Oleh: Jerinx
Akhir-akhir ini beberapa kali saya temui di fanpage ini
komentar dari kalian yang intinya mengatakan "dulu saya menyukai JRX,
tapi karena JRX sering membicarakan agama, saya jadi tidak menyukainya
lagi" atau "saya menyukai JRX karena musiknya, bukan karena pandangannya
tentang Tuhan"
Pada intinya, JRX yang ideal bagi 'mereka'
adalah JRX yang hanya berbicara tentang musik. Jadi kalau ibaratnya
saya ini petani, maka saya hanya berhak berbicara tentang sawah dan
harga pupuk. Meski hak hidupnya terancam, para petani hanya boleh teriak
tentang sawah dan harga pupuk. Hebat sekali Indonesia ini.
Mereka lupa. Selain musisi, saya juga MANUSIA.
Dan
perlu saya tegaskan, saya TIDAK PERNAH membicarakan suatu agama. Saya
tidak pernah menyerang suatu agama karena bagi saya, semua agama itu
sama dan sejajar. Sama-sama mengajarkan kebaikan dan mencari kedamaian.
Yang saya bicarakan adalah SIKAP MANUSIA yang kejam dan sombong dalam
MENERJEMAHKAN agama.
Ini tentang manusia nya, bukan
tentang agama nya. Ini bukan tentang kesalahan agama, ini tentang
kesalahan manusia dalam menerjemahkan agama.
Bagi saya ini
cukup menarik, sedikit ironis malah. Di Indonesia yang 'katanya'
beragam, religius dan sopan ini, ternyata masih ada anak-anak muda yang
over-sensitif setiap kali diajak membicarakan hal-hal yang berbau agama.
Alasan mereka kebanyakan "jangan membicarakan agama, nanti ada yang
tersinggung" dan ya, memang benar banyak yang tersinggung lalu tanpa
dasar kuat menuduh saya memojokkan agama tertentu. Di dunia maya,
kebencian cepat sekali menular. Begitu gampang utk menjadi 'pahlawan
agama' di dunia maya. Ketika beberapa kali saya tanya apa buktinya saya
memojokkan agama, mereka berkata "dari statu-status anda, saya menangkap
pesan kalau anda anti agama tertentu"
Disinilah
masalahnya. Prasangka diatas segalanya. Prasangka adalah kebenaran bagi
mereka. Dan karena sikap over-sensitif itu, mereka lebih memilih percaya
dengan prasangka ketimbang percaya dengan kebenaran. Mereka menutup
mata terhadap fakta bahwa prasangka mereka dibangun atas dasar
keterbatasan wawasan/ilmu dalam menerjemahkan opini saya.
Jadi
jelas sudah, mereka-mereka yang salah menerjemahkan agama nya, akan
selalu salah dalam menerjemahkan apapun yang berbau agama. Ketika
memasuki wilayah agama, mereka hanya memiliki kebencian, curiga dan
naluri memusnahkan siapa saja yg mereka anggap "musuh". Sekali lagi,
prasangka diatas kebenaran.
Disini saya sadar, bahwa
selama ini yang menyukai saya/SID belum tentu mengerti akan
lirik/esensi/pesan dari lagu-lagu SID. Disini juga saya sadar bahwa
inilah yang kita sebut sebagai seleksi alam untuk menentukan siapa yang
layak siapa yang tidak. Dan saya manusia yang cukup sadar dan tahu diri
bahwa saya terlahir bukan untuk menjadi penjilat yang bisa menyenangkan
hati semua orang.
Dalam kasus ini, saya melihat kehilangan
penggemar/simpatisan adalah konsekwensi dalam usaha saya untuk menjadi
seorang warga negara Indonesia yang menolak keras diskriminasi dan
kekerasan atas dasar SARA.
Dan saya tidak pernah takut
atas konsekwensi ini, karena saya/SID percaya diluar sana ada lebih
banyak anak muda dengan pemikiran bersih yang -terlepas dari mereka suka
musik SID atau tidak- lebih memilih percaya terhadap kemanusian,
keadilan dan kebenaran.
Source: https://www.facebook.com/notes/jrx/kehilangan-adalah-konsekuensi/502153411245
Tidak ada komentar:
Posting Komentar