Kamis, 12 Juni 2014

Puisi Cinta Seorang Perompak



















Angkat botol gin mu
Ayunkan pedang mu
Katakan pada semesta "aku titip doa pada mu"
Sampaikan pula pada semesta
Tentang mimpi-mimpi berkarat mu

Sudah seabad lamanya
Kau berperang di lautan
Sudah sewindu lamanya
Mimpi mu tergeletak tak bertuan

Tapi hati mu bagai baja
Tak tembus pelor dan senja
Arahkan peluru pertama mu pada cermin
Kau akan temui musuh utama mu
Yang tak lain adalah bayangan abadi mu

Ribuan duri mawar liar merajam hati mu
Hujan belati iringi setiap langkah dan nafas mu
Tapi itu tak menghentikan amarah mu
Amarah yang begitu gagah nan anggun

Labuhkan kapal mu
Turunkan jangkar mu
Percayalah semesta selalu di pihak mu
Tuk kirimkan setiap pesan agung mu

(Manggar, 11 June 2014)

Minggu, 09 Februari 2014

Apakah SID Dimanfaatkan Label?

Yab Sarpote:

Bli JRX aku kepengen diskusi soal mapan dan anti-mapan, bli. 'Main aman' dalam status bli ini dalam konteks kasus apa, bli? Bukankah (misalnya) dalam konteks konflik antara musik indie yang menolak mengkomodifikasi karyanya dalam sistem kapitalis dengan korporasi industri musik semacam Sony yang jelas mengkomodifikasi karya dan mengambil untung besar dari karya tersebut, pilihan bli dan kawan-kawan SID dengan bergabung ke industri musik itu bisa dikategorikan 'cari aman' atau pilihan 'mapan', bli? Dalam hal ini, konflik dengan korporasi industri ini dihindari dengan bergabungnya temen2 SID ke korporasi musik.. Ya, semacam "Rebel Sell" begitu.


Saya:

Sony tidak mendapat banyak profit dari SID karena: 1. Tidak seperti artis Sony yg lain, manajemen SID tidak harus membayar royalty dari konser/merchandise SID. Kami masih memakai kontrak lama (2003). 2. Satu2nya sumber pendapatan Sony dari SID adalah dari penjualan CD. Dan dijaman pembajakan/ilegal downloading ini, penjualan CD menurun sangat2 drastis. 3. Mencari aman bukanlah alasan SID bergabung dgn Sony, alasan kami adalah utk memperluas distribusi album (keputusan ini diambil sebelum era pembajakan/ilegal downloading) karena kami merasakan memproduksi 3 album pakai uang sendiri dan distribusi-nya sangat terbatas. Dan bagusnya Sony sepakat utk tidak mencampuri urusan berkesenian kami. Apa salahnya? Intinya begini, SID tidak dimanfaatkan oleh label, tapi SID yg memanfaatkan label. Dan hal-hal ini tentu saja tidak banyak diketahui publik kan? Dan itu masuk akal karena saya akui 99% artis major label Indonesia memang 'diatur dan diperas' oleh labelnya. Saya gak menyalahkan mayoritas yg berpikir SID juga 'diatur/diperas' oleh label. Kesimpulan tsb mereka ambil dari fakta bahwa band-band major memang kebanyakan demikian. Tapi ingat sekali lagi, SID bukanlah band yg umum. Tak ada yg menyamai kami. Secara musik maupun movement. Kami banyak melakukan hal-hal yg belum pernah dilakukan band lain di Indonesia. Kami hidup di Bali, kami tidak stay di Ibukota. Pola pikir kami bukan pola pikir mesin. Terima kasih.

 Source: Facebook

Jumat, 23 Agustus 2013

Superman Is Dead Rayakan Ulang Tahun Ke-18

TEMPO.CO, Jakarta - Band punk rock asal Bali, Superman is Dead (SID) baru saja merayakan ulang tahun yang ke-18, pada 18 Agustus 2013 lalu. Para personilnya merayakan ulang tahun ke-18 ini dengan cara yang spesial, karena belum pernah dilakukan sebelumnya.

"Kita merekam lagu bersama dengan musisi Bali lainnya, yang bertema m
elawan penguasa," ujar Jerinx, salah satu personel SID ditemui di Soehanna Hall, Jakarta, Rabu 21 Agustus 2013.

Hal ini dilakukan sebagai penolakan reklamasi laut di selatan Bali, yang telah disetujui oleh Gubernur Made Mangku Pastika. Menurut SID, --dan juga sebagian warga Bali lainnya-- reklamasi itu hanyalah proyek akal-akalan semata.

"Jelas itu akal-akalan, sudah banyak buktinya dan jelas banget cacat, mereka mau mereklamasi laut seluas 883 hektare," ujar Jerinx menjelaskan. Untuk itu, sebagai bentuk penolakan SID merekam lagu berjudul `Bali Tolak Reklamasi`. "Hari ini sudah bisa diunduh dan besok video sudah bisa dilihat," ujarnya.

Ulang tahun kali ini SID merayakan ulang tahunnya dengan istimewa, karena merayakan dengan sebuah penolakan. "Kita merayakannya dengan melakukan sebuah perlawanan, itu istimewa kan?" kata Jerinx menutup komentarnya.

Sebelumnya pada awal Agustus 2013 lalu ratusan warga juga telah melakukan demo penolakan rencana reklamasi laut. Para warga melakukan unjuk rasa di tengah laut Tanjung Benoa, Badung, Bali.

Sumber:Yahoo!

SID Tak Sabar "Muntahkan" 17 Lagu Baru


JAKARTA, KOMPAS.com — Tak lama lagi band punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), akan merilis album terbaru mereka. Album itu direkam ketika grup yang terdiri dari Bobby Kool (vokal), Eka Rock (bas), dan Jerinx atau Jrx (drum) tersebut masih berusia 17 tahun pada 2012. Dijanjikan oleh SID, paling tidak, pada Oktober 2013, album mereka sudah beredar secara digital dan fisik.

"Full album akan keluar bulan Oktober dan beberapa lagu sudah kami bawakan di konser-konser di daerah," ujar Eka dalam wawancara usai manggung dalam Konser Kemerdekaan Republik Indonesia, yang digelar di Soehana Hall, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2013).

Sesuai usia SID ketika merekam album itu, 17 tahun, jumlah lagu baru yang akan mengisi album tersebut adalah 17 lagu. "Kami memiliki 17 lagu karena saat rekaman itu SID berusia 17 tahun. Kalau sekarang sih sudah 18 tahun," cerita Bobby.

Ketika itu, SID hanya menghabiskan waktu tiga bulan untuk merekam semua lagu tersebut. "Itu total berdurasi 67 menit sekian untuk 17 lagu," kata Jerinx. "Kalau take drum sih cuma sehari," sambung Bobby dengan canda disambut tawa kedua rekannya.

Bocorannya, SID memilih lagu-lagu bertema cinta dan perlawanan. "Temanya cinta dan perlawanan, ada juga motivasi, ya, dan kira-kira 40 persen liriknya bahasa Inggris," jelas Bobby.

SID mengaku tak sabar untuk segera "memuntahkan" 17 lagu baru itu. Salah satunya, "Jadilah Legenda", menjadi single pertama album tersebut. "Sebenarnya album ini sudah keluar tahun lalu. Cuma Sony Music (perusahaan rekaman yang menaungi SID) sangat excited sama kami. Jadi, mereka sangat hati-hati merilisnya agar nanti daya ledaknya maksimal," kata Jerinx.

Sumber: Kompas

Superman Is Dead: Nasionalisme Nggak Harus Kibarkan Bendera!


Kapanlagi.com - Bagi Superman Is Dead, rasa nasionalis tak sekedar hanya mengibarkan bendera sang saka merah putih, tetapi juga harus bisa memberikan bukti nyata dalam kehidupan.

"Nasionalisme gak harus mengibarkan bendera, tidak harus pakai batik ke mana-mana. Buat saya, apa yang kamu lakukan secara langsung, berikan impact positif, dengan menjaga lingkungan, peduli ekologi itu sudah bentuk nasionalisme," ujar Eka Rock di AXA Tower, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/8).

Band asal Bali itu melihat masih banyak masyarakat yang belum peduli dengan lingkungan. Maka dari itu band yang digawangi Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx itu berharap agar masyarakat peduli dengan lingkungan.

"Perbaiki diri dan lingkungan, sekarang kita jaga sekitar kita aja, apakah lingkungan kita sudah bersih," kata Eka.

"Musuh kita masih banyak, yang nggak keliatan, kita harus menyadarkan diri kita sendiri dari lingkungan," timpal Jerinx.

Source:  KapanLagi

Rabu, 26 Juni 2013

Senin, 20 Mei 2013

Biografi Sex Pistols


Sex Pistols adalah band yang paling radikal dari dekade 1970an. Mereka merupakan ikon punk yang dikenal luas. Citra, musik dan lirik mereka yang vulgar namun penuh dengan humor meninggalkan kesan yang dalam ke masyarakat melalui karir yang singkat.

Setelah selesainya "Anarchy Tour" pada Desember 1976, EMI merasa Sex Pistols terlalu berbahaya untuk menampil di Inggris. Mereka menciptakan beberapa gig di Paradiso di Amsterdam pada Januari 1977 untuk Sex Pistols. Sekembali ke London, band mendapat publisitas negatif dan EMI pun melepaskan mereka. Gig Paradiso merupakan gig terakhir Sex Pistols dengan Glen Matlock. Matlock dipecat bulan Pebruari dengan alasan legendaris punk karena menyukai The Beatles, meskipun dalam wawancara tahun 2002 Steve Jones mengungkapkan alasan sebenarnya adalah Matlock terlalu sering mencuci kaki, sedangkan Matlock sendiri mengatakan pengunduran itu atas kemauan diri sendiri (mungkin karena tidak cocok dengan Johnny Rotten).

Posisi Matlock diisi Sid Vicious, teman Johnny Rotten dari The Flowers of Romance dan seorang penggemar besar Sex Pistols. Meskipun sangat terbatas kemampuan rmusikalnya, Sid Vicous direkruit McLaren karena memiliki penampilan dan "attitude" punk yang kental. Menurut biografi Sex Pistols England's Dreaming yang ditulis Jon Savage, amplifier Vicious selalu dimatikan sewaktu live dan sewaktu rekaman, bagian bass kebanyakan dimainkan Steve Jones atau Glen Matlock, yang kembali menjadi musisi sessi. Sid Vicious pertama kali tampil dengan Sex Pistols pada 3 April 1977 di Screen on the Green, London.

Setelah ditendang EMI, Sex Pistols bergabung ke A&M pada 10 Maret 1977 dengan melakukan upacara penandatanganan diluar Buckingham Palace. Mereka kemudian berpesta ke kantor A&M dan secara vulgar mengotori ruang direksi. Akibat dari itu, A&M mengeluarkan Sex Pistols pada minggu berikutnya. Tanggal 12 Mei, Sex Pistols menandatangani kontrak ketiga dan terakhir dengan Virgin Records, dengan perjanjian pengontrolan artistik total oleh Virgin.

Bulan itu, Sex Pistols merilis single kedua "God Save the Queen", sebuah lagu yang menyerang keluarga monarki. "God Save the Queen" langsung diblokir oleh Radio 1 milik BBC, namun single tersebut meroket ke posisi no. 2 di beberapa chart Inggris, meskipun ada chart yang mengosongkan posisi kedua mereka. Banyak pihak yang percaya dan menunjukan bukti bahwa single tersebut sebenarnya mencapai posisi no. 1, hanya diatur sedemikian rupa untuk menghindari pandangan negatif terhadap keluarga monarki.

Sementara itu, Sex Pistols terus menghangatkan suasana dengan menyewakan sebuah kapal dan berlayar di sungai Thames. Mereka melewati Westminster dan Houses of Parliament dan melakukan pertunjukan live. Aksi diakhiri dengan kerusuhan. Kapal digerebek polisi meskipun sudah mengantongi izin pertunjukan. Malcolm McLaren, anggota Sex Pistols dan semua orang yang berada dalam kapal ditahan. Peristiwa Sex Pistols ini dianggap berbagai pihak sebagai aksi yang menyenangkan dan cara publisitas yang hebat, tapi ada pihak yang tidak dapat menerimanya terutama kaum pro-royalist yang tidak menanggapi humor Sex Pistols. Mereka menyerang para penonton. Johnny Rotten dilukai geng Teddy Boys diluar Pegasus pub sehingga tur Scandinavia ditunda. Tur Inggris selanjutnya pun dilakukan secara rahasia dengan slogan SPOTS (Sex Pistols On Tour Secretly) untuk menghindari pembatalan dari pihak berwajib.

Single-single Sex Pistols kemudian dikumpul dan dijadikan album pertama, Never Mind the Bollock
Here's the Sex Pistols, yang dirilis 28 Oktober 1977. Sampul album yang mengandung kata "bollock" menimbulkan masalah lagi. Satu toko di Nottingham dituntut karena memajangkan album tersebut di kaca, sampai akhirnya profesor bahasa dari University of Nottingham diundang untuk membuktikan kata "bollock" dalam judul album hanya dalam konteks "omong kosong", bukan slang untuk buah zakar pria.

Pertunjukan terakhir Sex Pistols di Inggris diadakan di Ivanhoe's, Huddersfield pada hari Natal 1977 untuk kepentingan anggota pemadam kebakaran yang sedang melakukan aksi mogok kerja. Rencana tur ke Amerika yang dimulai dengan penampilan di Saturday Night Live tidak dapat direalisasikan karena belum mendapatkan paspor, akibat pelanggaran hukum anggota Sex Pistols. Elvis Costello berangkat ke Amerika menggantikan mereka.

Awal 1978, tur ke AS kembali dikoordinisir Malcolm McLaren. Tur yang berlangsung dua minggu itu kacau balau akibat perencanaan yang kurang matang. Sid Vicious dipukuli pengawal yang seharusnya menjaga dia, Johnny Rotten jatuh sakit dan pertunjukan dikecewai oleh sound system yang jelek dan audiens yang hostil. Pada akhir show di Winterland, San Francisco, Rotten yang sudah disilusi menanyakan audiens sebuah pertanyaan yang terkenal, "Pernah merasa anda dibohongi?", sebelum meninggalkan panggung. Rotten mengumumkan pembubaran Sex Pistols. McLaren, Paul Cook dan Steve Jones berangkat berlibur ke Brasil dan Sid Vicious berangkat ke New York, meninggalkan Rotten sendirian di Amerika tanpa tiket pesawat. Akhirnya Warner Brothers membayar tiket Rotten ke London dan mengontrak dia sebagai artis solo.

Musim panas 1978, Steve Jones dan Paul Cook membantu Malcolm McLaren membuat film dan soundtrack The Great Rock `n` Roll Swindle, yang merupakan karya fiktif McLaren atas sejarah Sex Pistols. Jones dan Cook merekam beberapa track tanpa Rotten.
Setelah Sex Pistols bubar, Johnny Rotten kembali menggunakan nama aslinya John Lydon dan membentuk Public Image Ltd (PIL). PIL dikontrak Virgin untuk Inggris dan Warner Brothers untuk Amerika. Sid Vicious menetap di New York menjadi artis solo dan merekam sebuah album. Dia ditahan Oktober 1978 atas tuduhan membunuh pacarnya Nancy Spungen di New York City dan meninggal pada Pebruari 1979 dari overdosis heroin sebelum kasusnya disidangkan. Steve Jones dan Paul Cook membentuk The Professionals dengan sound yang mirip dengan rekaman Pistols paska Rotten, namun band baru ini disfungsi setelah kecelakaan mobil yang melukai beberapa anggota band. Malcolm McLaren kemudian menangani Adam and the Ants dan Bow Wow Wow dan sempat membuat beberapa hits atas namanya sendiri.

Pada tahun 2005, Sex Pistols dinobatkan ke Rock and Roll Hall of Fame. Dalam upacara yang diimpikan banyak artis rock, Sex Pistols menunjukan sifat punk mereka yang tulen dengan menolak hadir dan bahkan mengirimkan fax yang menghujat kekomersilan institusi tersebut. Akan tetapi, pihak penitia Hall of Fame tidak tersinggung dan dengan senyum membacakan fax mereka diatas panggung dan memuji attitude punk mereka.

Discography

Album
1977 Never Mind the Bollocks Here's the Sex Pistols
1979 The Great Rock `n` Roll Swindle

Single
1976 Anarchy in the UK
1977 God Save the Queen
1977 Pretty Vacant
1977 Holidays in the Sun
1978 No One Is Innocent
1979 Something Else
1979 Silly Thing
1979 C'mon Everybody
1979 The Great Rock 'n' Roll Swindle
1980 (I'm Not Your) Stepping Stone
1996 Pretty Vacant" (live)
Sex Pistols adalah band yang paling radikal dari dekade 1970an. Mereka merupakan ikon punk yang dikenal luas. Citra, musik dan lirik mereka yang vulgar namun penuh dengan humor meninggalkan kesan yang dalam ke masyarakat melalui karir yang singkat.

Vokalis Steve Jones, drummer Paul Cook dan gitaris Wally Nightingle sebelumnya bermain bersama band The Strand. Mereka sering bermain ke toko busana milik Malcolm McLaren yang saat itu bernama Let It Rock. Mengetahui McLaren mempunyai banyak koneksi dalam industri musik, Jones menawarkan dia untuk menangani bandnya namun McLaren tidak tertarik.

The Strand berganti nama dan personil pada tahun 1975. Glen Matlock menggantikan Wally Nightingale dan memegang bass, Steve Jones mengambil alih posisi gitar dan Johnny Rotten yang sering memakai t-shirt "I Hate Pink Floyd" dan sering nongkrong di toko yang sudah berubah nama menjadi SEX Boutique itu diajak beraudisi. Rotten membawakan "Eighteen" dari Alice Cooper dan dinyatakan lulus.

Malcolm McLaren kemudian setuju menangani band dan membuat sederetan nama – Le Bomb, Subterraneans, The Damned, Beyond, Teenage Novel dan QT Jones and his Sex Pistols. Akhirnya QT Jones dihilangkan dan Sex Pistols digunakan. Dibawah pengarahan McLaren, band memainkan musik sederhana berbasis chord seperti The New York Dolls dan The Ramones. McLaren memberikan Steve Jones gitar Les Paul yang pernah dipakai Sylvain Sylvain dari The New York Dolls dan Richard Hell dari Television. Keduanya adalah figur punk kota New York.

Sex Pistols memainkan gig pertama di St. Martin’s School of Art di London pada Nopember 1975 dan melanjutkan pertunjukan-pertunjukan di kampus dan sekolah seni selama 1975 dan 1976. Setelah itu, mereka mulai bermain di klub dan pub seperti 100 Club dan The Nashville. Pada September 1976, mereka tampil dalam konser pertama diluar Inggris dalam acara pembukaan klub De Chalet Du Lac di Paris. Setelah itu, band menjalankan tur pertama Inggris dari September hingga Oktober, termasuk pertunjukan di penjara Chelmsford. Saat itu, Sex Pistols mulai menarik perhatian EMI.

Setelah mengambil bagian dari festival punk pertama di London di 100 Club, Oxford Street, Sex Pistols menandatangani kontrak dengan EMI. Single pertama mereka, "Anarchy in the UK", dirilis 26 Nopember 1976 dan langsung menjadi sebuah simbol kemarahan yang penuh dengan energi. Meskipun ada anggapan band punk "tidak bisa" main, rekaman live Sex Pistols saat itu menunjukan mereka merupakan band live yang mantap.