Oleh: Superman Is Dead
Short History of a Beautiful Mess
Back in
the day, April's Fools Day 1st of April 1997. Di siang yang tidak
sepanas sekarang-sekarang ini, saya dan beberapa penjahat menyebarkan
fake info to our friends kalau band punkrock legendaris dari Amerika,
NOFX akan konser di Twice Bar -dulu masih di berlokasi di depan Monumen
Bom Bali- dan akan jammin' dengan Superman Is Dead. Free tanpa tiket.
Bam! Tak memakan waktu lama, ternyata our brainless tricks worked!
Malamnya Twice Bar langsung rame kedatangan teman-teman yang percaya
akan berita tersebut. Malah ada teman yang dengan bangga datang mengajak
beberapa temannya yang lagi liburan di Bali. Haha. And we just couldn't
stop laughing ketika satu persatu mereka datang dengan wajah
excited-nya. Setelah kita bilang kalau it's just an April's Fools joke,
semua cuma bisa ketawa maksa sambil sedikit menggerutu. Sorry guys but
it was all your fault to believe in our unbelievably stupid joke -untuk
standar 10 tahun yang lalu- Dan karena banyak yang datang, akhirnya we
were end up drinking together, talking about NOFX and honestly, we've
never thought of NOFX akan konser di Bali, apalagi sampai Superman Is
Dead yang menjadi pembuka mereka. It was all just our wish, and
dreams….as punkrock kids.
Dream came true, 23rd of April
2007, NOFX actually beneran konser di Bali dan berbagi panggung dengan
Superman Is Dead! Malam yang mungkin menjadi momen paling dikenang oleh
sebagian generasi punkrock di Bali. Venue malam itu benar-benar terasa
runtuh, mosh pit dan pogo yang masif, sing along yang tak berkesudahan
dan semuanya pulang dengan senyum puas layaknya seorang perampok amatir
yang baru saja berhasil merampok toko mainan kesukaan anaknya.
A
few days after the show, saat badan saya masih pegal from the mosh pit,
Acid from Surftime called me coz I owe them an article for this
month's edition. So ya, sekalian aja saya ingin menulis tentang seberapa
besar pengaruh band-band punkrock luar negeri terhadap standar musik
dan lifestyle remaja Bali hingga saat ini.
Punkrock
sudah masuk Bali sejak akhir tahun 70-an sampai awal 80-an, jamannya
band anarcho-punk Inggris The Sex Pistols. Hampir berbarengan dengan
masuknya rockabilly ke Bali melalui band The Stray Cats. Walau tidak ada
data yang valid dan akurat, tanda-tanda masuknya punkrock dan
rockabilly di Bali bisa diketahui –seingat saya yang waktu itu masih SD-
dari banyaknya graffiti Sex Pistols diseputaran tembok-tembok kota
Denpasar dan ada geng sepeda BMX bernama Stray Cats. Tanda lainnya yang
saya temui baru-baru ini, beberapa thugs/berandalan top jaman dulu di
Denpasar mempunyai tato logo kepala kucing milik The Stray Cats. Cuma
lucunya orang Bali waktu itu belum tahu istilah 'rockabilly'. Hehe.
Namun punkrock/rockabilly tidak bertahan lama. Selain penikmatnya yang
cenderung terbatas dan dianggap outcasts oleh masyarakat tradisional
[dianggap jeleme buduh/orang gila], minimnya informasi tentang
punkrock/rockabilly juga membuatnya begitu gampang dilibas oleh trend
new wave yang yang lebih manstream dan market-friendly, dimotori oleh
band semacam Duran-Duran dan Spandau Ballet. Dan dari awal sampai akhir
tahun 80-an, remaja Bali pekat dipengaruhi oleh genre new wave, pop [New
Kids on The Block] hingga Euro-pop
[Roxette]. Kemudian awal
tahun 90-an genre rock/metal [Guns n Roses, Bon Jovi, Sepultura,
Metallica, Helloween, Morbid Angel dll] sempat populer dan mempunyai
komunitas yang cukup solid. Naiknya rock/metal berbarengan dengan
naiknya genre reggae [Bob Marley, Peter Tosh, Alpha Blondie] yang
berawal dari pesisir pantai Sanur, sebelum akhirnya keduanya meredup
karena munculnya era grunge dan punkrock revival di pertengahan tahun
90-an. Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden mewakili grunge heroes. Green
Day, Rancid, Bad Religion dan NOFX mewakili second wave punkrock
revivalists. Naiknya kedua genre ini juga diikuti oleh naiknya genre
lain seperti street-punk [The Exploited, Total Chaos], hardcore
[Biohazard, Rykers, Sick Of It All], rock n roll punk [The Ramones,
Social Distortion] dan rockabilly [The Living End, The Stray Cats]
Dan mulailah sejarah punkrock Bali dari sini…
Sejak
saat itu genre punkrock dan teman-teman jahat-nya seperti enggan
menjauh dari keindahan pulau Bali. Jumlah band-nya kian hari kian
bertambah, distro-distro yang menjual pernik punkrock bertebaran
dimana-mana dan kuantitas konser-konser underground yang makin
meningkat. Observasi jalanan yang kerap tanpa sengaja saya lakukan,
menunjukkan kalau hingga saat ini jumlah anak muda di Bali yang
mendengarkan punkrock justru kian hari kian bertambah. Bukti kongkret,
kalau tahun 90-an hanya anak golongan SMA keatas yang mengkonsumsi
punkrock, awal tahun 2000-an meningkat menjadi golongan SMP keatas, dan
hingga sekarang ini saya lihat anak-anak SD-pun sudah mengidolakan
punkrock dan datang ke konser-konser underground. Jumlah anak-anak SD
ini tidak sedikit dan hebatnya lagi, mereka sudah tahu cara berdandan
ala punkrocker –bahkan mungkin mereka terlihat lebih punkrock daripada
punkrocker dewasa, haha-
Seiring waktu, punkrock pun melahirkan
sub-genre yang kian meluas, tapi masih memiliki benang merah yang jelas.
Genre kekinian seperti emo, goth-punk, metal-punk, disco-punk, screamo,
punk-core dll tetap tidak jauh dari etos musik dan gaya hidup punkrock.
Remaja Bali-pun seperti untouchable, tidak tersentuh oleh trend lain
yang melanda kota-kota besar di Indonesia. Genre mainstream yang dipuja
di kota-kota besar di Indonesia [pop-rock, brit-pop dan sebangsanya]
justru menjadi genre yang kurang populer di Bali. Entah apa alasannya,
saya juga kurang begitu paham. Mungkin karena kultur di Bali yang
cenderung permisif? Atau karena remaja di Bali memiliki kesetiaan luar
biasa terhadap pattern musik yang diciptakan oleh generasi sebelumnya?
Jika
kota-kota besar di Indonesia bertanggung jawab atas lahirnya band-band
nasional bergenre pop, rock, pop-rock, brit-pop dan new wave, maka Bali
bertanggung jawab akan eksistensi band-band nasional yang meneriakkan
punkrock, grunge dan rockabilly. Sebuah fenomena yang cukup menarik,
dimana sebuah province kecil dengan intens melahirkan band-band
beraliran non-mainstream, hingga diakui ditingkat nasional.
Satu
hal yang pasti, tiap daerah mempunyai karakter tersendiri. Mempunyai
tekstur budaya dan cara komunikasi yang berbeda. Dari sudut pandang Bali
adalah pulau yang kecil, bisa jadi kenapa secara musikal Bali bisa
berbeda dengan daerah-daerah lain adalah karena jumlah komunitasnya
kecil juga. Tidak sebanyak komunitas di daerah lain. Analisis kasarnya,
dengan komunitas yang jumlahnya tidak terlalu banyak, otomatis proses
saling mempengaruhi satu sama lain menjadi lebih cepat karena semuanya
cenderung saling mengenal dan saling mendukung. Persaingan-nya pun tidak
sekeras dan sekotor daerah lain. Dan jadilah komunitas kecil ini
seperti sulit ditembus trend dari luar. Mereka seolah sepakat akan
peraturan tidak tertulis yang mereka buat, kalau tidak semua trend musik
dari kota besar adalah pilihan musik terbaik. Yup, it's simple like
that.
Well kings and kittens, mudah-mudahan resistensi
Bali terhadap gempuran musik-musik mainstream kota besar bisa tetap ada
selamanya. Hal-hal seperti ini adalah salah satu dari beberapa faktor
yang menjadikan pulau Bali selalu berbeda, unique and beautiful.
Selalu dukung band teman anda dan jangan lupa menghargai perbedaan.
Source: https://www.facebook.com/notes/superman-is-dead/short-history-of-a-beautiful-mess-by-jrx/136324590588
Tidak ada komentar:
Posting Komentar