kami hadiah spesial, stimulan herbal asli Amerika yang mengaktifkan syaraf tawa dan menenangkan pikiran, bagus dikonsumsi sebelum tidur, hehehe. Merdeka!
3 Juli 2009, Houston, TX.
Tiba di hotel jam 8.30 malam, kami disambut seorang junkie yang ingin meminjam HP diparkiran hotel. Absurd karena dia berbicara sepeti zombie. White trash zombie. Kelelahan, kami langsung tertidur setelah sebelumnya menyantap pizza delivery pesanan. Tiba di venue -seperti biasa- kami keliling deangan papan pengumuman. Sempat bertemu seorang bule tua yang jatuh cinta dengan Bali, kami sukses menarik perhatian calon penonton. Ternyata publik Amerika sangat minim pengetahuannya tentang Bali/Indonesia. Terbukti walaupun di papan pengumuman kami tertulis jelas ‘SID from Bali - Indonesia’ banyak dari mereka yang malah bertanya dimanakah Bali - Indonesia itu. Jadwal manggung kami hari ini jam 12.50 siang. Oya, khusus untuk Kevin Says stage tempat kami manggung, sumber listrik nya memakai tenaga matahari yang sangat ramah lingkungan. Solar system for punkrock noise! Kami sempat menyaksikan band-band punkrock keren seperti Civet [LA] dan Born To Lose [Texas] sebelum set kami tiba. Panasnya cuaca Houston yang sedikit lembab membuat kami benar-benar berkeringat untuk pertama kalinya di Amerika. Jumlah penonton makin bertambah dan Jrx pun sukses membuat basah udeng [penutup kepala tradisional Bali] yang dikenakannya. Penjualan CD/merchandise memecahkan rekor penjualan kami selama tour ini, indikasi yang cukup positif. Kami sempat lunch keliling sebentar sebelum akhirnya balik ke hotel. Besok libur nasional, hari kemerdekaan Amerika Serikat dan discount ada dimana-mana. Saat yang tepat untuk belanja. Sikat!
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
SID American Tour Diary I
Oleh: Superman Is Dead
24 Juni 2009, Bali INA.
Berat! Kami berangkat menuju airport Ngurah Rai dengan perasaan berat. Perjalanan tour SID ke Amerika yang seharusnya penuh api semangat dan keriangan terasa terganjal karena salah satu personel SID; Eka Rock terhadang masalah Visa yang sampai pada hari keberangkatan belum juga keluar, sementara Vans Warped Tour dimulai 26 Juni.
Dengan China Airlines, kami melewati melewati Samudera Pasifik ditemani bir, Watchmen ber-subtitle mandarin [The Comedian kicks ass!] dan berbutir-butir pil tidur.
Transit di Taipei selama 30 menit kita lalui dengan lesu, berharap hari cepat berlalu dan Eka mendapatkan Visa-nya sebelum tanggal 25 Juni. Another 11 hours from Taipei to LA kita lewati dengan skenario yang sama; bir, film & pil tidur. Whatever.
25 Juni 2009, Santa Clarita CA.
Tidak ada masalah yang berarti ketika berurusan dengan imigrasi di LA. Hembus dingin udara LA [walaupun summer] menyambut ketika kita keluar dari bandara. Disaat kita sibuk mencari tempat untuk merokok, sebuah pesan singkat kami terima mengatakan “Eka sudah mendapatkan Visa nya, dia bisa berangkat tanggal 25 Juni”. Serasa di charge mesin V8, kami spontan berteriak gembira dan saling peluk. Momen yang cukup emosional. Mbak Lia manager SID terlihat hampir menagis. Nina dari Mastra Production yang menjemput kita di airport juga cukup terbawa suasana.
Yeah, sekarang semua bisa bernafas lega. Kita langsung tancap gas menuju Santa Clarita, tempat kita menginap selama di California. Persetan dengan jet lag, USA here we come!
26 Juni 2009, Pomona CA.
Karena Eka baru tiba di LA tanggal 26 Juni malam hari, kita memakai Eko [kru SID] untuk mengisi posisi bass pada Warped Tour di Pomona California. Eko menjalankan tugasnya dengan baik, sayang kita diposisikan sebagai band pembuka rangkaian Warped Tour 2009 ini. Kita main jam 11 siang disaat penonton baru masuk seperempatnya. Walaupun tidak dengan format 100% kami mampu membuat beberapa punkrocker lokal menunjukkan tarian pogo-nya. Setelahnya, kami antri untuk mengambil jatah makan siang dan terjadi pemandangan yang cukup menarik.
Dibarisan antrian yang cukup panjang ada beberapa nama besar skena punk/hardcore internasional : The Ataris, Thrice, Aiden, Anti Flag dll. Mereka semua ikut berdiri mengantri untuk makan siang. Pemandangan yang mungkin tidak pernah terjadi di Indonesia.
27 Juni 2009, San Fransisco CA.
Berangkat jam 3 pagi, perjalanan 8 jam dari Santa Clarita menuju SF terasa seabad dan pil tidur tidak lagi membantu. 7 orang plus alat-alat dalam 1 van is so not funny. Tiba di SF jam 9.30 pagi kami mengalami kesulitan mencari parkir. Kebetulan hari itu ada demo aktivis gay di dekat lokasi Warped Tour. Pukul 1.50 siang, dibawah cuaca SF yang cukup panas, kami sukses menghajar panggung dan pemintaan interview dari pers lokal mulai berdatangan. Setelah semua beres kami langsung cabut ke Ventura California.
Sempat singgah di Golden Gate dan mendapat kejutan hot dog gratis, kami tiba di Ventura jam 3 pagi. Beruntung rumah kosong yang kami tempati cukup nyaman, lengkap dengan seaview, boat/jetski pribadi, plasma TV dan seisi kulkas yang nyaris kadaluwarsa. Nicely, a friend came later with a crate of beer and a bottle of Jagermeister. Devilish!
28 Juni 2009, Ventura CA.
Di kota yang kustom kulture nya cukup kuat ini kami singgah di Tony’s Pizza, sebuah restaurant pizza tradisional dekat pantai yang merayakan ulang tahun nya yang ke 50. Kami menyantap pizza sambil menjatuhkan rahang dikala sebuah Cadillac Devillle berwarna matt black melintas dengan smooth-nya. Sebuah pemandangan yang sangat California: tattoos, hot rod, beach and punkrock. Disini hampir 70% orang yang kami jumpai memiliki tattoo, boys or girls. Dan tiba-tiba kami merasa kurang brandalan. Haha.
Hari ini kami bermain jam 3.15 sore. Kami kurang beruntung, lokasi panggung kami kurang strategis karena terhalang main stage. Band-band yang bermain sebelum/setelah kami juga mengalami nasib yang sama: tidak berhasil menarik penonton yang maksimal. Selesai menjalankan tugas, kami sempat ditraktir minum oleh seorang penonton yang keep saying “You guys made my day”. Balik ke Tony’s Pizza untuk mengambil mobil, kami diberi jatah free pizza dan dengan perut kenyang kami menuju Santa Clarita to celebrate a friend’s birthday. Auw!
24 Juni 2009, Bali INA.
Berat! Kami berangkat menuju airport Ngurah Rai dengan perasaan berat. Perjalanan tour SID ke Amerika yang seharusnya penuh api semangat dan keriangan terasa terganjal karena salah satu personel SID; Eka Rock terhadang masalah Visa yang sampai pada hari keberangkatan belum juga keluar, sementara Vans Warped Tour dimulai 26 Juni.
Dengan China Airlines, kami melewati melewati Samudera Pasifik ditemani bir, Watchmen ber-subtitle mandarin [The Comedian kicks ass!] dan berbutir-butir pil tidur.
Transit di Taipei selama 30 menit kita lalui dengan lesu, berharap hari cepat berlalu dan Eka mendapatkan Visa-nya sebelum tanggal 25 Juni. Another 11 hours from Taipei to LA kita lewati dengan skenario yang sama; bir, film & pil tidur. Whatever.
25 Juni 2009, Santa Clarita CA.
Tidak ada masalah yang berarti ketika berurusan dengan imigrasi di LA. Hembus dingin udara LA [walaupun summer] menyambut ketika kita keluar dari bandara. Disaat kita sibuk mencari tempat untuk merokok, sebuah pesan singkat kami terima mengatakan “Eka sudah mendapatkan Visa nya, dia bisa berangkat tanggal 25 Juni”. Serasa di charge mesin V8, kami spontan berteriak gembira dan saling peluk. Momen yang cukup emosional. Mbak Lia manager SID terlihat hampir menagis. Nina dari Mastra Production yang menjemput kita di airport juga cukup terbawa suasana.
Yeah, sekarang semua bisa bernafas lega. Kita langsung tancap gas menuju Santa Clarita, tempat kita menginap selama di California. Persetan dengan jet lag, USA here we come!
26 Juni 2009, Pomona CA.
Karena Eka baru tiba di LA tanggal 26 Juni malam hari, kita memakai Eko [kru SID] untuk mengisi posisi bass pada Warped Tour di Pomona California. Eko menjalankan tugasnya dengan baik, sayang kita diposisikan sebagai band pembuka rangkaian Warped Tour 2009 ini. Kita main jam 11 siang disaat penonton baru masuk seperempatnya. Walaupun tidak dengan format 100% kami mampu membuat beberapa punkrocker lokal menunjukkan tarian pogo-nya. Setelahnya, kami antri untuk mengambil jatah makan siang dan terjadi pemandangan yang cukup menarik.
Dibarisan antrian yang cukup panjang ada beberapa nama besar skena punk/hardcore internasional : The Ataris, Thrice, Aiden, Anti Flag dll. Mereka semua ikut berdiri mengantri untuk makan siang. Pemandangan yang mungkin tidak pernah terjadi di Indonesia.
27 Juni 2009, San Fransisco CA.
Berangkat jam 3 pagi, perjalanan 8 jam dari Santa Clarita menuju SF terasa seabad dan pil tidur tidak lagi membantu. 7 orang plus alat-alat dalam 1 van is so not funny. Tiba di SF jam 9.30 pagi kami mengalami kesulitan mencari parkir. Kebetulan hari itu ada demo aktivis gay di dekat lokasi Warped Tour. Pukul 1.50 siang, dibawah cuaca SF yang cukup panas, kami sukses menghajar panggung dan pemintaan interview dari pers lokal mulai berdatangan. Setelah semua beres kami langsung cabut ke Ventura California.
Sempat singgah di Golden Gate dan mendapat kejutan hot dog gratis, kami tiba di Ventura jam 3 pagi. Beruntung rumah kosong yang kami tempati cukup nyaman, lengkap dengan seaview, boat/jetski pribadi, plasma TV dan seisi kulkas yang nyaris kadaluwarsa. Nicely, a friend came later with a crate of beer and a bottle of Jagermeister. Devilish!
28 Juni 2009, Ventura CA.
Di kota yang kustom kulture nya cukup kuat ini kami singgah di Tony’s Pizza, sebuah restaurant pizza tradisional dekat pantai yang merayakan ulang tahun nya yang ke 50. Kami menyantap pizza sambil menjatuhkan rahang dikala sebuah Cadillac Devillle berwarna matt black melintas dengan smooth-nya. Sebuah pemandangan yang sangat California: tattoos, hot rod, beach and punkrock. Disini hampir 70% orang yang kami jumpai memiliki tattoo, boys or girls. Dan tiba-tiba kami merasa kurang brandalan. Haha.
Hari ini kami bermain jam 3.15 sore. Kami kurang beruntung, lokasi panggung kami kurang strategis karena terhalang main stage. Band-band yang bermain sebelum/setelah kami juga mengalami nasib yang sama: tidak berhasil menarik penonton yang maksimal. Selesai menjalankan tugas, kami sempat ditraktir minum oleh seorang penonton yang keep saying “You guys made my day”. Balik ke Tony’s Pizza untuk mengambil mobil, kami diberi jatah free pizza dan dengan perut kenyang kami menuju Santa Clarita to celebrate a friend’s birthday. Auw!
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Short History of a Beautiful Mess by Jrx
Oleh: Superman Is Dead
Short History of a Beautiful Mess
Back in the day, April's Fools Day 1st of April 1997. Di siang yang tidak sepanas sekarang-sekarang ini, saya dan beberapa penjahat menyebarkan fake info to our friends kalau band punkrock legendaris dari Amerika, NOFX akan konser di Twice Bar -dulu masih di berlokasi di depan Monumen Bom Bali- dan akan jammin' dengan Superman Is Dead. Free tanpa tiket. Bam! Tak memakan waktu lama, ternyata our brainless tricks worked! Malamnya Twice Bar langsung rame kedatangan teman-teman yang percaya akan berita tersebut. Malah ada teman yang dengan bangga datang mengajak beberapa temannya yang lagi liburan di Bali. Haha. And we just couldn't stop laughing ketika satu persatu mereka datang dengan wajah excited-nya. Setelah kita bilang kalau it's just an April's Fools joke, semua cuma bisa ketawa maksa sambil sedikit menggerutu. Sorry guys but it was all your fault to believe in our unbelievably stupid joke -untuk standar 10 tahun yang lalu- Dan karena banyak yang datang, akhirnya we were end up drinking together, talking about NOFX and honestly, we've never thought of NOFX akan konser di Bali, apalagi sampai Superman Is Dead yang menjadi pembuka mereka. It was all just our wish, and dreams….as punkrock kids.
Dream came true, 23rd of April 2007, NOFX actually beneran konser di Bali dan berbagi panggung dengan Superman Is Dead! Malam yang mungkin menjadi momen paling dikenang oleh sebagian generasi punkrock di Bali. Venue malam itu benar-benar terasa runtuh, mosh pit dan pogo yang masif, sing along yang tak berkesudahan dan semuanya pulang dengan senyum puas layaknya seorang perampok amatir yang baru saja berhasil merampok toko mainan kesukaan anaknya.
A few days after the show, saat badan saya masih pegal from the mosh pit, Acid from Surftime called me coz I owe them an article for this month's edition. So ya, sekalian aja saya ingin menulis tentang seberapa besar pengaruh band-band punkrock luar negeri terhadap standar musik dan lifestyle remaja Bali hingga saat ini.
Punkrock sudah masuk Bali sejak akhir tahun 70-an sampai awal 80-an, jamannya band anarcho-punk Inggris The Sex Pistols. Hampir berbarengan dengan masuknya rockabilly ke Bali melalui band The Stray Cats. Walau tidak ada data yang valid dan akurat, tanda-tanda masuknya punkrock dan rockabilly di Bali bisa diketahui –seingat saya yang waktu itu masih SD- dari banyaknya graffiti Sex Pistols diseputaran tembok-tembok kota Denpasar dan ada geng sepeda BMX bernama Stray Cats. Tanda lainnya yang saya temui baru-baru ini, beberapa thugs/berandalan top jaman dulu di Denpasar mempunyai tato logo kepala kucing milik The Stray Cats. Cuma lucunya orang Bali waktu itu belum tahu istilah 'rockabilly'. Hehe. Namun punkrock/rockabilly tidak bertahan lama. Selain penikmatnya yang cenderung terbatas dan dianggap outcasts oleh masyarakat tradisional [dianggap jeleme buduh/orang gila], minimnya informasi tentang punkrock/rockabilly juga membuatnya begitu gampang dilibas oleh trend new wave yang yang lebih manstream dan market-friendly, dimotori oleh band semacam Duran-Duran dan Spandau Ballet. Dan dari awal sampai akhir tahun 80-an, remaja Bali pekat dipengaruhi oleh genre new wave, pop [New Kids on The Block] hingga Euro-pop
[Roxette]. Kemudian awal tahun 90-an genre rock/metal [Guns n Roses, Bon Jovi, Sepultura, Metallica, Helloween, Morbid Angel dll] sempat populer dan mempunyai komunitas yang cukup solid. Naiknya rock/metal berbarengan dengan naiknya genre reggae [Bob Marley, Peter Tosh, Alpha Blondie] yang berawal dari pesisir pantai Sanur, sebelum akhirnya keduanya meredup karena munculnya era grunge dan punkrock revival di pertengahan tahun 90-an. Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden mewakili grunge heroes. Green Day, Rancid, Bad Religion dan NOFX mewakili second wave punkrock revivalists. Naiknya kedua genre ini juga diikuti oleh naiknya genre lain seperti street-punk [The Exploited, Total Chaos], hardcore [Biohazard, Rykers, Sick Of It All], rock n roll punk [The Ramones, Social Distortion] dan rockabilly [The Living End, The Stray Cats]
Dan mulailah sejarah punkrock Bali dari sini…
Sejak saat itu genre punkrock dan teman-teman jahat-nya seperti enggan menjauh dari keindahan pulau Bali. Jumlah band-nya kian hari kian bertambah, distro-distro yang menjual pernik punkrock bertebaran dimana-mana dan kuantitas konser-konser underground yang makin meningkat. Observasi jalanan yang kerap tanpa sengaja saya lakukan, menunjukkan kalau hingga saat ini jumlah anak muda di Bali yang mendengarkan punkrock justru kian hari kian bertambah. Bukti kongkret, kalau tahun 90-an hanya anak golongan SMA keatas yang mengkonsumsi punkrock, awal tahun 2000-an meningkat menjadi golongan SMP keatas, dan hingga sekarang ini saya lihat anak-anak SD-pun sudah mengidolakan punkrock dan datang ke konser-konser underground. Jumlah anak-anak SD ini tidak sedikit dan hebatnya lagi, mereka sudah tahu cara berdandan ala punkrocker –bahkan mungkin mereka terlihat lebih punkrock daripada punkrocker dewasa, haha-
Seiring waktu, punkrock pun melahirkan sub-genre yang kian meluas, tapi masih memiliki benang merah yang jelas. Genre kekinian seperti emo, goth-punk, metal-punk, disco-punk, screamo, punk-core dll tetap tidak jauh dari etos musik dan gaya hidup punkrock. Remaja Bali-pun seperti untouchable, tidak tersentuh oleh trend lain yang melanda kota-kota besar di Indonesia. Genre mainstream yang dipuja di kota-kota besar di Indonesia [pop-rock, brit-pop dan sebangsanya] justru menjadi genre yang kurang populer di Bali. Entah apa alasannya, saya juga kurang begitu paham. Mungkin karena kultur di Bali yang cenderung permisif? Atau karena remaja di Bali memiliki kesetiaan luar biasa terhadap pattern musik yang diciptakan oleh generasi sebelumnya?
Jika kota-kota besar di Indonesia bertanggung jawab atas lahirnya band-band nasional bergenre pop, rock, pop-rock, brit-pop dan new wave, maka Bali bertanggung jawab akan eksistensi band-band nasional yang meneriakkan punkrock, grunge dan rockabilly. Sebuah fenomena yang cukup menarik, dimana sebuah province kecil dengan intens melahirkan band-band beraliran non-mainstream, hingga diakui ditingkat nasional.
Satu hal yang pasti, tiap daerah mempunyai karakter tersendiri. Mempunyai tekstur budaya dan cara komunikasi yang berbeda. Dari sudut pandang Bali adalah pulau yang kecil, bisa jadi kenapa secara musikal Bali bisa berbeda dengan daerah-daerah lain adalah karena jumlah komunitasnya kecil juga. Tidak sebanyak komunitas di daerah lain. Analisis kasarnya, dengan komunitas yang jumlahnya tidak terlalu banyak, otomatis proses saling mempengaruhi satu sama lain menjadi lebih cepat karena semuanya cenderung saling mengenal dan saling mendukung. Persaingan-nya pun tidak sekeras dan sekotor daerah lain. Dan jadilah komunitas kecil ini seperti sulit ditembus trend dari luar. Mereka seolah sepakat akan peraturan tidak tertulis yang mereka buat, kalau tidak semua trend musik dari kota besar adalah pilihan musik terbaik. Yup, it's simple like that.
Well kings and kittens, mudah-mudahan resistensi Bali terhadap gempuran musik-musik mainstream kota besar bisa tetap ada selamanya. Hal-hal seperti ini adalah salah satu dari beberapa faktor yang menjadikan pulau Bali selalu berbeda, unique and beautiful.
Selalu dukung band teman anda dan jangan lupa menghargai perbedaan.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/short-history-of-a-beautiful-mess-by-jrx/136324590588
Short History of a Beautiful Mess
Back in the day, April's Fools Day 1st of April 1997. Di siang yang tidak sepanas sekarang-sekarang ini, saya dan beberapa penjahat menyebarkan fake info to our friends kalau band punkrock legendaris dari Amerika, NOFX akan konser di Twice Bar -dulu masih di berlokasi di depan Monumen Bom Bali- dan akan jammin' dengan Superman Is Dead. Free tanpa tiket. Bam! Tak memakan waktu lama, ternyata our brainless tricks worked! Malamnya Twice Bar langsung rame kedatangan teman-teman yang percaya akan berita tersebut. Malah ada teman yang dengan bangga datang mengajak beberapa temannya yang lagi liburan di Bali. Haha. And we just couldn't stop laughing ketika satu persatu mereka datang dengan wajah excited-nya. Setelah kita bilang kalau it's just an April's Fools joke, semua cuma bisa ketawa maksa sambil sedikit menggerutu. Sorry guys but it was all your fault to believe in our unbelievably stupid joke -untuk standar 10 tahun yang lalu- Dan karena banyak yang datang, akhirnya we were end up drinking together, talking about NOFX and honestly, we've never thought of NOFX akan konser di Bali, apalagi sampai Superman Is Dead yang menjadi pembuka mereka. It was all just our wish, and dreams….as punkrock kids.
Dream came true, 23rd of April 2007, NOFX actually beneran konser di Bali dan berbagi panggung dengan Superman Is Dead! Malam yang mungkin menjadi momen paling dikenang oleh sebagian generasi punkrock di Bali. Venue malam itu benar-benar terasa runtuh, mosh pit dan pogo yang masif, sing along yang tak berkesudahan dan semuanya pulang dengan senyum puas layaknya seorang perampok amatir yang baru saja berhasil merampok toko mainan kesukaan anaknya.
A few days after the show, saat badan saya masih pegal from the mosh pit, Acid from Surftime called me coz I owe them an article for this month's edition. So ya, sekalian aja saya ingin menulis tentang seberapa besar pengaruh band-band punkrock luar negeri terhadap standar musik dan lifestyle remaja Bali hingga saat ini.
Punkrock sudah masuk Bali sejak akhir tahun 70-an sampai awal 80-an, jamannya band anarcho-punk Inggris The Sex Pistols. Hampir berbarengan dengan masuknya rockabilly ke Bali melalui band The Stray Cats. Walau tidak ada data yang valid dan akurat, tanda-tanda masuknya punkrock dan rockabilly di Bali bisa diketahui –seingat saya yang waktu itu masih SD- dari banyaknya graffiti Sex Pistols diseputaran tembok-tembok kota Denpasar dan ada geng sepeda BMX bernama Stray Cats. Tanda lainnya yang saya temui baru-baru ini, beberapa thugs/berandalan top jaman dulu di Denpasar mempunyai tato logo kepala kucing milik The Stray Cats. Cuma lucunya orang Bali waktu itu belum tahu istilah 'rockabilly'. Hehe. Namun punkrock/rockabilly tidak bertahan lama. Selain penikmatnya yang cenderung terbatas dan dianggap outcasts oleh masyarakat tradisional [dianggap jeleme buduh/orang gila], minimnya informasi tentang punkrock/rockabilly juga membuatnya begitu gampang dilibas oleh trend new wave yang yang lebih manstream dan market-friendly, dimotori oleh band semacam Duran-Duran dan Spandau Ballet. Dan dari awal sampai akhir tahun 80-an, remaja Bali pekat dipengaruhi oleh genre new wave, pop [New Kids on The Block] hingga Euro-pop
[Roxette]. Kemudian awal tahun 90-an genre rock/metal [Guns n Roses, Bon Jovi, Sepultura, Metallica, Helloween, Morbid Angel dll] sempat populer dan mempunyai komunitas yang cukup solid. Naiknya rock/metal berbarengan dengan naiknya genre reggae [Bob Marley, Peter Tosh, Alpha Blondie] yang berawal dari pesisir pantai Sanur, sebelum akhirnya keduanya meredup karena munculnya era grunge dan punkrock revival di pertengahan tahun 90-an. Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden mewakili grunge heroes. Green Day, Rancid, Bad Religion dan NOFX mewakili second wave punkrock revivalists. Naiknya kedua genre ini juga diikuti oleh naiknya genre lain seperti street-punk [The Exploited, Total Chaos], hardcore [Biohazard, Rykers, Sick Of It All], rock n roll punk [The Ramones, Social Distortion] dan rockabilly [The Living End, The Stray Cats]
Dan mulailah sejarah punkrock Bali dari sini…
Sejak saat itu genre punkrock dan teman-teman jahat-nya seperti enggan menjauh dari keindahan pulau Bali. Jumlah band-nya kian hari kian bertambah, distro-distro yang menjual pernik punkrock bertebaran dimana-mana dan kuantitas konser-konser underground yang makin meningkat. Observasi jalanan yang kerap tanpa sengaja saya lakukan, menunjukkan kalau hingga saat ini jumlah anak muda di Bali yang mendengarkan punkrock justru kian hari kian bertambah. Bukti kongkret, kalau tahun 90-an hanya anak golongan SMA keatas yang mengkonsumsi punkrock, awal tahun 2000-an meningkat menjadi golongan SMP keatas, dan hingga sekarang ini saya lihat anak-anak SD-pun sudah mengidolakan punkrock dan datang ke konser-konser underground. Jumlah anak-anak SD ini tidak sedikit dan hebatnya lagi, mereka sudah tahu cara berdandan ala punkrocker –bahkan mungkin mereka terlihat lebih punkrock daripada punkrocker dewasa, haha-
Seiring waktu, punkrock pun melahirkan sub-genre yang kian meluas, tapi masih memiliki benang merah yang jelas. Genre kekinian seperti emo, goth-punk, metal-punk, disco-punk, screamo, punk-core dll tetap tidak jauh dari etos musik dan gaya hidup punkrock. Remaja Bali-pun seperti untouchable, tidak tersentuh oleh trend lain yang melanda kota-kota besar di Indonesia. Genre mainstream yang dipuja di kota-kota besar di Indonesia [pop-rock, brit-pop dan sebangsanya] justru menjadi genre yang kurang populer di Bali. Entah apa alasannya, saya juga kurang begitu paham. Mungkin karena kultur di Bali yang cenderung permisif? Atau karena remaja di Bali memiliki kesetiaan luar biasa terhadap pattern musik yang diciptakan oleh generasi sebelumnya?
Jika kota-kota besar di Indonesia bertanggung jawab atas lahirnya band-band nasional bergenre pop, rock, pop-rock, brit-pop dan new wave, maka Bali bertanggung jawab akan eksistensi band-band nasional yang meneriakkan punkrock, grunge dan rockabilly. Sebuah fenomena yang cukup menarik, dimana sebuah province kecil dengan intens melahirkan band-band beraliran non-mainstream, hingga diakui ditingkat nasional.
Satu hal yang pasti, tiap daerah mempunyai karakter tersendiri. Mempunyai tekstur budaya dan cara komunikasi yang berbeda. Dari sudut pandang Bali adalah pulau yang kecil, bisa jadi kenapa secara musikal Bali bisa berbeda dengan daerah-daerah lain adalah karena jumlah komunitasnya kecil juga. Tidak sebanyak komunitas di daerah lain. Analisis kasarnya, dengan komunitas yang jumlahnya tidak terlalu banyak, otomatis proses saling mempengaruhi satu sama lain menjadi lebih cepat karena semuanya cenderung saling mengenal dan saling mendukung. Persaingan-nya pun tidak sekeras dan sekotor daerah lain. Dan jadilah komunitas kecil ini seperti sulit ditembus trend dari luar. Mereka seolah sepakat akan peraturan tidak tertulis yang mereka buat, kalau tidak semua trend musik dari kota besar adalah pilihan musik terbaik. Yup, it's simple like that.
Well kings and kittens, mudah-mudahan resistensi Bali terhadap gempuran musik-musik mainstream kota besar bisa tetap ada selamanya. Hal-hal seperti ini adalah salah satu dari beberapa faktor yang menjadikan pulau Bali selalu berbeda, unique and beautiful.
Selalu dukung band teman anda dan jangan lupa menghargai perbedaan.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/short-history-of-a-beautiful-mess-by-jrx/136324590588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Interview SID dengan Daymagz
- Apa kabar bali?
Jrx: Bali baik-baik saja bro, masih menjadi tempat bertemunya berbagai kultur yang selalu rame. Oya, suhu air laut di pantai Kuta akhir-akhir ini sangat dingin, kalau surfing tidak bisa lama-lama.....
- Siapa yg kalian kagumi?
Jrx: Saat ini saya kagum dengan Mbah Surip, beliau adalah sosok yang merepresentasikan cinta kasih yang sebenarnya.
- Angel and outsiders begitu dewasa, tangguh dan mengagumkan. whats next project?
Jrx: Belum ada bayangan absolut. Tapi tampaknya tour ke luar negeri masih menjadi salah satu menu utama agenda SID. Tampar dan tampar terus wajah industri musik Indonesia.
- Kalian berteriak "harus percaya tak ada yg sempurna..."
sedangkan di group facebook, penggemar kalian sempat kecewa karena SID sempat satu panggung dengan kangen band.
ini sangat kontradiksi.
apa kalian merasa pesan di lirik tsb kurang maksimal?
Jrx: Good question. Dari awal, SID sepenuhnya sadar kalau tidak semua penggemar bisa menangkap dengan literal apa pesan lagu-lagu kami. Kita berbicara mengenai beribu-ribu kepala manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda. Tidak mungkin kita bisa menyeragamkan, dan tidak perlu juga diseragamkan. That's just life. Jadi lirik '...tak ada yang sempurna' juga bisa kita posisikan sebagai lirik yang kita nyanyikan pada diri kita sendiri.
Dan SID harus bisa deal dengan itu. Khusus mengenai kasus Kangen Band, bisa dimengerti kenapa mereka tidak terima kita sepanggung. Itu wajar. Semua bagian dari proses filter untuk pada akhirnya hanya penggemar sejati yang tersisa.
- Siapa yang merancang kebutuhan visual SID? (fotografer, logo, artwork, videoworks, etc)
Jrx: Semua dari SID sendiri. Kita bertiga membuat konsep, merancang artworks, menulis skenario klip dll. Biasanya kita kerjasama dengan photografer/videomaker lokal untuk urusan photo/klip. Selalu support local talent semampu kita.
- SID sering menggunakan ikon-ikon "rasa amerika", seperti : cadillac, whiskey, tattoo, dadu, gurun nevada, tequila, vegas, lowrider, bengkel, etc. baik visual, lirik sampai artikel di web kalian.
apa ada alasan tertentu?
apa latar belakangnya terciptanya ikon tsb?
apakah suatu saat akan berubah?
Jrx: Alasan pertama tentu saja karena kita mencintai ikon-ikon tersebut. Terlepas apakah mereka berasal dari Amerika atau tidak bukanlah hal yang penting. Kami menyukainya secara estetika [gagah] dan secara konsep [jelas], bukan karena berasal dari Amerika. The way we see it, ada banyak energi yang tersimpan dalam ikon-ikon tersebut. Sebut saja misalnya Cadillac yang bagi kami melambangkan kekuatan yang anggun, tattoo yang melambangkan komitmen dan loyalitas, whiskey yang melambangkan kerasnya hidup, dadu yang melambangkan sikap berani mengambil resiko. Hal-hal seperti itu yang membuat SID tetap berbahaya dan tidak bisa ditiru di Indonesia. Apakah suatu saat semua itu akan berubah? Cuma Elvis dan Tuhan yang tahu.....
- Baru saja Jakarta menjadi korban teror bom, apa yang SID lakukan bila ada kesempatan bertemu langsung dengan mastermind teroris?
Jrx: Saya akan memaksanya untuk tiarap dan menggigit tepi trotoar, lalu dengan sekuat tenaga akan saya injak kepalanya sampai rahangnya hancur. Saya tidak menyukai kekerasan tapi hanya untuk sang mastermind teror, saya siap menjadi setan.
- Lets talk bout enviroment. bali sempat dikecam dunia internasional karena dianggap sebagai tempat pembantaian penyu dan jalak bali juga nyaris punah.
ada tangapan SID tentang hal ini?
Jrx: Sangat sedih, tapi memang tidak banyak yang bisa kita lakukan. Kesadaran masyarakat di Bali masih rendah. Jangankan melindungi binatang langka, membuang sampah saja masih sembarangan. Masyarakat Bali berpikir sangat simpel dan issue-issue tersebut dianggap kurang penting karena masih ada issue lain yang lebih dekat dengan kehidupan ekonomi mereka. Harus ada satu moment kuat yang bisa menyadarkan mereka. Kita tunggu saja, mudah-mudahan SID memiliki moment tersebut.
Jrx: Bali baik-baik saja bro, masih menjadi tempat bertemunya berbagai kultur yang selalu rame. Oya, suhu air laut di pantai Kuta akhir-akhir ini sangat dingin, kalau surfing tidak bisa lama-lama.....
- Siapa yg kalian kagumi?
Jrx: Saat ini saya kagum dengan Mbah Surip, beliau adalah sosok yang merepresentasikan cinta kasih yang sebenarnya.
- Angel and outsiders begitu dewasa, tangguh dan mengagumkan. whats next project?
Jrx: Belum ada bayangan absolut. Tapi tampaknya tour ke luar negeri masih menjadi salah satu menu utama agenda SID. Tampar dan tampar terus wajah industri musik Indonesia.
- Kalian berteriak "harus percaya tak ada yg sempurna..."
sedangkan di group facebook, penggemar kalian sempat kecewa karena SID sempat satu panggung dengan kangen band.
ini sangat kontradiksi.
apa kalian merasa pesan di lirik tsb kurang maksimal?
Jrx: Good question. Dari awal, SID sepenuhnya sadar kalau tidak semua penggemar bisa menangkap dengan literal apa pesan lagu-lagu kami. Kita berbicara mengenai beribu-ribu kepala manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda. Tidak mungkin kita bisa menyeragamkan, dan tidak perlu juga diseragamkan. That's just life. Jadi lirik '...tak ada yang sempurna' juga bisa kita posisikan sebagai lirik yang kita nyanyikan pada diri kita sendiri.
Dan SID harus bisa deal dengan itu. Khusus mengenai kasus Kangen Band, bisa dimengerti kenapa mereka tidak terima kita sepanggung. Itu wajar. Semua bagian dari proses filter untuk pada akhirnya hanya penggemar sejati yang tersisa.
- Siapa yang merancang kebutuhan visual SID? (fotografer, logo, artwork, videoworks, etc)
Jrx: Semua dari SID sendiri. Kita bertiga membuat konsep, merancang artworks, menulis skenario klip dll. Biasanya kita kerjasama dengan photografer/videomaker lokal untuk urusan photo/klip. Selalu support local talent semampu kita.
- SID sering menggunakan ikon-ikon "rasa amerika", seperti : cadillac, whiskey, tattoo, dadu, gurun nevada, tequila, vegas, lowrider, bengkel, etc. baik visual, lirik sampai artikel di web kalian.
apa ada alasan tertentu?
apa latar belakangnya terciptanya ikon tsb?
apakah suatu saat akan berubah?
Jrx: Alasan pertama tentu saja karena kita mencintai ikon-ikon tersebut. Terlepas apakah mereka berasal dari Amerika atau tidak bukanlah hal yang penting. Kami menyukainya secara estetika [gagah] dan secara konsep [jelas], bukan karena berasal dari Amerika. The way we see it, ada banyak energi yang tersimpan dalam ikon-ikon tersebut. Sebut saja misalnya Cadillac yang bagi kami melambangkan kekuatan yang anggun, tattoo yang melambangkan komitmen dan loyalitas, whiskey yang melambangkan kerasnya hidup, dadu yang melambangkan sikap berani mengambil resiko. Hal-hal seperti itu yang membuat SID tetap berbahaya dan tidak bisa ditiru di Indonesia. Apakah suatu saat semua itu akan berubah? Cuma Elvis dan Tuhan yang tahu.....
- Baru saja Jakarta menjadi korban teror bom, apa yang SID lakukan bila ada kesempatan bertemu langsung dengan mastermind teroris?
Jrx: Saya akan memaksanya untuk tiarap dan menggigit tepi trotoar, lalu dengan sekuat tenaga akan saya injak kepalanya sampai rahangnya hancur. Saya tidak menyukai kekerasan tapi hanya untuk sang mastermind teror, saya siap menjadi setan.
- Lets talk bout enviroment. bali sempat dikecam dunia internasional karena dianggap sebagai tempat pembantaian penyu dan jalak bali juga nyaris punah.
ada tangapan SID tentang hal ini?
Jrx: Sangat sedih, tapi memang tidak banyak yang bisa kita lakukan. Kesadaran masyarakat di Bali masih rendah. Jangankan melindungi binatang langka, membuang sampah saja masih sembarangan. Masyarakat Bali berpikir sangat simpel dan issue-issue tersebut dianggap kurang penting karena masih ada issue lain yang lebih dekat dengan kehidupan ekonomi mereka. Harus ada satu moment kuat yang bisa menyadarkan mereka. Kita tunggu saja, mudah-mudahan SID memiliki moment tersebut.
Label:
Interview,
Superman Is Dead
Kenapa SID Tampil Minus One di TV?
Oleh: Superman Is Dead
Menanggapi pertanyaan yang sering ditujukan kepada SID terkait penampilan kami di stasiun-stasiun TV nasional.
Tukang protes bertanya:
"Kenapa SID sering tidak tampil full live band kalau main di TV? Gak seru!"
Sebelum menjawab, kami ingin menjelaskan tampil dengan format tidak full live band memiliki beberapa istilah teknis, yang sering dipakai antara lain:
1. 'Minus One' yaitu ketika hanya vokal saja yang live sementara instrumen lainnya tidak.
Tehnik yang sama persis seperti ketika kita ber-karaoke.
2. 'Lip Sync' atau 'Playback' yaitu ketika semua instrumen termasuk vokal tidak ada yang live, semuanya diputar ulang. Tehnik ini juga selalu dilakukan oleh semua band dalam proses shooting video clip.
Dalam kasus SID, kami sama sekali tidak pernah melakukan 'Lyp Sync' atau 'Playback' di stasiun TV manapun. Yang kadang kami lakukan selama ini adalah tehnik 'Minus One'
Dan ini adalah alasannya, mohon diresapi:
1. Kendala teknis dan keterbatasan fasilitas yang dimiliki stasiun TV adalah alasan terbesar kenapa SID kadang harus memilih melakukan Minus One. Walaupun kita selalu fight dan berusaha untuk bisa tampil full live, kadang pihak TV memang tidak memiliki alat-alat yang mendukung. Mohon diingat, tampil live dan disiarkan di TV membutuhkan lebih banyak alat broadcast dan teknis nya lebih rumit daripada sekedar tampil live saja.
Alasan teknis inilah yang kadang membuat stasiun TV tidak bisa memberi SID fasilitas untuk tampil live. SID sadar jika keadaan memang tidak memungkinkan kami harus tahu diri dan bisa memanfaatkan apa yang ada.
2. Stasiun-stasiun TV tersebut BUKAN milik SID dan kami bukan tipe band rockstar manja yang belum apa-apa sudah minta ini minta itu. Kami ikuti peraturan main mereka karena kami tidak melihat hal tersebut mengancam esensi pesan dari lagu/attitude kami. Sama seperti halnya ketika mendengar lagu dari band favorit mu melalui radio atau CD player. Tidak ada bedanya. Band seperti SID tidak banyak memiliki kesempatan untuk tampil di media nasional karena -jujur- semua band di Indonesia tidak ada yang mendapat bayaran jika tampil di acara-acara TV. Kita hanya mendapat sedikit uang bensin dan makan. Semua itu dihitung promo. Bagi SID untuk tampil di TV kadang berat karena kami stay di Bali. Jadi selagi kita bisa tampil di TV, kita akan manfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Misi utama kami adalah menyebarluaskan pesan-pesan dalam lagu dan attitude kami seluas mungkin.
Apapun caranya akan kami lakukan.
Jadi bagi kamu yang rajin protes, tolong berpikir lebih luas. Tidak semua hal di dunia ini semudah yang kamu bayangkan. Kita tidak hidup sendiri dan bisa seenaknya menuntut ini itu disaat situasi tidak memungkinkan. Jika tidak suka melihat SID tampil minus one, matikan saja TV nya, beres. Yang jelas ada berjuta-juta remaja di pelosok Indonesia yang akhirnya bisa mengenal dan meresapi pesan yang kami sebarkan lewat TV. Dan bagi kami itu jauh lebih penting daripada hanya ingin 'terdengar' sangar dan idealis. Itu tidak akan merubah apa-apa.
Menanggapi pertanyaan yang sering ditujukan kepada SID terkait penampilan kami di stasiun-stasiun TV nasional.
Tukang protes bertanya:
"Kenapa SID sering tidak tampil full live band kalau main di TV? Gak seru!"
Sebelum menjawab, kami ingin menjelaskan tampil dengan format tidak full live band memiliki beberapa istilah teknis, yang sering dipakai antara lain:
1. 'Minus One' yaitu ketika hanya vokal saja yang live sementara instrumen lainnya tidak.
Tehnik yang sama persis seperti ketika kita ber-karaoke.
2. 'Lip Sync' atau 'Playback' yaitu ketika semua instrumen termasuk vokal tidak ada yang live, semuanya diputar ulang. Tehnik ini juga selalu dilakukan oleh semua band dalam proses shooting video clip.
Dalam kasus SID, kami sama sekali tidak pernah melakukan 'Lyp Sync' atau 'Playback' di stasiun TV manapun. Yang kadang kami lakukan selama ini adalah tehnik 'Minus One'
Dan ini adalah alasannya, mohon diresapi:
1. Kendala teknis dan keterbatasan fasilitas yang dimiliki stasiun TV adalah alasan terbesar kenapa SID kadang harus memilih melakukan Minus One. Walaupun kita selalu fight dan berusaha untuk bisa tampil full live, kadang pihak TV memang tidak memiliki alat-alat yang mendukung. Mohon diingat, tampil live dan disiarkan di TV membutuhkan lebih banyak alat broadcast dan teknis nya lebih rumit daripada sekedar tampil live saja.
Alasan teknis inilah yang kadang membuat stasiun TV tidak bisa memberi SID fasilitas untuk tampil live. SID sadar jika keadaan memang tidak memungkinkan kami harus tahu diri dan bisa memanfaatkan apa yang ada.
2. Stasiun-stasiun TV tersebut BUKAN milik SID dan kami bukan tipe band rockstar manja yang belum apa-apa sudah minta ini minta itu. Kami ikuti peraturan main mereka karena kami tidak melihat hal tersebut mengancam esensi pesan dari lagu/attitude kami. Sama seperti halnya ketika mendengar lagu dari band favorit mu melalui radio atau CD player. Tidak ada bedanya. Band seperti SID tidak banyak memiliki kesempatan untuk tampil di media nasional karena -jujur- semua band di Indonesia tidak ada yang mendapat bayaran jika tampil di acara-acara TV. Kita hanya mendapat sedikit uang bensin dan makan. Semua itu dihitung promo. Bagi SID untuk tampil di TV kadang berat karena kami stay di Bali. Jadi selagi kita bisa tampil di TV, kita akan manfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Misi utama kami adalah menyebarluaskan pesan-pesan dalam lagu dan attitude kami seluas mungkin.
Apapun caranya akan kami lakukan.
Jadi bagi kamu yang rajin protes, tolong berpikir lebih luas. Tidak semua hal di dunia ini semudah yang kamu bayangkan. Kita tidak hidup sendiri dan bisa seenaknya menuntut ini itu disaat situasi tidak memungkinkan. Jika tidak suka melihat SID tampil minus one, matikan saja TV nya, beres. Yang jelas ada berjuta-juta remaja di pelosok Indonesia yang akhirnya bisa mengenal dan meresapi pesan yang kami sebarkan lewat TV. Dan bagi kami itu jauh lebih penting daripada hanya ingin 'terdengar' sangar dan idealis. Itu tidak akan merubah apa-apa.
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Tentang SID by Gendo, Seorang Aktivis HAM dan Lingkungan
Oleh: Superman Is Dead
Superman Is Dead; Oase di Tengah Pemikiran Sempit Keseragaman
Oleh I Wayan “Gendo” Suardana
“Superman Is Dead (S.I.D) menginspirasi dan mengajarkan kami tentang indahnya perbedaan dan untuk menghormati keberagaman!” Kurang lebih itulah pendapat salah seorang penonton yang hadir dalam gig semalam (12/3/09) di salah satu pusat hiburan di bilangan Jakarta Pusat. Pernyataan secara terbuka yang diucapkan dalam sebuah panggung “glam” peluncuran album baru S.I.D yang bertajuk Angels & the OutSIDers.
Damn! Saya tersentak dengan pernyataan tersebut. Pernyataan yang sudah sangat lama saya nanti-nantikan tiba-tiba terdengar langsung oleh telinga saya. Mungkin banyak orang yang akan bertanya-tanya, apa istimewanya komentar tersebut? Sehingga harus membuat tersentak? Bukankah pendapat-pendapat seperti itu sudah biasa diucapkan? Lalu apa yang menjadi luar biasa?
Pertanyaan dan pernyataan seperti itu seolah-oleh beruntun menerjang kepala saya, seraya berusaha menjelaskannya. Pendapat seperti itu, tidak akan menjadi luar biasa apabila disampaikan untuk para pegiat kemanusiaan atau untuk kelompok-kelompok yang memang aktivitas mereka ada di wilayah perjuangan pluralisme. Namun tidak demikian apabila ucapan itu didedikasikan untuk S.I.D.
Dengan latar belakang “glamour”, tampilan ala punker, musik cadas, dan segala atribut “gaul” yang disandang oleh grup band ini, seolah-olah mereka adalah tiga “berandal” yang hanya bermusik dan larut dalam kehidupan glamour. Rambut spiky, rantai bergelantungan di pinggang, berbusana gaul nan glamour tidaklah cukup menggambarkan ketepatan dari penyataan di awal tulisan ini. Betapa ketiga pemuda ini jauh dari kategori kelompok yang peduli dengan keadaan sekitar.
Ditambah lagi tangan yang tiada henti memegang botol minuman beralkohol, semakin menjauhkan cap pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap kehidupan sosial. Belum lagi bila kita menengok ke belakang atas perjalanan grup band ini yang sempat dipenuhi dengan tuduhan rasis dan diskriminatif, menyebabkan S.I.D. sempat terpuruk dalam tuduhan-tuduhan rasis. Tentu saja keadaan ini kerap membuat roh lagu mereka menjadi hilang dan terkubur dalam “judge” glamour, rasis, dan anti sosial. Aktivitas-aktivitas mereka untuk kampanye kemanusiaan, kesetaraan, pluralisme menjadi sirna begitu saja.
Antara Glam dan Kemanusiaan
Sepanjang pengetahuan saya, SID baik sebagai sebuah grup band maupun individu-individunya adalah salah satu grup band yang cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, tentunya yang paling sering adalah melakukan kampanye pluralisme, kemanusiaan dan juga lingkungan. Tidak sebatas hanya datang dan bermain musik, bahkan terlibat langsung dalam pengadaan kampanye termasuk memobilisasi resource untuk menggelar kampanye musik.
Komitmen mereka atas kemanusiaan, pluralisme, lingkungan tergambar pula secara kuat dalam lagu-lagu mereka. Dapat dicatat bahwa hampir dalam setiap album yang dirilis oleh SID terdapat tema-tema lagu yang mengedepankan persaudaraan, kesetaraan, pluralisme. Kita vs Mereka, Marah Bumi, Citra O.D bahkan dalam album terbarunya terdapat pesan untuk menjaga semangat keberagaman yang tercermin dalam lagu “Kuat Kita Bersinar”.
Dalam setiap mereka penampilannya, tak henti-hentinya mengingatkan penonton yang ada di depan mereka untuk menghargai setiap perbedaan. Kadangkala oleh Bobby dengan mimik serius bak orator, atau kadang dengan guyonan “jorok” ala Eka Rock yang mengundang tawa tapi sarat dengan pesan indahnya keberagaman.
“Akh, itu hal yang biasa kali, namanya juga cari popularitas,” begitu kira-kira pendapat yang muncul bila kita menelaah S.I.D dan sisi humanismenya. Namun pendapat itu menjadi keliru bila menyimak perjalanan kreativitas para personel S.I.D di kala mereka belum terkenal seperti sekarang. Cukup susah mengatakan bahwa tema lagu mereka tentang kemanusiaan, kesetaraan dan pluralisme, adalah sebatas lagu panggung. Sebatas untaian kata yang hanya diteriakan di panggung-panggung lalu hilang dan lepas tak bermakna di dalam kehidupan mereka di luar panggung. Atau sangat berat rasanya mengatakan, bahwa pesan-pesan mereka adalah pesan semu yang hanya untuk gagah-gagahan di atas panggung.
Lekat dalam ingatan saya bagaimana S.I.D termasuk salah satu band menyisihkan energinya untuk kegiatan-kegiatan jalanan terutama pada tahun 1998 di mana euforia reformasi sedang masak-masaknya. Aksi massa di kampus-kampus sedang marak, diskusi informal merebak tiap saat dan di situlah beberapakali terlibat pula pemuda-pemuda ini.
Mereka bergabung dalam setiap aktivitas, mengeluarkan “merchandise” dalam bentuk stiker-stiker. Bukan stiker gaul atau stiker yang beraroma dunia glam tapi “merchandice” yang berbau kampanye gerakan. Tercatat dalam ingatan saya, berbagai stiker sarkas dengan tulisan; “Sohardto F**k”, atau maaf” Tutut Titit” yang sesuai kehendak zaman pada saat itu. Mungkin seseuatu hal yang kecil, tetapi sarat akan makna kepedulian mereka dengan kondisi sosial.
Di tengah lagu-lagu mereka yang sekilas terkesan mengumbar tema glam, S.ID adalah salah satu band di Bali yang selalu siap tampil dalam acara-acara charity untuk kemanusiaan. Mungkin puluhan kali bahkan lebih, grup band ini terlibat secara aktif dalam pagelaran sosial tanpa bayaran. Tercatat S.I.D tampil dalam penggalangan dana untuk kemanusiaan pada saat bencana tsunami Aceh dan bencana gempa Jogjakarta. Bukan hanya sebatas tampil memikan musiknya, tapi juga peran Jerinx (drummer S.I.D) sebagai pengagas ide terutama dalam Pagelaran Kemanusiaan untuk bencana gempa Jogjakarta.
Demikian pula dalam hal perjuangan atas pluralisme dan keberagaman, S.I.D adalah Band yang terlibat pula secara aktif dalam kampanye penolakan RUU APP dari sejak dikumandangkan tahun 2006 sampai 2008. Tidak melulu aksi panggung tapi pemuda-pemuda ini juga terlibat dalam aksi-aksi jalanan. Menggarap roadshow musik untuk mengampanyekan, betapa berbahanya RUU APP dalam ranah Bhinekka Tunggal Ika. Betapa RUU APP mengancam sendi-sendi keberagaman dan berujung terancamnya nilai-nilai dan hakikat kemanusiaan.
Tema lagu kemanusiaan termanifestasikan dalam bentuk praktik-praktik S.I.D. Nilai universal kemanusiaan, menjadi lakon yang tidak bisa dinafikan begitu saja dari S.I.D. Kita masih ingat bagaimana agresi USA terhadap negara Irak? Di tengah kondisi sentimentil yang berkembang atas dunia Islam, S.I.D justru tampil dan keluar dari sentimentil itu. Solidaritas kemanusiaan adalah universal dan menembus batas tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, agama, suku, bangsa. Ini terwujudkan dalam pagelaran musik bertajuk “Stop War”, sebuah pagelaran musik untuk menentang agresi USA ke negara-negara Timur Tengah.
Apakah sebatas datang dan tampil dan menyanyi? Oh, tidak! S.I.D hadir dari menggagas ide, menyiapkan rencana kegiatan, mendesain propaganda dan mengumpulkan band-band untuk tampil bahkan sampai teknis acara. Itulah sekian banyak aktivitas dan praktek-praktek S.I.D yang menunjukan keselarasan antara tema lagu dengan praktik kehidupan nyata mereka.
Di tangan mereka, dunia “glam” menjadi tidak sebatas hura-hura dan dentingan sulang gelas dan botol alkohol . Dunia “glam saat ini menjadi dunia yang sarat dengan upaya penyadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, keberagaman, keseteraan dan perdamaian. Pesan-pesan yang secara termaktub dalam lagu-lagu mereka, terpropagandakan dalam “orasi-orasi panggung” dan mampu membangunkan kesadaran orang-orang akan arti penting dari nilai-nilai itu. Minimal di tingkatan penggemar mereka a.k.a outSIDers. Mampu meretas perbedaan sempit yang selama ini dikonstruksi oleh negara atas sekat-sekat suku, agama, ras, jenis kelamin, kebangsaan dll.
Lalu seberapa pentingkah ucapan penonton yang saya sampaikan di awal tulisan ini? Buat saya pernyataan itu sangat istimewa. Inilah pertamakalinya saya mendengar “pengakuan” atas aktivitas-aktivitas S.I.D yang sesungguhnya tidak pernah lepas dari dinamika sosial. Setidaknya ada satu orang yang tersadarkan atas kampanye dan propaganda lagu S.I.D selama ini. Bahkan bisa saja mewakili puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang lainnya. Sehingga judge fatalis (rasis, anti sosial) terkubur seiiring waktu.
Di tengah krisisnya bangsa ini akan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dengan bergelimang manusia-manusia berperilaku primitif dan berpikiran sempit nan membosankan, S.I.D tampil sebagai oase yang memberikan secercah harapan. Semestinya orang-orang yang selalu bertampilan necis, berjas rapi, mengaku orang terhormat merasa malu karena justru pesan-pesan kemanusiaan, anti diskriminasi, kesetaraan keluar dari mulut “berandal-berandal” ini.
Semoga tetep konsisten, mari ciptakan dunia baru tanpa diskriminasi. S.I.D “glam”mu kami tunggu seiiring dengan laju sepeda “lowrider” yang mengilhami orang untuk mencintai lingkungan.
……Dan kau sahabatku, mari kita bersulang!
Jakarta, 14 Maret 2009
artikel lengkap ada di http://gendovara.com/superman-is-dead-sid-oase-ditengah-pemikiran-sempit-keseragaman/
Superman Is Dead; Oase di Tengah Pemikiran Sempit Keseragaman
Oleh I Wayan “Gendo” Suardana
“Superman Is Dead (S.I.D) menginspirasi dan mengajarkan kami tentang indahnya perbedaan dan untuk menghormati keberagaman!” Kurang lebih itulah pendapat salah seorang penonton yang hadir dalam gig semalam (12/3/09) di salah satu pusat hiburan di bilangan Jakarta Pusat. Pernyataan secara terbuka yang diucapkan dalam sebuah panggung “glam” peluncuran album baru S.I.D yang bertajuk Angels & the OutSIDers.
Damn! Saya tersentak dengan pernyataan tersebut. Pernyataan yang sudah sangat lama saya nanti-nantikan tiba-tiba terdengar langsung oleh telinga saya. Mungkin banyak orang yang akan bertanya-tanya, apa istimewanya komentar tersebut? Sehingga harus membuat tersentak? Bukankah pendapat-pendapat seperti itu sudah biasa diucapkan? Lalu apa yang menjadi luar biasa?
Pertanyaan dan pernyataan seperti itu seolah-oleh beruntun menerjang kepala saya, seraya berusaha menjelaskannya. Pendapat seperti itu, tidak akan menjadi luar biasa apabila disampaikan untuk para pegiat kemanusiaan atau untuk kelompok-kelompok yang memang aktivitas mereka ada di wilayah perjuangan pluralisme. Namun tidak demikian apabila ucapan itu didedikasikan untuk S.I.D.
Dengan latar belakang “glamour”, tampilan ala punker, musik cadas, dan segala atribut “gaul” yang disandang oleh grup band ini, seolah-olah mereka adalah tiga “berandal” yang hanya bermusik dan larut dalam kehidupan glamour. Rambut spiky, rantai bergelantungan di pinggang, berbusana gaul nan glamour tidaklah cukup menggambarkan ketepatan dari penyataan di awal tulisan ini. Betapa ketiga pemuda ini jauh dari kategori kelompok yang peduli dengan keadaan sekitar.
Ditambah lagi tangan yang tiada henti memegang botol minuman beralkohol, semakin menjauhkan cap pemuda yang mempunyai kepedulian terhadap kehidupan sosial. Belum lagi bila kita menengok ke belakang atas perjalanan grup band ini yang sempat dipenuhi dengan tuduhan rasis dan diskriminatif, menyebabkan S.I.D. sempat terpuruk dalam tuduhan-tuduhan rasis. Tentu saja keadaan ini kerap membuat roh lagu mereka menjadi hilang dan terkubur dalam “judge” glamour, rasis, dan anti sosial. Aktivitas-aktivitas mereka untuk kampanye kemanusiaan, kesetaraan, pluralisme menjadi sirna begitu saja.
Antara Glam dan Kemanusiaan
Sepanjang pengetahuan saya, SID baik sebagai sebuah grup band maupun individu-individunya adalah salah satu grup band yang cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, tentunya yang paling sering adalah melakukan kampanye pluralisme, kemanusiaan dan juga lingkungan. Tidak sebatas hanya datang dan bermain musik, bahkan terlibat langsung dalam pengadaan kampanye termasuk memobilisasi resource untuk menggelar kampanye musik.
Komitmen mereka atas kemanusiaan, pluralisme, lingkungan tergambar pula secara kuat dalam lagu-lagu mereka. Dapat dicatat bahwa hampir dalam setiap album yang dirilis oleh SID terdapat tema-tema lagu yang mengedepankan persaudaraan, kesetaraan, pluralisme. Kita vs Mereka, Marah Bumi, Citra O.D bahkan dalam album terbarunya terdapat pesan untuk menjaga semangat keberagaman yang tercermin dalam lagu “Kuat Kita Bersinar”.
Dalam setiap mereka penampilannya, tak henti-hentinya mengingatkan penonton yang ada di depan mereka untuk menghargai setiap perbedaan. Kadangkala oleh Bobby dengan mimik serius bak orator, atau kadang dengan guyonan “jorok” ala Eka Rock yang mengundang tawa tapi sarat dengan pesan indahnya keberagaman.
“Akh, itu hal yang biasa kali, namanya juga cari popularitas,” begitu kira-kira pendapat yang muncul bila kita menelaah S.I.D dan sisi humanismenya. Namun pendapat itu menjadi keliru bila menyimak perjalanan kreativitas para personel S.I.D di kala mereka belum terkenal seperti sekarang. Cukup susah mengatakan bahwa tema lagu mereka tentang kemanusiaan, kesetaraan dan pluralisme, adalah sebatas lagu panggung. Sebatas untaian kata yang hanya diteriakan di panggung-panggung lalu hilang dan lepas tak bermakna di dalam kehidupan mereka di luar panggung. Atau sangat berat rasanya mengatakan, bahwa pesan-pesan mereka adalah pesan semu yang hanya untuk gagah-gagahan di atas panggung.
Lekat dalam ingatan saya bagaimana S.I.D termasuk salah satu band menyisihkan energinya untuk kegiatan-kegiatan jalanan terutama pada tahun 1998 di mana euforia reformasi sedang masak-masaknya. Aksi massa di kampus-kampus sedang marak, diskusi informal merebak tiap saat dan di situlah beberapakali terlibat pula pemuda-pemuda ini.
Mereka bergabung dalam setiap aktivitas, mengeluarkan “merchandise” dalam bentuk stiker-stiker. Bukan stiker gaul atau stiker yang beraroma dunia glam tapi “merchandice” yang berbau kampanye gerakan. Tercatat dalam ingatan saya, berbagai stiker sarkas dengan tulisan; “Sohardto F**k”, atau maaf” Tutut Titit” yang sesuai kehendak zaman pada saat itu. Mungkin seseuatu hal yang kecil, tetapi sarat akan makna kepedulian mereka dengan kondisi sosial.
Di tengah lagu-lagu mereka yang sekilas terkesan mengumbar tema glam, S.ID adalah salah satu band di Bali yang selalu siap tampil dalam acara-acara charity untuk kemanusiaan. Mungkin puluhan kali bahkan lebih, grup band ini terlibat secara aktif dalam pagelaran sosial tanpa bayaran. Tercatat S.I.D tampil dalam penggalangan dana untuk kemanusiaan pada saat bencana tsunami Aceh dan bencana gempa Jogjakarta. Bukan hanya sebatas tampil memikan musiknya, tapi juga peran Jerinx (drummer S.I.D) sebagai pengagas ide terutama dalam Pagelaran Kemanusiaan untuk bencana gempa Jogjakarta.
Demikian pula dalam hal perjuangan atas pluralisme dan keberagaman, S.I.D adalah Band yang terlibat pula secara aktif dalam kampanye penolakan RUU APP dari sejak dikumandangkan tahun 2006 sampai 2008. Tidak melulu aksi panggung tapi pemuda-pemuda ini juga terlibat dalam aksi-aksi jalanan. Menggarap roadshow musik untuk mengampanyekan, betapa berbahanya RUU APP dalam ranah Bhinekka Tunggal Ika. Betapa RUU APP mengancam sendi-sendi keberagaman dan berujung terancamnya nilai-nilai dan hakikat kemanusiaan.
Tema lagu kemanusiaan termanifestasikan dalam bentuk praktik-praktik S.I.D. Nilai universal kemanusiaan, menjadi lakon yang tidak bisa dinafikan begitu saja dari S.I.D. Kita masih ingat bagaimana agresi USA terhadap negara Irak? Di tengah kondisi sentimentil yang berkembang atas dunia Islam, S.I.D justru tampil dan keluar dari sentimentil itu. Solidaritas kemanusiaan adalah universal dan menembus batas tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, agama, suku, bangsa. Ini terwujudkan dalam pagelaran musik bertajuk “Stop War”, sebuah pagelaran musik untuk menentang agresi USA ke negara-negara Timur Tengah.
Apakah sebatas datang dan tampil dan menyanyi? Oh, tidak! S.I.D hadir dari menggagas ide, menyiapkan rencana kegiatan, mendesain propaganda dan mengumpulkan band-band untuk tampil bahkan sampai teknis acara. Itulah sekian banyak aktivitas dan praktek-praktek S.I.D yang menunjukan keselarasan antara tema lagu dengan praktik kehidupan nyata mereka.
Di tangan mereka, dunia “glam” menjadi tidak sebatas hura-hura dan dentingan sulang gelas dan botol alkohol . Dunia “glam saat ini menjadi dunia yang sarat dengan upaya penyadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, keberagaman, keseteraan dan perdamaian. Pesan-pesan yang secara termaktub dalam lagu-lagu mereka, terpropagandakan dalam “orasi-orasi panggung” dan mampu membangunkan kesadaran orang-orang akan arti penting dari nilai-nilai itu. Minimal di tingkatan penggemar mereka a.k.a outSIDers. Mampu meretas perbedaan sempit yang selama ini dikonstruksi oleh negara atas sekat-sekat suku, agama, ras, jenis kelamin, kebangsaan dll.
Lalu seberapa pentingkah ucapan penonton yang saya sampaikan di awal tulisan ini? Buat saya pernyataan itu sangat istimewa. Inilah pertamakalinya saya mendengar “pengakuan” atas aktivitas-aktivitas S.I.D yang sesungguhnya tidak pernah lepas dari dinamika sosial. Setidaknya ada satu orang yang tersadarkan atas kampanye dan propaganda lagu S.I.D selama ini. Bahkan bisa saja mewakili puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang lainnya. Sehingga judge fatalis (rasis, anti sosial) terkubur seiiring waktu.
Di tengah krisisnya bangsa ini akan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dengan bergelimang manusia-manusia berperilaku primitif dan berpikiran sempit nan membosankan, S.I.D tampil sebagai oase yang memberikan secercah harapan. Semestinya orang-orang yang selalu bertampilan necis, berjas rapi, mengaku orang terhormat merasa malu karena justru pesan-pesan kemanusiaan, anti diskriminasi, kesetaraan keluar dari mulut “berandal-berandal” ini.
Semoga tetep konsisten, mari ciptakan dunia baru tanpa diskriminasi. S.I.D “glam”mu kami tunggu seiiring dengan laju sepeda “lowrider” yang mengilhami orang untuk mencintai lingkungan.
……Dan kau sahabatku, mari kita bersulang!
Jakarta, 14 Maret 2009
artikel lengkap ada di http://gendovara.com/superman-is-dead-sid-oase-ditengah-pemikiran-sempit-keseragaman/
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Tulisan Menarik di KOMPAS
Oleh: Superman Is Dead
Senin, 14 September 2009 | 21:01 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Lukas Adi Prasetya
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengasuh Ponpes Rudlotul Fatihah, Bantul, KH Muhammad Fuad Riyadi (38), gerah melihat semangat Islam disampaikan hanya secara sepotong-potong oleh para juru dakwah Islam. "Juru dakwah banyak yang bodoh. Saya tantang mereka memahami Islam," kata Kyai Fuad.
Ia melihat bahwa yang disampaikan juru dakwah di masjid, di televisi, dan di mana saja sudah melenceng dari semangat Islam, agama yang seharusnya memberi kesejukan, ketentraman, kedamaian bagi siapa saja, tak hanya umat Islam, tetapi semua orang non-muslim, termasuk mereka yang ateis sekalipun.
Dengan kata lain, jika apa yang dikatakan juru dakwah membuat umat nonmuslim waswas, merasa terancam, dan tak nyaman, maka itu sudah cukup memberikan gambaran bahwa dakwah yang dilontarkan juru dakwah sudah tak lagi Islami. Ini fenomena yang menurut dia sudah mulai muncul sejak tahun 1970-an, dan mulai kencang.
Ia banyak memberi kritik tentang kebiasaan dan perilaku umat Muslim. Misalnya memakai pengeras suara sekeras mungkin sehingga umat non-muslim dan muslim pun sama-sama terganggu, juga rangkaian acara puasa yang kemeriahannya berlebihan.
"Juru dakwah, dai-dai itu, maaf, baru memegang satu ayat, tapi ngomong-nya sejuta ayat. Tak heran, sekarang bermunculan radikalisme, seperti aksi sweeping, fundamentalisme, dan hal tak mengenakkan yang mengatasnamakan agama. Peraturan daerah pun digiring menjadi bernuansa Islam," paparnya.
Lihat saja, menurutnya, sekarang banyak yang secara eksplisit dan implisit menyuarakan perlunya Indonesia menjadi negara Islam. "Enggak hanya orang nonmuslim yang ketar-ketir dan cemas. Saya juga takut. Apa Islam di Indonesia seperti itu? Islam adalah agama yang menyuarakan kerinduan pada Allah, bukan agama yang bikin orang lain takut, apalagi menyemai benih permusuhan," katanya.
"Perlu dicatat, saya hapal 'Malam Kudus', lagu rohani umat Katolik saat Natal . Liriknya bagus. Lagunya bagus. Saya suka Natal , gereja. Saya suka semangat Natal , damai di bumi damai di hati. Saya berani katakan, lagu 'Malam Kudus' itu lagu Islami," ujar kyai muda ini.
Tentang Puasa, mestinya umat Islam merefleksikan hal itu seperti umat Hindu merayakan Nyepi. "Mestinya Puasa itu ya nuansanya seperti saat Nyepi. Kita merenung, berdiam, bukan malam ramai," katanya.
Pengotakan agama mesti dihapus. "Saya justru gembira jika saat zikir bersama, ada teman-teman nonmuslim yang ikut datang. Ikut nggabung. Sering mereka datang ke ponpes saya. Seorang Katolik yang pernah datang pas zikir bilang ke saya, kok dia merasa tenang dan nyaman. Tentu ia masih Katolik. Ketika dia pun merasa damai, tenang, itulah juga sejatinya esensi zikir," ucap dia.
Kyai ini merasa perlu minta maaf kepada semua umat nonmuslim yang pernah tersinggung dengan perlakuan umat Muslim dan perkataan/perbuatan para juru dakwah. "Saya mohon maaf karena mereka melakukan itu. Mohon dimaklumi," kata Kyai Fuad.
Kyai ini menggelar lukisan bertema "Aura Dsikir" di Bentara Budaya Yogyakarta . Acara berlangsung dari Sabtu (12/9) hingga Kamis (17/9). Proses pembuatan lukisan dilakukan dengan berzikir terlebih dulu.
Tambahan dari SID: Kami memuat tulisan ini karena memiliki nilai pluralisme yang tinggi. Selaras dgn pemikiran SID. Aneh nya, kami terpaksa menghapus beberapa comment utk tulisan ini karena ternyata di FB SID masih ada manusia2 buta pluralisme yang ikut memberi komen negatif. Mendapat pencerahan dlm masalah agama dan diberi tahu kenyataan di lapangan, malah langsung sensitif dan negatif tdh SID. Kami dituduh menyudutkan Islam.
Yep, itu adalah contoh kecil kenyataan bahwa di Indonesia generasi2 muda [dan tua]-nya masih banyak yang mempunyai pemikiran terpatri 'Agama Saya Paling Hebat'.
Ingat, tulisan ini dimuat di KOMPAS yang tidak sembarangan memuat berita tidak berkualitas. Jadikan renungan, apa yg sebenarnya terjadi di negara ini. Agama bukan alat untuk mengitimidasi. Saling menghargai. Jika ada yang tidak suka SID memuat tulisan ini disini, silakan keluar dari FB kami dan jadikanlah SID musuh anda!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/tulisan-menarik-di-kompas/162150965588
Senin, 14 September 2009 | 21:01 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Lukas Adi Prasetya
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pengasuh Ponpes Rudlotul Fatihah, Bantul, KH Muhammad Fuad Riyadi (38), gerah melihat semangat Islam disampaikan hanya secara sepotong-potong oleh para juru dakwah Islam. "Juru dakwah banyak yang bodoh. Saya tantang mereka memahami Islam," kata Kyai Fuad.
Ia melihat bahwa yang disampaikan juru dakwah di masjid, di televisi, dan di mana saja sudah melenceng dari semangat Islam, agama yang seharusnya memberi kesejukan, ketentraman, kedamaian bagi siapa saja, tak hanya umat Islam, tetapi semua orang non-muslim, termasuk mereka yang ateis sekalipun.
Dengan kata lain, jika apa yang dikatakan juru dakwah membuat umat nonmuslim waswas, merasa terancam, dan tak nyaman, maka itu sudah cukup memberikan gambaran bahwa dakwah yang dilontarkan juru dakwah sudah tak lagi Islami. Ini fenomena yang menurut dia sudah mulai muncul sejak tahun 1970-an, dan mulai kencang.
Ia banyak memberi kritik tentang kebiasaan dan perilaku umat Muslim. Misalnya memakai pengeras suara sekeras mungkin sehingga umat non-muslim dan muslim pun sama-sama terganggu, juga rangkaian acara puasa yang kemeriahannya berlebihan.
"Juru dakwah, dai-dai itu, maaf, baru memegang satu ayat, tapi ngomong-nya sejuta ayat. Tak heran, sekarang bermunculan radikalisme, seperti aksi sweeping, fundamentalisme, dan hal tak mengenakkan yang mengatasnamakan agama. Peraturan daerah pun digiring menjadi bernuansa Islam," paparnya.
Lihat saja, menurutnya, sekarang banyak yang secara eksplisit dan implisit menyuarakan perlunya Indonesia menjadi negara Islam. "Enggak hanya orang nonmuslim yang ketar-ketir dan cemas. Saya juga takut. Apa Islam di Indonesia seperti itu? Islam adalah agama yang menyuarakan kerinduan pada Allah, bukan agama yang bikin orang lain takut, apalagi menyemai benih permusuhan," katanya.
"Perlu dicatat, saya hapal 'Malam Kudus', lagu rohani umat Katolik saat Natal . Liriknya bagus. Lagunya bagus. Saya suka Natal , gereja. Saya suka semangat Natal , damai di bumi damai di hati. Saya berani katakan, lagu 'Malam Kudus' itu lagu Islami," ujar kyai muda ini.
Tentang Puasa, mestinya umat Islam merefleksikan hal itu seperti umat Hindu merayakan Nyepi. "Mestinya Puasa itu ya nuansanya seperti saat Nyepi. Kita merenung, berdiam, bukan malam ramai," katanya.
Pengotakan agama mesti dihapus. "Saya justru gembira jika saat zikir bersama, ada teman-teman nonmuslim yang ikut datang. Ikut nggabung. Sering mereka datang ke ponpes saya. Seorang Katolik yang pernah datang pas zikir bilang ke saya, kok dia merasa tenang dan nyaman. Tentu ia masih Katolik. Ketika dia pun merasa damai, tenang, itulah juga sejatinya esensi zikir," ucap dia.
Kyai ini merasa perlu minta maaf kepada semua umat nonmuslim yang pernah tersinggung dengan perlakuan umat Muslim dan perkataan/perbuatan para juru dakwah. "Saya mohon maaf karena mereka melakukan itu. Mohon dimaklumi," kata Kyai Fuad.
Kyai ini menggelar lukisan bertema "Aura Dsikir" di Bentara Budaya Yogyakarta . Acara berlangsung dari Sabtu (12/9) hingga Kamis (17/9). Proses pembuatan lukisan dilakukan dengan berzikir terlebih dulu.
Tambahan dari SID: Kami memuat tulisan ini karena memiliki nilai pluralisme yang tinggi. Selaras dgn pemikiran SID. Aneh nya, kami terpaksa menghapus beberapa comment utk tulisan ini karena ternyata di FB SID masih ada manusia2 buta pluralisme yang ikut memberi komen negatif. Mendapat pencerahan dlm masalah agama dan diberi tahu kenyataan di lapangan, malah langsung sensitif dan negatif tdh SID. Kami dituduh menyudutkan Islam.
Yep, itu adalah contoh kecil kenyataan bahwa di Indonesia generasi2 muda [dan tua]-nya masih banyak yang mempunyai pemikiran terpatri 'Agama Saya Paling Hebat'.
Ingat, tulisan ini dimuat di KOMPAS yang tidak sembarangan memuat berita tidak berkualitas. Jadikan renungan, apa yg sebenarnya terjadi di negara ini. Agama bukan alat untuk mengitimidasi. Saling menghargai. Jika ada yang tidak suka SID memuat tulisan ini disini, silakan keluar dari FB kami dan jadikanlah SID musuh anda!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/tulisan-menarik-di-kompas/162150965588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Kenapa Outsiders Wanita Disebut Lady Rose?
Oleh: Superman Is Dead
Baru-baru ini SID mendeklarasikan para “Outsiders” wanita dengan sebutan “Lady Rose”.
Ada alasan khusus?
Jrx: Agar wanita dalam dunia punkrock lebih dihargai dan dilindungi. Tidak dianggap sebagai pelengkap saja karena sejatinya peran mereka juga besar. Selain itu juga untuk mengikis image 'machoisme' yang berlebihan dalam punkrock. Kami sudah muak dengan stigma punkrock itu simbol kekerasan/kejantanan. Itu semua omong kosong manusia2 berpikiran sempit. Punkrock tidak mengenal jenis kelamin, ras dan strata sosial. Punkrock ada untuk semua manusia tanpa terkecuali. Miskin kaya tua muda laki perempuan, semua bebas menikmati punkrock.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/kenapa-outsiders-wanita-disebut-lady-rose/180242580588
Baru-baru ini SID mendeklarasikan para “Outsiders” wanita dengan sebutan “Lady Rose”.
Ada alasan khusus?
Jrx: Agar wanita dalam dunia punkrock lebih dihargai dan dilindungi. Tidak dianggap sebagai pelengkap saja karena sejatinya peran mereka juga besar. Selain itu juga untuk mengikis image 'machoisme' yang berlebihan dalam punkrock. Kami sudah muak dengan stigma punkrock itu simbol kekerasan/kejantanan. Itu semua omong kosong manusia2 berpikiran sempit. Punkrock tidak mengenal jenis kelamin, ras dan strata sosial. Punkrock ada untuk semua manusia tanpa terkecuali. Miskin kaya tua muda laki perempuan, semua bebas menikmati punkrock.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/kenapa-outsiders-wanita-disebut-lady-rose/180242580588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Rebel For Life
Oleh: Jerinx
Rebel For Life
Pemberontak, rebel......what's came up in your head when you hear this word?
Melawan orang tua? Drugs? Mabuk lalu menghajar orang? or mengganti dress-code mu mengikuti gaya band2 yang over-played di MTV?
Well, no matter what you do, esensi pemberontakan tidak akan pernah berubah.
A real rebellion stays under your skin. Bukan dari dandanan, machoism, tattoos, piercing or anorexic-look yang dibuat-buat. There's two kinds of rebel. Once you're a real rebel, kamu akan selalu jadi a rebel for most of your lifetime, tak akan bisa berubah coz that's who you are. It's in your blood. Kamu akan selalu berpikir utk melawan kecenderungan2 yang ada, kapan saja dimana saja.But when you're a wannabe-rebel [pemberontak tanpa misi dan prinsip yang jelas] kamu hanya akan memandang sebuah pemberontakan dari sisi luarnya aja [baca: fashion] Dan a wannabe-rebel tidak akan pernah membuat sejarah atau melahirkan pemikiran baru yang lebih baik utk generasinya.
Kita orang timur emang seringkali bingung mengadaptasi culture barat yang sedemikian liberalnya, dimana disini masyarakat kita diikat oleh tatanan atau norma yang kadang gak penting dan berlebihan. Masyarakat kita mencintai keseragaman dan kurang menghargai sosok2 idealis or individualis. Menjadi seorang rebel memang susah untuk hidup di Indonesia, for real, tapi disanalah letak art of the rebellion-nya. Sesuatu yang memerlukan pengorbanan karena masyarakat kita masih cenderung melihat sisi negatif dari seorang rebel [di cap sok kebarat-baratan dll]. Padahal menjadi rebel bukanlah hal yang 100% salah. Tergantung apa yang kamu lawan. Misalnya, kamu benci melihat sinetron2 Indonesia yang mewah, dangkal dan mudah ditebak, lalu kamu bikin sebuah film dokumenter ttg bagaimana sinetron2 tsb membodohi masyarakat kita yang mayoritas masih hidup dibawah garis kemiskinan. Itu sebuah pemberontakan yang pintar. Sebuah counter thd. komersialitas dan penyeragaman yang berlebihan.
A real rebel selalu berada diluar kecenderungan masyarakat, dan itu bukanlah pilihan yang salah, selama kamu bisa bertahan dan mempertanggung jawabkan misi dari pemberontakkan mu.
Harus diingat, kecenderungan di masyarakat atau di scene tidak selalu benar dan baik buat kita.
Contohnya ketika trend emo menyerang, remaja kota2 besar beramai-ramai menutupi rambutnya dgn poni dan bikin band emo dadakan, alasannya biar keliatan 'cool' dan diterima di pergaulan kota besar yang makin konsumtif. Hanya sebagian kecil dari remaja2 kita yang serius menyimak dan mengerti lirik band2 emo. Ironis. Padahal diasalnya, band2 tsb terbentuk karena mereka sering tersisih dalam pergaulan, dan musik yang mereka tulis adalah penegas kalau mereka adalah orang2 yang berada diluar kecenderungan/pergaulan. Disini, oleh sebagian besar remaja malah dipakai senjata utk kelihatan 'up to date' dan 'gaul'[damn, i hate that word!]. Same thing happens to punkrock and ska and maybe rockabilly in the future.. Misi pemberontakannya ditinggalkan, fashion-nya di obral habis2an. Dan menurut saya itu samasekali bukan pemberontakan.
Kalau saya umpamakan pemberontakan adalah struktur sebuah lagu/band, jadinya begini: pakaian yang dikenakan oleh personel band, jenis suara gitar, drum dan suara teriakan/nyanyian vokal adalah media penyampai pemberontakan, sedangkan isi dari pemberontakan itu sendiri ada pada lirik. Karena lirik berasal dari pemikiran yang paling dalam, ada pesan yang ingin disampaikan. Banyak orang yang bisa bermain skillful, tempo drum hebat, tehnik vokal diatas angin dan bergaya spt rockstar kebanyakan groupies yang mempunyai masalah kejiwaan [yea right...] tapi jarang bgt ada band Indonesia, apalagi yang terkenal, punya lirik berontak yang skaligus pintar. Ujung2nya paling keras bisanya menghujat pemerintah tanpa ngasi solusi yang jelas, yang buruh bangunan pun bisa melakukan itu sambil menghisap kretek terakhirnya. Jadi ya, percuma saja kalau ada band yang merasa sudah pemberontak hanya karena memakai kaos gambar tengkorak, tattoo or mohawk, distorsi maksimum dgn beat drum yang berat, tapi liriknya masih standar khas Indonesia [lirik cinta yang dangkal dan di klip harus ada model cantik dan ganteng lagi berantem] Seorang rebel akan menemui kesulitan men-support band2 spt itu. Lagipula, kenapa harus nyerah ama standar2 yang dibikin ama generasi sblm kita, apa kita tidak punya hak utk punya taste thd standar yang berbeda?
Sekarang try to think, kecenderungan apa aja yang ada di masyarakat kita yang kamu rasa mengganggu tidurmu. Ignorance is the real enemy. Kamu benci melihat budaya kekerasan yang semakin populer di masyarakat, lawan itu semua dan jangan ikut menjadi seperti mereka. Kamu kesal stiap kali melihat masyarakat dengan santainya membuang sampah plastik sembarangan, jadilah seorang pro-environment dan pengaruhi orang2 disekitarmu. Kamu gak tega melihat hewan2 dibunuh utk dimakan, jadilah seorang vegetarian dan daftarkan dirimu di peta2.com. Kamu bosan melihat budaya modern nan konsumtif anak muda yang manja dan kadang berlebihan, jadilah seorang berandal pasar barang bekas dan kenakan pakaian bekasmu dengan bangga dan stylish. Kamu merasa menyesal membeli majalah yang dipenuhi wajah2 infotainment ga penting, bikin dan cetaklah wajahmu sendiri. Bosan ama design kaos2 distro yang makin seragam dan cheesy, bikin clothing-line mu sendiri. Akan lebih baik jika kamu melakukan itu semua tanpa menjadi seorang fasis yang kaku. Just do your own thing.
See..banyak hal2 berontak yang bisa kamu lakukan di Indonesia tanpa harus merugikan orang lain dan malah bisa menguntungkan jika kamu bisa me-manage 'kenakalanmu'
Jadilah seorang counter-culture with a big heart, yang bertanggung jawab, respect thd keluarga, lingkungan dan bumi pertiwi. Dont judge us, musicians, by the way we look or the way we dress, coz these days, anyone can look so punk, so psycho, so emo, so rockabilly, so metal dalam hitungan detik. Zap! Just like that!
Jangan sampai terjebak menjadi seorang rebel bodoh yang hanya mengejar status sosial.
You gotta know where you stand and why you stand there. Knowledge [pengetahuan] is king and that's all you need to be a real modern rebel.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/tulisan-lama-jrx-yang-masih-relevan-diledakkan-hari-ini/204509715588
Rebel For Life
Pemberontak, rebel......what's came up in your head when you hear this word?
Melawan orang tua? Drugs? Mabuk lalu menghajar orang? or mengganti dress-code mu mengikuti gaya band2 yang over-played di MTV?
Well, no matter what you do, esensi pemberontakan tidak akan pernah berubah.
A real rebellion stays under your skin. Bukan dari dandanan, machoism, tattoos, piercing or anorexic-look yang dibuat-buat. There's two kinds of rebel. Once you're a real rebel, kamu akan selalu jadi a rebel for most of your lifetime, tak akan bisa berubah coz that's who you are. It's in your blood. Kamu akan selalu berpikir utk melawan kecenderungan2 yang ada, kapan saja dimana saja.But when you're a wannabe-rebel [pemberontak tanpa misi dan prinsip yang jelas] kamu hanya akan memandang sebuah pemberontakan dari sisi luarnya aja [baca: fashion] Dan a wannabe-rebel tidak akan pernah membuat sejarah atau melahirkan pemikiran baru yang lebih baik utk generasinya.
Kita orang timur emang seringkali bingung mengadaptasi culture barat yang sedemikian liberalnya, dimana disini masyarakat kita diikat oleh tatanan atau norma yang kadang gak penting dan berlebihan. Masyarakat kita mencintai keseragaman dan kurang menghargai sosok2 idealis or individualis. Menjadi seorang rebel memang susah untuk hidup di Indonesia, for real, tapi disanalah letak art of the rebellion-nya. Sesuatu yang memerlukan pengorbanan karena masyarakat kita masih cenderung melihat sisi negatif dari seorang rebel [di cap sok kebarat-baratan dll]. Padahal menjadi rebel bukanlah hal yang 100% salah. Tergantung apa yang kamu lawan. Misalnya, kamu benci melihat sinetron2 Indonesia yang mewah, dangkal dan mudah ditebak, lalu kamu bikin sebuah film dokumenter ttg bagaimana sinetron2 tsb membodohi masyarakat kita yang mayoritas masih hidup dibawah garis kemiskinan. Itu sebuah pemberontakan yang pintar. Sebuah counter thd. komersialitas dan penyeragaman yang berlebihan.
A real rebel selalu berada diluar kecenderungan masyarakat, dan itu bukanlah pilihan yang salah, selama kamu bisa bertahan dan mempertanggung jawabkan misi dari pemberontakkan mu.
Harus diingat, kecenderungan di masyarakat atau di scene tidak selalu benar dan baik buat kita.
Contohnya ketika trend emo menyerang, remaja kota2 besar beramai-ramai menutupi rambutnya dgn poni dan bikin band emo dadakan, alasannya biar keliatan 'cool' dan diterima di pergaulan kota besar yang makin konsumtif. Hanya sebagian kecil dari remaja2 kita yang serius menyimak dan mengerti lirik band2 emo. Ironis. Padahal diasalnya, band2 tsb terbentuk karena mereka sering tersisih dalam pergaulan, dan musik yang mereka tulis adalah penegas kalau mereka adalah orang2 yang berada diluar kecenderungan/pergaulan. Disini, oleh sebagian besar remaja malah dipakai senjata utk kelihatan 'up to date' dan 'gaul'[damn, i hate that word!]. Same thing happens to punkrock and ska and maybe rockabilly in the future.. Misi pemberontakannya ditinggalkan, fashion-nya di obral habis2an. Dan menurut saya itu samasekali bukan pemberontakan.
Kalau saya umpamakan pemberontakan adalah struktur sebuah lagu/band, jadinya begini: pakaian yang dikenakan oleh personel band, jenis suara gitar, drum dan suara teriakan/nyanyian vokal adalah media penyampai pemberontakan, sedangkan isi dari pemberontakan itu sendiri ada pada lirik. Karena lirik berasal dari pemikiran yang paling dalam, ada pesan yang ingin disampaikan. Banyak orang yang bisa bermain skillful, tempo drum hebat, tehnik vokal diatas angin dan bergaya spt rockstar kebanyakan groupies yang mempunyai masalah kejiwaan [yea right...] tapi jarang bgt ada band Indonesia, apalagi yang terkenal, punya lirik berontak yang skaligus pintar. Ujung2nya paling keras bisanya menghujat pemerintah tanpa ngasi solusi yang jelas, yang buruh bangunan pun bisa melakukan itu sambil menghisap kretek terakhirnya. Jadi ya, percuma saja kalau ada band yang merasa sudah pemberontak hanya karena memakai kaos gambar tengkorak, tattoo or mohawk, distorsi maksimum dgn beat drum yang berat, tapi liriknya masih standar khas Indonesia [lirik cinta yang dangkal dan di klip harus ada model cantik dan ganteng lagi berantem] Seorang rebel akan menemui kesulitan men-support band2 spt itu. Lagipula, kenapa harus nyerah ama standar2 yang dibikin ama generasi sblm kita, apa kita tidak punya hak utk punya taste thd standar yang berbeda?
Sekarang try to think, kecenderungan apa aja yang ada di masyarakat kita yang kamu rasa mengganggu tidurmu. Ignorance is the real enemy. Kamu benci melihat budaya kekerasan yang semakin populer di masyarakat, lawan itu semua dan jangan ikut menjadi seperti mereka. Kamu kesal stiap kali melihat masyarakat dengan santainya membuang sampah plastik sembarangan, jadilah seorang pro-environment dan pengaruhi orang2 disekitarmu. Kamu gak tega melihat hewan2 dibunuh utk dimakan, jadilah seorang vegetarian dan daftarkan dirimu di peta2.com. Kamu bosan melihat budaya modern nan konsumtif anak muda yang manja dan kadang berlebihan, jadilah seorang berandal pasar barang bekas dan kenakan pakaian bekasmu dengan bangga dan stylish. Kamu merasa menyesal membeli majalah yang dipenuhi wajah2 infotainment ga penting, bikin dan cetaklah wajahmu sendiri. Bosan ama design kaos2 distro yang makin seragam dan cheesy, bikin clothing-line mu sendiri. Akan lebih baik jika kamu melakukan itu semua tanpa menjadi seorang fasis yang kaku. Just do your own thing.
See..banyak hal2 berontak yang bisa kamu lakukan di Indonesia tanpa harus merugikan orang lain dan malah bisa menguntungkan jika kamu bisa me-manage 'kenakalanmu'
Jadilah seorang counter-culture with a big heart, yang bertanggung jawab, respect thd keluarga, lingkungan dan bumi pertiwi. Dont judge us, musicians, by the way we look or the way we dress, coz these days, anyone can look so punk, so psycho, so emo, so rockabilly, so metal dalam hitungan detik. Zap! Just like that!
Jangan sampai terjebak menjadi seorang rebel bodoh yang hanya mengejar status sosial.
You gotta know where you stand and why you stand there. Knowledge [pengetahuan] is king and that's all you need to be a real modern rebel.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/tulisan-lama-jrx-yang-masih-relevan-diledakkan-hari-ini/204509715588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Tribun Timur : SID Bikin Histeris Puluhan Ribu Penonton Soundrenaline
Oleh: Superman Is Dead
Laporan: Persda Network/yon ( Tribun Timur )
Senin, 16 November 2009 | 14:10 WITA
TIDAK kurang 20 ribu penonton Soundrenaline di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, Minggu (15/11) dibikin histeris dengan penampilan Superman is Dead (SID). Band Punk Rock yang beranggaotakan tiga laki-laki, Bobby, Eka dan Jrx asal Bali tersebut menggebrak pangung Festival dengan lagu andalannya Luka Indonesia. Namun sebelumnya mereka bertiga terlebvih dahulu mengelilingi panggung dengan bersepeda, sebagai wujud dari kampanye global warming dan mengurangi gas emisi.
"Terus terang sejak lama kami melakukan kampanye dengan Bike to Work atau sekedar berkeliling dengan sepeda. Apalagi Bali jalannya sempit ini sebagai bentuk kampanye agar Bali tidak terlalu banyak gas emisi dan kampanye global warming dan ini sebagai bentuk pendekatan terhadap generasi muda di Bali dan seluruh Indonsia," papar Bobby.
Penampilan SID sejak awal memang ditunggu-tunggu fans beratnya apalagui mereka memang bersal di bali dan manggung di tempat tinggalnya sendiri dan mereka. Sejak sore penonton yang sudha berjubel memadati GWK teruaskan dengan penampilan Band punik yang telah mengeluarkan tiga album independen dan salah satunya berjudul Angels dan The Outsiders.
"Terus terang kami sangat bangga dengan penyelenggaraan Soundrenaline kali ini. Kami sebagai musisi terpuaskan dengan pembagian panggung terutama buat musik cadas. Pelaksanaan Soindrnealine kali ini jauh memuaskan bagi kami sebagai musisi. Kendati tadi sempat terkendala sedikit oleh audio," timpal Eka.
Sejauh ini SID selalu menyerukan perlawanan lewat lirik-lirik cerdas terutama di lagu Luka Indonesia dan menyuarakan nada-nada perjuangan melalui musik.
"Soal syair kita berupaya agar masyarakat kita educatif terhadap bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa universal dan ini bisa menjadi pendidikan buat pecinta di tanah air. Kami juga menyuarakan ketidak adilan di Indonesia dengan menggunakan dogma agama untuk meraih kepentingan kelompok atau kepentingan pribadi. Kami sebagai pemuda punya harga diri dan jati diri," tukas Jrx.
SID yang bulan lalu sempat mengikuti festival di Amerika mengaku, bahwa manggung di depan publik sendiri jauh lebih ouas dibandingkan mannggung di luar negeri.
"kalau disini kan penot\nton tahu kita, tapi di luar negri mereka tidka tahu kita. Tapi di luar sangat menghargai waktu dan sangat ptrofesional. Kita t5elat 10 menit aja kalau jatah manggung 40 menit ya hanya bisa main 30 menit. bahkan untuk urusan panggung hanya dikerjain satu orang cukup dan disni kan banyak banget kru dipanggung dan ini soal SDM," papar Bobby. (*)Source : http://www.tribun-timur.com/read/artikel/58161
Laporan: Persda Network/yon ( Tribun Timur )
Senin, 16 November 2009 | 14:10 WITA
TIDAK kurang 20 ribu penonton Soundrenaline di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, Minggu (15/11) dibikin histeris dengan penampilan Superman is Dead (SID). Band Punk Rock yang beranggaotakan tiga laki-laki, Bobby, Eka dan Jrx asal Bali tersebut menggebrak pangung Festival dengan lagu andalannya Luka Indonesia. Namun sebelumnya mereka bertiga terlebvih dahulu mengelilingi panggung dengan bersepeda, sebagai wujud dari kampanye global warming dan mengurangi gas emisi.
"Terus terang sejak lama kami melakukan kampanye dengan Bike to Work atau sekedar berkeliling dengan sepeda. Apalagi Bali jalannya sempit ini sebagai bentuk kampanye agar Bali tidak terlalu banyak gas emisi dan kampanye global warming dan ini sebagai bentuk pendekatan terhadap generasi muda di Bali dan seluruh Indonsia," papar Bobby.
Penampilan SID sejak awal memang ditunggu-tunggu fans beratnya apalagui mereka memang bersal di bali dan manggung di tempat tinggalnya sendiri dan mereka. Sejak sore penonton yang sudha berjubel memadati GWK teruaskan dengan penampilan Band punik yang telah mengeluarkan tiga album independen dan salah satunya berjudul Angels dan The Outsiders.
"Terus terang kami sangat bangga dengan penyelenggaraan Soundrenaline kali ini. Kami sebagai musisi terpuaskan dengan pembagian panggung terutama buat musik cadas. Pelaksanaan Soindrnealine kali ini jauh memuaskan bagi kami sebagai musisi. Kendati tadi sempat terkendala sedikit oleh audio," timpal Eka.
Sejauh ini SID selalu menyerukan perlawanan lewat lirik-lirik cerdas terutama di lagu Luka Indonesia dan menyuarakan nada-nada perjuangan melalui musik.
"Soal syair kita berupaya agar masyarakat kita educatif terhadap bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa universal dan ini bisa menjadi pendidikan buat pecinta di tanah air. Kami juga menyuarakan ketidak adilan di Indonesia dengan menggunakan dogma agama untuk meraih kepentingan kelompok atau kepentingan pribadi. Kami sebagai pemuda punya harga diri dan jati diri," tukas Jrx.
SID yang bulan lalu sempat mengikuti festival di Amerika mengaku, bahwa manggung di depan publik sendiri jauh lebih ouas dibandingkan mannggung di luar negeri.
"kalau disini kan penot\nton tahu kita, tapi di luar negri mereka tidka tahu kita. Tapi di luar sangat menghargai waktu dan sangat ptrofesional. Kita t5elat 10 menit aja kalau jatah manggung 40 menit ya hanya bisa main 30 menit. bahkan untuk urusan panggung hanya dikerjain satu orang cukup dan disni kan banyak banget kru dipanggung dan ini soal SDM," papar Bobby. (*)Source : http://www.tribun-timur.com/read/artikel/58161
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Major Label = Tidak Keren?
Oleh: Superman Is Dead
Statement seorang anti-major label:
UANG BUKAN SEGALANYA DI PUNK, DGN SUDAH MENARUH KAKI DI MAJOR MAKA ORIENTASI DARI BAND ITU SUDAH KE UANG.....
SAYA NGOMONG ITU DALAM KONTEKS MAJOR INDONESIA.... BEDA DENGAN MAJOR LUAR.. DISANA TIDAK ADA EKSPLOITASI DAN PAKSAAN TERHADAP SUATU BAND....BERBEDA DGN DI INDONESIA, JIKA SUATU BAND SUDAH MASUK MAJOR MAKA BAND ITU AKAN MENJADI ANJING SURUHAN DARI MAJOR ITU.... SEMUA IDEALIS TELAH DI MAKAN OLEH UANG.....
Statement SID:
Sangat prematur dan tidak akurat. Pertama, darimana dia tahu kalau SEMUA major label di Indo memaksa dan mengexploitasi band2 nya. Apakah dia sudah pernah bekerja sama dgn semua major disini? Lucunya lagi, darimana dia tahu kalau SEMUA major diluar Indo akan berlaku sebaliknya? Dari jawabannya terlihat sekali asal bunyi, tipikal manusia Indonesia yg ingin terdengar 'kritis' dan 'pintar' namun fondasi argumen nya sangat rapuh..
Sekarang tergantung band-nya. Kalau dari awal sudah punya perjanjian dgn pihak label agar mereka mempunyai kebebasan penuh dlm berkesenian/berkreatifitas, utk apa takut masuk major? Dalam kasus SID, kita tidak mendewakan uang, tapi kita memang ingin hidup dari musik. Kita tdk ingin kerja di kantor/pabrik dll.
Tolong digaris bawahi: Kita musisi yg ingin survive, bukan manusia kantoran yg 'hobi' main musik [walaupun tidak ada yg salah dgn manusia kantoran]
Berargumen tlg pakai otak dan data yg akurat, jgn pakai emosi dan negativitas berlebihan.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/major-label-tidak-keren/225894860588
Statement seorang anti-major label:
UANG BUKAN SEGALANYA DI PUNK, DGN SUDAH MENARUH KAKI DI MAJOR MAKA ORIENTASI DARI BAND ITU SUDAH KE UANG.....
SAYA NGOMONG ITU DALAM KONTEKS MAJOR INDONESIA.... BEDA DENGAN MAJOR LUAR.. DISANA TIDAK ADA EKSPLOITASI DAN PAKSAAN TERHADAP SUATU BAND....BERBEDA DGN DI INDONESIA, JIKA SUATU BAND SUDAH MASUK MAJOR MAKA BAND ITU AKAN MENJADI ANJING SURUHAN DARI MAJOR ITU.... SEMUA IDEALIS TELAH DI MAKAN OLEH UANG.....
Statement SID:
Sangat prematur dan tidak akurat. Pertama, darimana dia tahu kalau SEMUA major label di Indo memaksa dan mengexploitasi band2 nya. Apakah dia sudah pernah bekerja sama dgn semua major disini? Lucunya lagi, darimana dia tahu kalau SEMUA major diluar Indo akan berlaku sebaliknya? Dari jawabannya terlihat sekali asal bunyi, tipikal manusia Indonesia yg ingin terdengar 'kritis' dan 'pintar' namun fondasi argumen nya sangat rapuh..
Sekarang tergantung band-nya. Kalau dari awal sudah punya perjanjian dgn pihak label agar mereka mempunyai kebebasan penuh dlm berkesenian/berkreatifitas, utk apa takut masuk major? Dalam kasus SID, kita tidak mendewakan uang, tapi kita memang ingin hidup dari musik. Kita tdk ingin kerja di kantor/pabrik dll.
Tolong digaris bawahi: Kita musisi yg ingin survive, bukan manusia kantoran yg 'hobi' main musik [walaupun tidak ada yg salah dgn manusia kantoran]
Berargumen tlg pakai otak dan data yg akurat, jgn pakai emosi dan negativitas berlebihan.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/major-label-tidak-keren/225894860588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Band Lain Bisa Kenapa SID Tidak Bisa?
Oleh: Superman Is Dead
Pertanyan dari seseorang yang merasa terganggu dengan status FB SID:
kenapa SID ga bisa seperti band-band besar lainnya yg bisa tour keliling Indonesia. kalo hanya menunggu undangan saja DREAM ON MAN kalo SID bisa bertemu dg para Outsiders di seluruh indonesia.
kalo kalian bisa manggung di Amerika kenapa kalian ga bisa manggung dari Sabang sampai Merauke bumi pertiwi ini?
kalo band-band lain bisa tour keliling Indonesia kenapa kalian ga bisa?
Jawaban saya:
kita jarang tour keliling Indonesia karena kita jarang mendapatkan EO/sponsor yg mau membiayai. kalau band2 'besar' lainnya mereka 'dekat' dgn media [karena mereka tinggal di Jkt/Bdg] sehingga lebih mudah bagi mereka utk mendapatkan sponsor.
SID tinggal di Bali dan jarang di expos media, makanya sponsor kadang ragu utk membawa kita tour. mereka berpikir SID kurang dikenal luas sehingga mereka takut nanti konsernya sepi [alias mereka rugi].
di Indonesia, EO/sponsor sangat berpatokan pada media dalam mencari band yg ingin mereka undang. siapa yg sering di expos di media [entah itu jadi bintang iklan kecap, diberitakan selingkuh, mukulin istri dll] itu yg mereka anggap memiliki nilai jual.
cara yang sangat bodoh. tidak adil dan sentralistis, sementara Indonesia adalah negara kepulauan yg tiap daerah nya memiliki potensi seni tersendiri.
untuk melawan itulah kami menganjurkan agar Outsider/Lady Rose membuat surat petisi untuk meyakinkan para EO dan sponsor bahwa SID bisa mendatangkan penonton.
kami bisa tour ke Amerika karena ada pihak Amerika yg mengundang/membiayai perjalanan kami. kamu mungkin lupa akan satu hal, SID bukanlah jutawan kaya raya. apalagi di era pembajakan ini, kami masih sangat berjuang utk bisa tetap hidup dari musik.
berhentilah menjadi pribadi manja yg hanya bisa meminta dan memohon, bangkit dan lakukan sesuatu.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/band-lain-bisa-kenapa-sid-tidak-bisa/416718530588
Pertanyan dari seseorang yang merasa terganggu dengan status FB SID:
kenapa SID ga bisa seperti band-band besar lainnya yg bisa tour keliling Indonesia. kalo hanya menunggu undangan saja DREAM ON MAN kalo SID bisa bertemu dg para Outsiders di seluruh indonesia.
kalo kalian bisa manggung di Amerika kenapa kalian ga bisa manggung dari Sabang sampai Merauke bumi pertiwi ini?
kalo band-band lain bisa tour keliling Indonesia kenapa kalian ga bisa?
Jawaban saya:
kita jarang tour keliling Indonesia karena kita jarang mendapatkan EO/sponsor yg mau membiayai. kalau band2 'besar' lainnya mereka 'dekat' dgn media [karena mereka tinggal di Jkt/Bdg] sehingga lebih mudah bagi mereka utk mendapatkan sponsor.
SID tinggal di Bali dan jarang di expos media, makanya sponsor kadang ragu utk membawa kita tour. mereka berpikir SID kurang dikenal luas sehingga mereka takut nanti konsernya sepi [alias mereka rugi].
di Indonesia, EO/sponsor sangat berpatokan pada media dalam mencari band yg ingin mereka undang. siapa yg sering di expos di media [entah itu jadi bintang iklan kecap, diberitakan selingkuh, mukulin istri dll] itu yg mereka anggap memiliki nilai jual.
cara yang sangat bodoh. tidak adil dan sentralistis, sementara Indonesia adalah negara kepulauan yg tiap daerah nya memiliki potensi seni tersendiri.
untuk melawan itulah kami menganjurkan agar Outsider/Lady Rose membuat surat petisi untuk meyakinkan para EO dan sponsor bahwa SID bisa mendatangkan penonton.
kami bisa tour ke Amerika karena ada pihak Amerika yg mengundang/membiayai perjalanan kami. kamu mungkin lupa akan satu hal, SID bukanlah jutawan kaya raya. apalagi di era pembajakan ini, kami masih sangat berjuang utk bisa tetap hidup dari musik.
berhentilah menjadi pribadi manja yg hanya bisa meminta dan memohon, bangkit dan lakukan sesuatu.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/band-lain-bisa-kenapa-sid-tidak-bisa/416718530588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Cara Kami Bekerja
Oleh: Superman Is Dead
Roronoa Zoro: Hmmm...saya cukup menyimak perjalanan musik kalian, bahkan kalian pernah jd street punk pun saya tau itu. Dan saya juga mengakui skill bermusik kalian tdk sembarangan. Terbukti band sekelas NOFX-pun mengakui musikalitas SID. Saya juga tau kalau misi dari musik kalian ada pada ideologi bermusik. Nah yg jadi masalah, knp yg berbicara di grup SID cuma Jrx saja? Apa itu berarti ideologi, intelektualitas, dan wawasan jrx lebih luas daripada 2 personil lainya? Hehe...sekedar pertanyaan dari orang yg ingin mengembangkan intelektualitas lewat anda :)
Jrx: Sejak awal berdirinya SID saya memang diposisikan sbg juru bicara dan arsitek movement band kami. Kenapa? Simpel, karena skill saya disitu dan tiap orang memiliki skill yg berbeda. Mungkin aneh ya, drummer jadi juru bicara. Atau kamu terlalu terpaku pd pakem konvensional kalau yg jadi juru bicara itu hrs vokalis? Yang jelas, SID memang bukan band konvensional :)
Tapi kami selalu berbagi tugas, Bobby menangani desain merchandise dan karakter sound SID, Eka menangani www.supermanisdead.net dan hal-hal yg berhubungan dgn multimedia. Jadi kita bertiga sama-sama berkontribusi untuk SID, tidak ada yg lebih pintar atau lebih hebat. Dan saya tahu persis tugas mereka juga sama beratnya dgn tugas saya. Malah kadang lebih ribet. Jika kamu ingin mengetahui apa pendapat Bobby dan Eka ttg isu tertentu, silakan kontak mereka langsung, alamat FB mereka tercantum jelas. Tidak usah repot dan berprasangka negatif sblm kamu tahu bagaman sistem kerja kami. Cheers!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/cara-kami-bekerja/425345105588
Roronoa Zoro: Hmmm...saya cukup menyimak perjalanan musik kalian, bahkan kalian pernah jd street punk pun saya tau itu. Dan saya juga mengakui skill bermusik kalian tdk sembarangan. Terbukti band sekelas NOFX-pun mengakui musikalitas SID. Saya juga tau kalau misi dari musik kalian ada pada ideologi bermusik. Nah yg jadi masalah, knp yg berbicara di grup SID cuma Jrx saja? Apa itu berarti ideologi, intelektualitas, dan wawasan jrx lebih luas daripada 2 personil lainya? Hehe...sekedar pertanyaan dari orang yg ingin mengembangkan intelektualitas lewat anda :)
Jrx: Sejak awal berdirinya SID saya memang diposisikan sbg juru bicara dan arsitek movement band kami. Kenapa? Simpel, karena skill saya disitu dan tiap orang memiliki skill yg berbeda. Mungkin aneh ya, drummer jadi juru bicara. Atau kamu terlalu terpaku pd pakem konvensional kalau yg jadi juru bicara itu hrs vokalis? Yang jelas, SID memang bukan band konvensional :)
Tapi kami selalu berbagi tugas, Bobby menangani desain merchandise dan karakter sound SID, Eka menangani www.supermanisdead.net dan hal-hal yg berhubungan dgn multimedia. Jadi kita bertiga sama-sama berkontribusi untuk SID, tidak ada yg lebih pintar atau lebih hebat. Dan saya tahu persis tugas mereka juga sama beratnya dgn tugas saya. Malah kadang lebih ribet. Jika kamu ingin mengetahui apa pendapat Bobby dan Eka ttg isu tertentu, silakan kontak mereka langsung, alamat FB mereka tercantum jelas. Tidak usah repot dan berprasangka negatif sblm kamu tahu bagaman sistem kerja kami. Cheers!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/cara-kami-bekerja/425345105588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Opini Dari Barat
Oleh: Superman Is Dead
Sheriann Bricknell:
I'm sure this would be a great convo if I could understand what in the hell y'all were saying. S.I.D, just an FYI... if you want to be internationally famous, you might want to post in English, as most people speak it, regardless of country of origin.
Jrx:
Thanx for ur concern. We know who we are and we know the politics of international showbiz. Not only u have to speak English, but there's more than that. So far, whatever we achieved, is more like the results from our retribution which is to bring our country's name 'out there'.
We have no intention to be the next U2 but we're happy enough to -at least- let people out there knows that Indonesia's not such a bad country where its citizen living in fear inside a mono-cultural nightmare. Cheers!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/opini-dari-barat/454100480588
Sheriann Bricknell:
I'm sure this would be a great convo if I could understand what in the hell y'all were saying. S.I.D, just an FYI... if you want to be internationally famous, you might want to post in English, as most people speak it, regardless of country of origin.
Jrx:
Thanx for ur concern. We know who we are and we know the politics of international showbiz. Not only u have to speak English, but there's more than that. So far, whatever we achieved, is more like the results from our retribution which is to bring our country's name 'out there'.
We have no intention to be the next U2 but we're happy enough to -at least- let people out there knows that Indonesia's not such a bad country where its citizen living in fear inside a mono-cultural nightmare. Cheers!
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/opini-dari-barat/454100480588
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
JIPLAK TERUS SAMPAI KAMI MATI!
Oleh: Superman Is Dead
Sekali lagi, saya (mewakili Bobby dan Eka) ingin membicarakan masalah ini ke publik. Masalah ini klasik dan lama-kelamaan kami melihat tidak adanya rasa hormat dari sebagian (orang yang mengaku) Outsiders terhadap kreatifitas SID. Tulisan ini kami tujukan kepada KALIAN PARA PENJIPLAK YANG TANPA RASA MALU MEMPERDAGANGKAN KREATIFITAS KAMI HANYA DEMI SECUIL KEUNTUNGAN INSTAN.
Pertama, kami mengaku sangat bangga melihat dalam setiap konser SID ada ratusan bahkan kadang ribuan penonton yang mengenakan atribut (khususnya T-shirt) yang bertema SID. Kami merasa tersanjung dan ada perasaan menyatu dengan penonton. Itu adalah hal yang indah.
Namun dilain sisi, ada hal yang menggangu pikiran kami, yaitu banyaknya beredar T-shirt SID bajakan yang entah dicetak sendiri oleh para Outsiders/Lady Rose atau dibeli dari toko toko tertentu. Yang kami permasalahkan bukan segi bajakan atau tidaknya T-shirt tersebut, namun lebih kepada penjiplakan 100% dari design T-shirt original yang kami produksi sendiri.
SID TIDAK AKAN MEMPERMASALAHKAN JIKA DESAIN-NYA BUKAN HASIL MENJIPLAK 100% DARI DESAIN ORIGINAL MERCHANDISE SID (t-shirt, topi, gantungan kunci dll). SILAKAN JIKA KALIAN INGIN MEMBUAT ATRIBUT OUTSIDERS/LADY ROSE SENDIRI ASAL BUKAN HASIL JIPLAKAN 100% DARI DESAIN-DESAIN KAMI.
Mungkin banyak yang tidak tahu betapa susahnya kami mencari ide yang relevan dengan musik dan misi kami, menuangkannya ke dalam bentuk gambar lalu mengaplikasikannya ke T-shirt, topi dll.
Itu BUKANLAH pekerjaan yang mudah.
Yang coba kami katakan disini adalah, kalian Outsiders/Lady Rose SILAKAN membuat atribut SID sesuka hati kalian namun ingat, buatlah dengan kreasi dan hasil pikir imajinasimu sendiri. Jangan cuma menjiplak design yang sudah kami bikin. Kalian anak-anak cerdas, bukan fanbase bodoh yang tak tahu malu.
Movement ini kami lakukan bukan semata untuk menaikkan penjualan merchandise original kami, namun kami lebih melihat pada sisi edukasinya. Agar kalian tidak terbiasa menjadi tukang jiplak dan agar kalian terbiasa untuk menghargai hasil karya (dalam hal ini design) orang lain.Outisder itu seharus nya cerdas, bukan-nya malah LICIK, TAK TAHU MALU dan TIDAK BERPENDIDIKAN.
Jiwamu tercermin dari apa yang kamu kenakan.
Mulailah menghargai orang lain jika ingin lebih dihargai. Camkan itu!
Source : https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/jiplak-terus-sampai-kami-mati/10150928036580589
Sekali lagi, saya (mewakili Bobby dan Eka) ingin membicarakan masalah ini ke publik. Masalah ini klasik dan lama-kelamaan kami melihat tidak adanya rasa hormat dari sebagian (orang yang mengaku) Outsiders terhadap kreatifitas SID. Tulisan ini kami tujukan kepada KALIAN PARA PENJIPLAK YANG TANPA RASA MALU MEMPERDAGANGKAN KREATIFITAS KAMI HANYA DEMI SECUIL KEUNTUNGAN INSTAN.
Pertama, kami mengaku sangat bangga melihat dalam setiap konser SID ada ratusan bahkan kadang ribuan penonton yang mengenakan atribut (khususnya T-shirt) yang bertema SID. Kami merasa tersanjung dan ada perasaan menyatu dengan penonton. Itu adalah hal yang indah.
Namun dilain sisi, ada hal yang menggangu pikiran kami, yaitu banyaknya beredar T-shirt SID bajakan yang entah dicetak sendiri oleh para Outsiders/Lady Rose atau dibeli dari toko toko tertentu. Yang kami permasalahkan bukan segi bajakan atau tidaknya T-shirt tersebut, namun lebih kepada penjiplakan 100% dari design T-shirt original yang kami produksi sendiri.
SID TIDAK AKAN MEMPERMASALAHKAN JIKA DESAIN-NYA BUKAN HASIL MENJIPLAK 100% DARI DESAIN ORIGINAL MERCHANDISE SID (t-shirt, topi, gantungan kunci dll). SILAKAN JIKA KALIAN INGIN MEMBUAT ATRIBUT OUTSIDERS/LADY ROSE SENDIRI ASAL BUKAN HASIL JIPLAKAN 100% DARI DESAIN-DESAIN KAMI.
Mungkin banyak yang tidak tahu betapa susahnya kami mencari ide yang relevan dengan musik dan misi kami, menuangkannya ke dalam bentuk gambar lalu mengaplikasikannya ke T-shirt, topi dll.
Itu BUKANLAH pekerjaan yang mudah.
Yang coba kami katakan disini adalah, kalian Outsiders/Lady Rose SILAKAN membuat atribut SID sesuka hati kalian namun ingat, buatlah dengan kreasi dan hasil pikir imajinasimu sendiri. Jangan cuma menjiplak design yang sudah kami bikin. Kalian anak-anak cerdas, bukan fanbase bodoh yang tak tahu malu.
Movement ini kami lakukan bukan semata untuk menaikkan penjualan merchandise original kami, namun kami lebih melihat pada sisi edukasinya. Agar kalian tidak terbiasa menjadi tukang jiplak dan agar kalian terbiasa untuk menghargai hasil karya (dalam hal ini design) orang lain.Outisder itu seharus nya cerdas, bukan-nya malah LICIK, TAK TAHU MALU dan TIDAK BERPENDIDIKAN.
Jiwamu tercermin dari apa yang kamu kenakan.
Mulailah menghargai orang lain jika ingin lebih dihargai. Camkan itu!
Source : https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/jiplak-terus-sampai-kami-mati/10150928036580589
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Konser Superman Is Dead Telan Korban Jiwa
SOLO, KOMPAS.com — Keributan yang
terjadi saat konser musik rock kelompok Superman Is Dead di Stadion
Sriwedari, Solo, Jumat (23/10) malam, mengakibatkan satu orang tewas dan
dua orang luka-luka terkena benda tajam.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Sabtu, korban tewas bernama Yudi Widiyanto (18), warga Kalibata, Majogedang, Karanganyar; dan dua orang menderita luka tusuk, yaitu Rieza Randhani (19), warga Jalan Kenari Perum Bumi Graha Indah Jaten, Karanganyar, dan Dwi Martanto (22), warga Begalon, Danusuman, Serengan, Solo.
Setelah dilakukan visum, korban tewas langsung dibawa keluarganya pulang, sedangkan dua korban terkena tusukan kini masih dirawat di Ruang Kamajaya RS Kasih Ibu, Solo.
Menurut Windu Suseno, paman korban Dwi Martanto, keponakannya melihat konser musik rock Superman Is Dead yang diselenggarakan oleh Djarum Super di Stadion Sriwedari, Jumat sekitar pukul 19.00 WIB.
Saat terjadi keributan di lokasi sekitar pukul 13.30 WIB, korban tidak mengetahui dan tidak merasakan kalau ditusuk dari sebelah kiri punggungnya. "Badannya yang terluka hanya terasa panas seperti kena api rokok. Tapi ketika diraba ternyata terluka kena tusukan benda tajam," kata Windu menirukan korban.
Menurut Windu, korban terluka pada bagian punggung bagian kiri bawah dan luka sedalam sekitar enam sentimeter. Korban kini akan dioperasi.
Sementara Sulasono, ayah Rieza, menjelaskan, anaknya terluka akibat tusukan pada punggung atas dan kini sedang menjalani perawatan intensif di RS Kasih Ibu, Solo. Menurut pengakuan anaknya, dia tidak mengetahui jika dirinya terkena tusukan saat itu ada keributan di lokasi kejadian. Korban melihat temannya bernama Yudi (korban tewas) terjatuh dan korban mengira Yudi sakit epilepsi. Setelah ditolong, ternyata bersimbah darah akibat terkena tusukan pada dadanya. Korban langsung dibawa ke RS Kasih Ibu, Solo.
Sementara Kasatreskrim Poltabes Surakarta Kompol Susilo Utomo membenarkan peristiwa keributan yang menelan korban satu orang tewas itu. Polisi hingga saat ini masih melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/24/e095945/Konser.Superman.Is.Dead.Telan.Korban.Jiwa
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Sabtu, korban tewas bernama Yudi Widiyanto (18), warga Kalibata, Majogedang, Karanganyar; dan dua orang menderita luka tusuk, yaitu Rieza Randhani (19), warga Jalan Kenari Perum Bumi Graha Indah Jaten, Karanganyar, dan Dwi Martanto (22), warga Begalon, Danusuman, Serengan, Solo.
Setelah dilakukan visum, korban tewas langsung dibawa keluarganya pulang, sedangkan dua korban terkena tusukan kini masih dirawat di Ruang Kamajaya RS Kasih Ibu, Solo.
Menurut Windu Suseno, paman korban Dwi Martanto, keponakannya melihat konser musik rock Superman Is Dead yang diselenggarakan oleh Djarum Super di Stadion Sriwedari, Jumat sekitar pukul 19.00 WIB.
Saat terjadi keributan di lokasi sekitar pukul 13.30 WIB, korban tidak mengetahui dan tidak merasakan kalau ditusuk dari sebelah kiri punggungnya. "Badannya yang terluka hanya terasa panas seperti kena api rokok. Tapi ketika diraba ternyata terluka kena tusukan benda tajam," kata Windu menirukan korban.
Menurut Windu, korban terluka pada bagian punggung bagian kiri bawah dan luka sedalam sekitar enam sentimeter. Korban kini akan dioperasi.
Sementara Sulasono, ayah Rieza, menjelaskan, anaknya terluka akibat tusukan pada punggung atas dan kini sedang menjalani perawatan intensif di RS Kasih Ibu, Solo. Menurut pengakuan anaknya, dia tidak mengetahui jika dirinya terkena tusukan saat itu ada keributan di lokasi kejadian. Korban melihat temannya bernama Yudi (korban tewas) terjatuh dan korban mengira Yudi sakit epilepsi. Setelah ditolong, ternyata bersimbah darah akibat terkena tusukan pada dadanya. Korban langsung dibawa ke RS Kasih Ibu, Solo.
Sementara Kasatreskrim Poltabes Surakarta Kompol Susilo Utomo membenarkan peristiwa keributan yang menelan korban satu orang tewas itu. Polisi hingga saat ini masih melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/24/e095945/Konser.Superman.Is.Dead.Telan.Korban.Jiwa
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Insiden Berdarah di Solo Kriminal Murni
JAKARTA, KOMPAS.com — Grup band beraliran punk-rock
Superman Is Dead (SID) angkat bicara soal kericuhan yang mengakibatkan
jatuhnya korban saat mereka konser di Stadion Sriwedari, Solo, Jumat
(23/10) pekan lalu.
"Itu acaranya terjadi setelah kita manggung. Kita ditelepon manajer kita, katanya itu adalah masalah kriminal murni, tidak ada kaitannya dengan SID dan sudah clear," jelas Jerinx, penggebuk drum SID, saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis (29/10).
Eka, gitaris SID, menimpali. Katanya, semua masalah sudah tuntas. "Bahkan, kemarin Wakil Walikota Solo sudah menghubungi kita menjelaskan ini tidak ada kaitannya dengan SID, dan berterima kasih kepada kita," ujarnya.
Meski tak ada kaitannya dengan konser SID, mereka tetap menaruh simpati terhadap para korban. Mereka menyatakan belasungkawa kepada para korban. "Kita sudah menemui korban penusukannya," terang vokalis Bobby.
Mereka berharap apa yang terjadi di Solo tak pernah terulang lagi dalam konser mereka di mana pun. Dalam setiap konsernya, mereka bahkan kerap mengingatkan agar para penonton tertib dan menjaga keamanan bersama. "Kita sering mengingatkan jangan sampai terjadi keributan," kata Bobby.
"Kita juga sering bilang kalau enggak mau kesenggol mending pulang," timpal Eka.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/29/e165719/SID.Insiden.Berdarah.di.Solo.Kriminal.Murni
"Itu acaranya terjadi setelah kita manggung. Kita ditelepon manajer kita, katanya itu adalah masalah kriminal murni, tidak ada kaitannya dengan SID dan sudah clear," jelas Jerinx, penggebuk drum SID, saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis (29/10).
Eka, gitaris SID, menimpali. Katanya, semua masalah sudah tuntas. "Bahkan, kemarin Wakil Walikota Solo sudah menghubungi kita menjelaskan ini tidak ada kaitannya dengan SID, dan berterima kasih kepada kita," ujarnya.
Meski tak ada kaitannya dengan konser SID, mereka tetap menaruh simpati terhadap para korban. Mereka menyatakan belasungkawa kepada para korban. "Kita sudah menemui korban penusukannya," terang vokalis Bobby.
Mereka berharap apa yang terjadi di Solo tak pernah terulang lagi dalam konser mereka di mana pun. Dalam setiap konsernya, mereka bahkan kerap mengingatkan agar para penonton tertib dan menjaga keamanan bersama. "Kita sering mengingatkan jangan sampai terjadi keributan," kata Bobby.
"Kita juga sering bilang kalau enggak mau kesenggol mending pulang," timpal Eka.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/29/e165719/SID.Insiden.Berdarah.di.Solo.Kriminal.Murni
Label:
Catatan,
Superman Is Dead
Kisah Tatto di Tubuh Jrx
JAKARTA, KOMPAS.com - Jerinx, penggebuk drum
Superman Is Dead (SID), menyimpan filosofi di balik tato-tato yang
melekat di tubuhnya. Sadar bahwa tato merupakan sesuatu yang krusial,
Jerinx tak mau asal menaruh gambar tanpa makna dan nilai apa-apa. "Tato
itu bakal saya bawa sampai mati. Jadi, harus punya makna yang dalam,"
ujar Jerinx saat ditemui di Jakarta Barat, baru-baru ini.
Karenanya, Jerinx memilih motif tato yang dianggapnya punya nilai dan makna yang dalam. Tato bertuliskan "Grand Mom", misalnya, ia toreh ditubuhnya untuk mendedikasikannya kepada sang nenek. "Nenek saya meninggal pas ulang tahun saya, sembilan tahun yang lalu, di bulan Februari," cerita Jerinx sambil menunjukkan tato di lengan sebelah kanannya.
Terus yang lainnya? "Yang ini adalah judul lagu country yang dibawakan lagi sama Social Distortion yang liriknya bagus banget dan menyentuh banget bagi saya. Dan, yang ini adalah buat seseorang yang sangat spesial bagi saya, Lady Rose. Saya dedikasikan buat dia," katanya. "Lalu ada naga karena shio saya naga," tambahnya, seraya mengatakan bahwa tato-tato itu merupakan karya seniman-seniman tato luar dan dalam negeri.
Bahkan, Jerinx juga mengabadikan runtuhnya menara kembar WTC dalam tubuhnya. "Yang ini saya buat pas 9/11. Waktu New York dihancurkan, saya langsung bikin tato ini, karena dunia saya pikir tidak sama lagi dan ternyata dunia benar-benar berubah. Setelah itu mulai ada bom Bali dan teroris," kata Jerinx.
Melongok ke belakang, Jerinx mengaku mendapatkan tato pertamanya sejak kelas dua SMA. "Waktu itu saya baru punya band. Jadi, saya terinspirasi tato tribal-nya Anthony 'Red Hot Chili Peppers'," kenang Jerinx. "Emang waktu itu saya belum terlalu paham dengan konsep tato seperti apa, tapi saya hanya berpikir ini keren saja," sambungnya.
Pilihan tato pertamanya itu, menurut Jerinx, hanya sebatas pengin keren-kerenan saja. "Waktu itu memang lagi tren tribal. Karena belum ada internet, referensi saya dari TV sama majalah-majalah yang saya dapat di jalan. Waktu itu, cukup susah dapatin majalah luar. Akhirnya, saya baru sadar kalau tato ternyata banyak konsepnya, ada yang old school segala macam," ujarnya.
Ngomong-ngomong, apa masih berniat membuat tato baru lagi di tubuhnya? "Saya bakal tato sebuah mesin motor di perut saya. Di Sanur, ada artis tato. Namanya Kaga, yang spesialis tato black and grey. Jadi, saya rasa, kalau di perut saya ditato mesin motor itu bakal keren hasilnya," tutup Jerinx.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/31/e114325/kisah.tato-tato.di.tubuh.jerinx.sid
Karenanya, Jerinx memilih motif tato yang dianggapnya punya nilai dan makna yang dalam. Tato bertuliskan "Grand Mom", misalnya, ia toreh ditubuhnya untuk mendedikasikannya kepada sang nenek. "Nenek saya meninggal pas ulang tahun saya, sembilan tahun yang lalu, di bulan Februari," cerita Jerinx sambil menunjukkan tato di lengan sebelah kanannya.
Terus yang lainnya? "Yang ini adalah judul lagu country yang dibawakan lagi sama Social Distortion yang liriknya bagus banget dan menyentuh banget bagi saya. Dan, yang ini adalah buat seseorang yang sangat spesial bagi saya, Lady Rose. Saya dedikasikan buat dia," katanya. "Lalu ada naga karena shio saya naga," tambahnya, seraya mengatakan bahwa tato-tato itu merupakan karya seniman-seniman tato luar dan dalam negeri.
Bahkan, Jerinx juga mengabadikan runtuhnya menara kembar WTC dalam tubuhnya. "Yang ini saya buat pas 9/11. Waktu New York dihancurkan, saya langsung bikin tato ini, karena dunia saya pikir tidak sama lagi dan ternyata dunia benar-benar berubah. Setelah itu mulai ada bom Bali dan teroris," kata Jerinx.
Melongok ke belakang, Jerinx mengaku mendapatkan tato pertamanya sejak kelas dua SMA. "Waktu itu saya baru punya band. Jadi, saya terinspirasi tato tribal-nya Anthony 'Red Hot Chili Peppers'," kenang Jerinx. "Emang waktu itu saya belum terlalu paham dengan konsep tato seperti apa, tapi saya hanya berpikir ini keren saja," sambungnya.
Pilihan tato pertamanya itu, menurut Jerinx, hanya sebatas pengin keren-kerenan saja. "Waktu itu memang lagi tren tribal. Karena belum ada internet, referensi saya dari TV sama majalah-majalah yang saya dapat di jalan. Waktu itu, cukup susah dapatin majalah luar. Akhirnya, saya baru sadar kalau tato ternyata banyak konsepnya, ada yang old school segala macam," ujarnya.
Ngomong-ngomong, apa masih berniat membuat tato baru lagi di tubuhnya? "Saya bakal tato sebuah mesin motor di perut saya. Di Sanur, ada artis tato. Namanya Kaga, yang spesialis tato black and grey. Jadi, saya rasa, kalau di perut saya ditato mesin motor itu bakal keren hasilnya," tutup Jerinx.
Source: http://entertainment.kompas.com/read/2009/10/31/e114325/kisah.tato-tato.di.tubuh.jerinx.sid
Outsiders Bukan Kelompok Anak Manja
Oleh: Jerinx
Seorang Outsider bertanya kepada saya:
Bli Jrx waktu di MTV award kok mau salaman ma personil" pee wee sih ?? Waktu itu bendera SID kan di bakar ma anak party dork .Trus lambang outsider di tiban ma party DOG .
Kan itu pelecehan bli...
Jawaban saya:
Sampai saat ini saya belum melihat dengan mata kepala sendiri kalau SID dilecehkan oleh kelompok yg kamu sebut diatas. Kalau saya melihat langsung, sudah pasti saya akan berada di garis depan untuk membela band saya sendiri.
Dunia punkrock tidak sama dgn dunia sinetron/infotainment yg penuh dgn sensasi/negatifitas murahan dgn bumbu saling fitnah tidak jelas. Daripada kamu mikirin hal2 sampah diatas, mending kamu konsen ke masalah yg sebenarnya. Kalau kalian memang punya banyak waktu dan energi untuk melawan sesuatu, kenapa tidak lawan musuh yang sebenarnya? Kebodohan, terorisme, fasisme, korupsi dan penyeragaman. Berani?
Dan kalau memang ada yg membakar bendera Outsider kenapa tidak langsung diselesaikan masalahnya waktu itu juga? Kalian lakukan apa yg harus dilakukan. Tidak harus mengadu sana sini spt bayi.
Outsider jgn sampai menjadi kelompok anak cengeng yg gemar gosip tp tdk berani berbuat apa-apa!
Seorang Outsider bertanya kepada saya:
Bli Jrx waktu di MTV award kok mau salaman ma personil" pee wee sih ?? Waktu itu bendera SID kan di bakar ma anak party dork .Trus lambang outsider di tiban ma party DOG .
Kan itu pelecehan bli...
Jawaban saya:
Sampai saat ini saya belum melihat dengan mata kepala sendiri kalau SID dilecehkan oleh kelompok yg kamu sebut diatas. Kalau saya melihat langsung, sudah pasti saya akan berada di garis depan untuk membela band saya sendiri.
Dunia punkrock tidak sama dgn dunia sinetron/infotainment yg penuh dgn sensasi/negatifitas murahan dgn bumbu saling fitnah tidak jelas. Daripada kamu mikirin hal2 sampah diatas, mending kamu konsen ke masalah yg sebenarnya. Kalau kalian memang punya banyak waktu dan energi untuk melawan sesuatu, kenapa tidak lawan musuh yang sebenarnya? Kebodohan, terorisme, fasisme, korupsi dan penyeragaman. Berani?
Dan kalau memang ada yg membakar bendera Outsider kenapa tidak langsung diselesaikan masalahnya waktu itu juga? Kalian lakukan apa yg harus dilakukan. Tidak harus mengadu sana sini spt bayi.
Outsider jgn sampai menjadi kelompok anak cengeng yg gemar gosip tp tdk berani berbuat apa-apa!
Interview Jrx In English 2005
1. Do you remember the first band you heard or CD you bought? What or who was it?
Jrx: Well, when I was a kid my dad used to own a very small record shop at downtown Kuta in the 80s, so I hardly buy records [CD didnt even exist yet in Indonesia]. But I remember growing up listening to Dads fave like Men At Work, Midnight Oil, Rod Stewart, Bob Marley, Roy Orbison, Gipsy Kings and some Indonesian bands/solo artists..mostly ready-to-cry pop artists that are probably die already. But when I was 15, I fell in love w/ Nirvana and all the Seattle warriors. But the first record I bought was Sepultura Chaos A.D coz I couldnt find this album in my dads shop.
2. When and why did you decide that you wanted to become a rock star?
Jrx: Funny question. I don't like the term rockstar so I prefer punkrocker or musician. And the first time I wanted to be a musician is when I was 16 . We had a hi-school party and one of my class mate was playing the drum. I was never see anyone playing drum so close and I got so amazed by the sounds and they way he played it. That hits me and from that moment I wanted to be a musician. In school I got involved in some cover bands playing Guns n Roses and Bon Jovi cos no one are into grunge at the moment. Weird.
3. Have you always been a fan of the punk genre? What do you like about punk?
Jrx: A year later [1995] when I was 17, Green Day came and open up my mind about all the youth rebellion and about being a punkrocker. I fell in love with the whole concept of being different, honest and not listening to what people say. The resistance, the alcohol, eyeliner, tattoos, wifebeater, everything.Thats when this entire roller coaster ride started. I'd never wanna be a rockstar but if people today call what I do is being a rockstar, I don't care. Me and my band know what were made of.
4. Do you consider your music a fusion of punk and rockabilly? How does rockabilly come into play in your music?
Jrx: Yes, were a blend of punkrock and a bit of rockabilly. At the beginning we dont know anything about rockabilly, until 1997 when I know found out about the Orange Countys Social Distortion. This band blew my mind and gave me bigger impact than Green Day, still until this day. I know rockabilly from their interviews and stuff. Then we try to find out about other rocka/psychobilly bands like The Reverend Horton Heat, The Cramps, Johny Cash and all that. But still, Superman Is Dead roots are punkrock. We just put rockabilly elements in our lyrics, guitars and the way we dress up, mainly. We mix it up cos we love both genres. Also we don't wanna look and sounds like an average punkrock bands.
5. What was the first punk band you heard?
Jrx: Sex Pistols, but didnt like them very much until now.
6. Who are your influences?
Jrx: Social Distortion, The Clash, Ramones, Green Day, Rancid, U.S Bombs, Tiger Army, Dropkick Murphys, NOFX, The Living End, Johny Cash, The Reverend Horton Heat, AFI, Transplants, Cypress Hill, Avenged Sevenfold, Michael Buble, Brian Setzer, Big Bad Voodoo Daddy and some Balinese/Indonesian punkrock bands.
7. Why is most of your music in English rather than Bahasa?
Jrx: Its just a habit factor. Cos mostly were listening to western bands so when we write songs, English is the first language that came up in our head. Easy and simple like that. But in our newest 6th album Black Market Love we tried to write a bit more songs in Bahasa cos we have so many important and significant massages for the generation, and we want them to understand what were singing about. We wanna show people what were made of. We wanna make some point since theres so many misunderstanding about us goin on in Indonesia. Lots of people thinks were just some punk band with tattoos that just wanna be rich and famous.
8. Do you have plans to play in North America, Europe or Australia, where some of your overseas fans are based?
Jrx: Yes we do have many, but until now it's not happening yet. We got so many offers to play overseas but it's always got canceled. Maybe it's not our luck yet. Plus it's not easy you know, for a 3rd world country band like us, who have a shitty money rate, to go travel overseas. Next year we have another offer to play in U.K, hopefully this ones for real. God please put some mercy on me.
9. Which countries outside of Asia have you played in?
Jrx: A really really empty country called None. [kidding]
10. Which artists would you like to work with?
Jrx: Mike Ness, Brian Setzer, Billie Joe Armstrong, Johny Cash, Joe Strummer, Tim Armstrong and Shaggy Dog [ska swing band from Indonesia].
11. Has the music scene in Bali and Indonesia in general changed since the bombings? How has your music and outlook on life in general changed since then?
Jrx: Yes, it brought us so much anger and frustration. Bali is never gonna be the same since the bombings. So many people got crazy, lose their jobs and the criminal statistic got higher. And as the youth of counter-culture, we have a lot of things to fight now. Fascism, ignorance, discrimination, terrorism [by east and west], religion fundamentalists & media brainwash. Were fighting for our minority rights [yes, Bali is the most minority province in Indonesia]. We want our home to be like what it used to be, but theres so many fascist-pig out there thinks that our home needs to be destroyed. That's what the Bali punkrock scene is all about now. Were sick and tired of being in the middle of this so-called religion war. We dont wanna be a part of it and we dont wanna take sides cos we think both sides are wrong. I hope U.S President Mr. George W. Bush is reading this interview. MR. BUSH, PLEASE STOP THE WAR IN IRAQ! It destroys and hurts the whole world, race and religion. You know the reason why they bombs Bali? It's cos U.S keeps bombing Iraq. They want revenge and Bali is a perfect target since there are many westerns in Bali. We Balinese really feel the impact of the war in Iraq but we got no power to resist that. We are minority in our country. We are victims for things were not. So Mr. Bush, please stop it if you got a sense of humanity.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/jrx-interview-in-english-2005/199640946245
Jrx: Well, when I was a kid my dad used to own a very small record shop at downtown Kuta in the 80s, so I hardly buy records [CD didnt even exist yet in Indonesia]. But I remember growing up listening to Dads fave like Men At Work, Midnight Oil, Rod Stewart, Bob Marley, Roy Orbison, Gipsy Kings and some Indonesian bands/solo artists..mostly ready-to-cry pop artists that are probably die already. But when I was 15, I fell in love w/ Nirvana and all the Seattle warriors. But the first record I bought was Sepultura Chaos A.D coz I couldnt find this album in my dads shop.
2. When and why did you decide that you wanted to become a rock star?
Jrx: Funny question. I don't like the term rockstar so I prefer punkrocker or musician. And the first time I wanted to be a musician is when I was 16 . We had a hi-school party and one of my class mate was playing the drum. I was never see anyone playing drum so close and I got so amazed by the sounds and they way he played it. That hits me and from that moment I wanted to be a musician. In school I got involved in some cover bands playing Guns n Roses and Bon Jovi cos no one are into grunge at the moment. Weird.
3. Have you always been a fan of the punk genre? What do you like about punk?
Jrx: A year later [1995] when I was 17, Green Day came and open up my mind about all the youth rebellion and about being a punkrocker. I fell in love with the whole concept of being different, honest and not listening to what people say. The resistance, the alcohol, eyeliner, tattoos, wifebeater, everything.Thats when this entire roller coaster ride started. I'd never wanna be a rockstar but if people today call what I do is being a rockstar, I don't care. Me and my band know what were made of.
4. Do you consider your music a fusion of punk and rockabilly? How does rockabilly come into play in your music?
Jrx: Yes, were a blend of punkrock and a bit of rockabilly. At the beginning we dont know anything about rockabilly, until 1997 when I know found out about the Orange Countys Social Distortion. This band blew my mind and gave me bigger impact than Green Day, still until this day. I know rockabilly from their interviews and stuff. Then we try to find out about other rocka/psychobilly bands like The Reverend Horton Heat, The Cramps, Johny Cash and all that. But still, Superman Is Dead roots are punkrock. We just put rockabilly elements in our lyrics, guitars and the way we dress up, mainly. We mix it up cos we love both genres. Also we don't wanna look and sounds like an average punkrock bands.
5. What was the first punk band you heard?
Jrx: Sex Pistols, but didnt like them very much until now.
6. Who are your influences?
Jrx: Social Distortion, The Clash, Ramones, Green Day, Rancid, U.S Bombs, Tiger Army, Dropkick Murphys, NOFX, The Living End, Johny Cash, The Reverend Horton Heat, AFI, Transplants, Cypress Hill, Avenged Sevenfold, Michael Buble, Brian Setzer, Big Bad Voodoo Daddy and some Balinese/Indonesian punkrock bands.
7. Why is most of your music in English rather than Bahasa?
Jrx: Its just a habit factor. Cos mostly were listening to western bands so when we write songs, English is the first language that came up in our head. Easy and simple like that. But in our newest 6th album Black Market Love we tried to write a bit more songs in Bahasa cos we have so many important and significant massages for the generation, and we want them to understand what were singing about. We wanna show people what were made of. We wanna make some point since theres so many misunderstanding about us goin on in Indonesia. Lots of people thinks were just some punk band with tattoos that just wanna be rich and famous.
8. Do you have plans to play in North America, Europe or Australia, where some of your overseas fans are based?
Jrx: Yes we do have many, but until now it's not happening yet. We got so many offers to play overseas but it's always got canceled. Maybe it's not our luck yet. Plus it's not easy you know, for a 3rd world country band like us, who have a shitty money rate, to go travel overseas. Next year we have another offer to play in U.K, hopefully this ones for real. God please put some mercy on me.
9. Which countries outside of Asia have you played in?
Jrx: A really really empty country called None. [kidding]
10. Which artists would you like to work with?
Jrx: Mike Ness, Brian Setzer, Billie Joe Armstrong, Johny Cash, Joe Strummer, Tim Armstrong and Shaggy Dog [ska swing band from Indonesia].
11. Has the music scene in Bali and Indonesia in general changed since the bombings? How has your music and outlook on life in general changed since then?
Jrx: Yes, it brought us so much anger and frustration. Bali is never gonna be the same since the bombings. So many people got crazy, lose their jobs and the criminal statistic got higher. And as the youth of counter-culture, we have a lot of things to fight now. Fascism, ignorance, discrimination, terrorism [by east and west], religion fundamentalists & media brainwash. Were fighting for our minority rights [yes, Bali is the most minority province in Indonesia]. We want our home to be like what it used to be, but theres so many fascist-pig out there thinks that our home needs to be destroyed. That's what the Bali punkrock scene is all about now. Were sick and tired of being in the middle of this so-called religion war. We dont wanna be a part of it and we dont wanna take sides cos we think both sides are wrong. I hope U.S President Mr. George W. Bush is reading this interview. MR. BUSH, PLEASE STOP THE WAR IN IRAQ! It destroys and hurts the whole world, race and religion. You know the reason why they bombs Bali? It's cos U.S keeps bombing Iraq. They want revenge and Bali is a perfect target since there are many westerns in Bali. We Balinese really feel the impact of the war in Iraq but we got no power to resist that. We are minority in our country. We are victims for things were not. So Mr. Bush, please stop it if you got a sense of humanity.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/jrx-interview-in-english-2005/199640946245
SID anti mapan?
Oleh: Jerinx
Seseorang bertanya kepada saya:
Jrx, SID tu alirannya apa? PUNK ROCK, SKA atau SKATE PUNK.... kalau PUNK kenapa memasuki media? setahu saya PUNK itu ANTI MAPAN. di jawab yah...... :)
Jwaban saya:
Pengertian kalimat 'mapan' itu sangat luas. Tunduk thd kesepakatan moral/nilai2 yg ada di masyarakat bisa dikatakan salah satu standar 'kemapanan'. Kalau dari kacamata SID anti mapan bukan harus berarti anti uang [miskin] atau anti media. Bagi SID, anti mapan juga harus bisa survive dgn cara kita sendiri.
Mengenai punk masuk media, coba kamu search di internet, sejak awal lahirnya nya punk [band2 legenda spt. sex pistols, ramones, the clash, rancid, green day, social distortion dll] mereka tidak anti media, tapi memanfaatkan media utk menyebarkan pesan2 atau movement mereka.
Memang di dunia ini ada banyak band2 punk anti media, cuma konsekwensi nya mereka cuma dikenal oleh kalangan terbatas dan pesan2 dlm lagu mereka [yang menginginkan terjadinya perubahan] menjadi tidak efektif.
Intinya, kalau serius menginginkan perubahan, kenapa harus menutup diri thd dunia luar agar mereka mendengar suaramu.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/sid-anti-mapan/199664676245
Seseorang bertanya kepada saya:
Jrx, SID tu alirannya apa? PUNK ROCK, SKA atau SKATE PUNK.... kalau PUNK kenapa memasuki media? setahu saya PUNK itu ANTI MAPAN. di jawab yah...... :)
Jwaban saya:
Pengertian kalimat 'mapan' itu sangat luas. Tunduk thd kesepakatan moral/nilai2 yg ada di masyarakat bisa dikatakan salah satu standar 'kemapanan'. Kalau dari kacamata SID anti mapan bukan harus berarti anti uang [miskin] atau anti media. Bagi SID, anti mapan juga harus bisa survive dgn cara kita sendiri.
Mengenai punk masuk media, coba kamu search di internet, sejak awal lahirnya nya punk [band2 legenda spt. sex pistols, ramones, the clash, rancid, green day, social distortion dll] mereka tidak anti media, tapi memanfaatkan media utk menyebarkan pesan2 atau movement mereka.
Memang di dunia ini ada banyak band2 punk anti media, cuma konsekwensi nya mereka cuma dikenal oleh kalangan terbatas dan pesan2 dlm lagu mereka [yang menginginkan terjadinya perubahan] menjadi tidak efektif.
Intinya, kalau serius menginginkan perubahan, kenapa harus menutup diri thd dunia luar agar mereka mendengar suaramu.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/sid-anti-mapan/199664676245
Indonesia-ku yang Fanatik & Bangga
Oleh: Jerinx
Terkait dengan bunyi status FB SID yang berbunyi "Tolong hentikan cara2 berpikir model sinetron yg penuh drama dan konflik nan tak penting. SID bukan tim sepak bola. Fanatisme berlebihan akan membunuh kalian semua. Wake up!" Tak disangka SID mendapat beberapa respon menarik yang menganggap kami menyudutkan sepakbola Indonesia dan supporter-nya.
Inilah yang terjadi jika imajinasi dan daya nalar tidak digunakan dalam mengartikan sebuah expresi.
Kami mengerti sikap fanatik itu perlu dalam menunjukkan loyalitas. Dan SID akan menghargai sikap fanatik dlm bentuk apapun [bola, musik, agama dll] asal sikap fanatik tsb tidak sampai memakan korban jiwa dan menimbulkan permusuhan antar manusia di Indonesia.
Namun apakah yg kerap terjadi di Indonesia? Semua merasa tim-nya, ras-nya, agamanya atau band idolanya paling hebat lalu dengan bangga memusuhi orang2 yang berbeda dengannya. Itu kenyataan di lapangan dan itulah yang ingin kami pertanyakan.
Perlu diingat. Konteks SID ketika berkata 'fanatisme yg berlebihan akan membunuhmu' itu dalam kerangka yg luas, bukan cuma dalam konteks supporter bola namun lebih kepada semua unsur sikap fanatisme terhadap sesuatu.
Kerusuhan2 dlm konser musik/pertandingan bola maupun kerusuhan2 yang berbau SARA semua berawal dari rasa kebersamaan/loyalitas sebuah kelompok yg berlebihan dan ujung2nya memakan korban jiwa. Bagi kami itu pola pikir yang sangat bodoh dan terbelakang. TIDAK ada manusia yang layak mati sia-sia hanya karena perbedaan selera musik/bola/agama.
Kami berkata 'SID bukan tim sepak bola' sebagai kiasan karena akhir2 ini kami melihat sikap fanatik fans SID [Outsiders] hampir berlebihan dan mendekati fanatisme supporter bola.
Terus terang kami tidak nyaman dgn situasi ini. Tujuan kami membuat band bukan untuk dipuja-puja dgn perasaan fanatik berlebihan. Kita percaya semua manusia itu sama dimata Tuhan, terlepas dari apa itu suku, agama, ras, musik atau tim sepakbola favoritnya.
Mungkin bagi anda yang kurang bisa menangkap maksud kami, intinya adalah: cukup sudah warga Indonesia saling mangsa hanya karena perbedaan2 kecil yg seharusnya tidak menjadi masalah tsb.
Bersatu. Boleh fanatik tapi saling menghargai dan berjiwa besar. Sportif.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/indonesia-ku-yang-fanatik-bangga-oleh-jrx/280556601245
Terkait dengan bunyi status FB SID yang berbunyi "Tolong hentikan cara2 berpikir model sinetron yg penuh drama dan konflik nan tak penting. SID bukan tim sepak bola. Fanatisme berlebihan akan membunuh kalian semua. Wake up!" Tak disangka SID mendapat beberapa respon menarik yang menganggap kami menyudutkan sepakbola Indonesia dan supporter-nya.
Inilah yang terjadi jika imajinasi dan daya nalar tidak digunakan dalam mengartikan sebuah expresi.
Kami mengerti sikap fanatik itu perlu dalam menunjukkan loyalitas. Dan SID akan menghargai sikap fanatik dlm bentuk apapun [bola, musik, agama dll] asal sikap fanatik tsb tidak sampai memakan korban jiwa dan menimbulkan permusuhan antar manusia di Indonesia.
Namun apakah yg kerap terjadi di Indonesia? Semua merasa tim-nya, ras-nya, agamanya atau band idolanya paling hebat lalu dengan bangga memusuhi orang2 yang berbeda dengannya. Itu kenyataan di lapangan dan itulah yang ingin kami pertanyakan.
Perlu diingat. Konteks SID ketika berkata 'fanatisme yg berlebihan akan membunuhmu' itu dalam kerangka yg luas, bukan cuma dalam konteks supporter bola namun lebih kepada semua unsur sikap fanatisme terhadap sesuatu.
Kerusuhan2 dlm konser musik/pertandingan bola maupun kerusuhan2 yang berbau SARA semua berawal dari rasa kebersamaan/loyalitas sebuah kelompok yg berlebihan dan ujung2nya memakan korban jiwa. Bagi kami itu pola pikir yang sangat bodoh dan terbelakang. TIDAK ada manusia yang layak mati sia-sia hanya karena perbedaan selera musik/bola/agama.
Kami berkata 'SID bukan tim sepak bola' sebagai kiasan karena akhir2 ini kami melihat sikap fanatik fans SID [Outsiders] hampir berlebihan dan mendekati fanatisme supporter bola.
Terus terang kami tidak nyaman dgn situasi ini. Tujuan kami membuat band bukan untuk dipuja-puja dgn perasaan fanatik berlebihan. Kita percaya semua manusia itu sama dimata Tuhan, terlepas dari apa itu suku, agama, ras, musik atau tim sepakbola favoritnya.
Mungkin bagi anda yang kurang bisa menangkap maksud kami, intinya adalah: cukup sudah warga Indonesia saling mangsa hanya karena perbedaan2 kecil yg seharusnya tidak menjadi masalah tsb.
Bersatu. Boleh fanatik tapi saling menghargai dan berjiwa besar. Sportif.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/indonesia-ku-yang-fanatik-bangga-oleh-jrx/280556601245
Langganan:
Postingan (Atom)